13. SERPIHAN KEBAIKAN TUHAN.

38 33 8
                                    

Hyemi POV

"Kau masih punya nomor teleponku kan?" Ucap Nyonya Han saat Aku meletakkan secangkir teh dihadapannya.

Nyonya Han, dulu Aku bekerja padanya sampai ia memutuskan untuk menjual cafe nya pada orang lain dan membuat aku diberhentikan oleh sipemilik baru dengan alasan "pengurangan karyawan".

Itu alasan yang lupa Aku ceritakan kenapa Aku berakhir mencari pekerjaan lain.

Nyonya Han tentu masih sangat baik, setelah mendengar kabar kepergian Ibuku beberapa hari lalu, Beliau menyempatkan diri mampir ke rumah.

"Iya." Jawabku pada pertanyaannya tadi.

"Kalau kau kesulitan, kau bisa menghubungiku."

Aku tersenyum mengangguk.

Waktu berlalu dengan obrolan kami tentang apa saja. Termasuk mengenai Nyonya Han yang memutuskan untuk menetap di Busan.

Setelah memastikan taksi yang ditumpangi Nyonya Han pergi mengantarkannya ke penginapan. Aku pun bergegas untuk kembali bekerja di Cafe.

Sudah lewat 7 (Tujuh) hari semenjak kepergian Ibu, selama itu Aku izin dari pekerjaanku untuk mengurus beberapa hal. Beruntungnya atasanku memaklumi alasanku tersebut.

Meraup udara sebanyak-banyaknya dari hidungku, Aku menghembuskannya dengan melepaskan seluruh kesedihanku.

Tuhan, izinkan kebaikan dan kebahagiaan mendekat dan masuk dalam hidupku. Doaku pagi itu.

Begitu memasuki Cafe, beberapa staff memberikan senyumannya. Mereka juga hadir dihari pemakaman Ibu, turut mengucapkan rasa bela sungkawa terdalamnya.

Segera setelah berganti ke seragam Cafe, Aku memulai pekerjaanku hari itu.

***

Author POV

Seperti halnya Hyemi, Hani juga sudah memulai kembali aktifitasnya dengan datang ke sekolah setelah sempat absen.

Dari jam pelajaran pertama sampai sudah masuk jam pelajaran terakhir Hani hanya ditemani Luna. Bukannya tidak bersyukur, tapi biasanya saat mereka (r=Hani & Luna) sedang berdua, dimanapun, pasti Jihoon akan selalu muncul.

Tapi, kemana dia hari ini? Batinnya mencari saat sedang berjalan menuju kelasnya dengan Luna.

"Mau tidak? Hani-ya?" Luna menyikut pelan lengan Hani untuk menyadarkan gadis itu.

"Huh?"

"Kau melamun? Melamunkan apa? Ibu mu?"

Hani menggeleng pelan. "Kau tanya apa tadi?"

"Pulang sekolah nanti, antar aku ke kedai cokelat. Aku yang traktir, ya?" Ajak Luna. "Aku ingin membuatmu senang hari ini. Ya? Ya? Ya?" Lanjutnya setelah melihat Hani yang tampak berpikir.

"Dengan cokelat?"

"Iya." Jawab Luna semangat.

Hani hanya terkekeh kemudian mengangguk.

Menjatuhkan bokongnya di kursi tepat dibelakang Luna, Hani terkejut saat seseorang dengan tiba-tiba sudah berada di sampingnya lalu menyapanya.

"Hai." Kejutnya.

Hani diam sebentar. "Kenapa kau ada disini?"

Belum sempat pertanyaanya dijawab, seorang guru sudah memasuki kelas Hani saat itu.

"Hoon-ah, cepat keluar." Bisik Hani dengan menarik lengan Jihoon yang saat itu duduk di kelas yang bukan seharusnya.

Kontras dengan Hani yang sedikit panik, Jihoon justru terkekeh manis dengan menghentikkan pergerakan Hani.

STRUGGLE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang