[28] Tide Up (I)

6.6K 348 16
                                    

"Move, Michelle." Perintah Alan dengan suara rendahnya—wajahnyapun jelas menunjukkan kalau ia sedang kesal, tapi Michelle sama sekali tidak bergeming dan masih berdiri di antara Sean dan Alan.

["Minggir, Michelle."]

"Don't! Please save me from this tyrant!" Rengek Sean pada Michelle. Ia masih bersembunyi di belakang Michelle dengan menjadikan Michelle ultimate barrier-nya.

["Jangan! Tolong selamatkan aku dari orang yang kejam ini!"]

Michelle akhirnya menghela nafas panjang karena sesungguhnya ia juga sudah lelah meladeni kedua orang itu.

Ketika mereka—Michelle dan Sean—kembali, ternyata Alan sudah menunggu keduanya dengan muka masam bak asam klorida. Laki-laki itu langsung menghampiri Sean, dan seakan tahu apa yang akan terjadi, Sean langsung berlari kesana-kemari masih dengan belanjaan di tangannya. Alan lantas mengejar adiknya itu hingga akhirnya Sean menjatuhkan semua belanjaannya ke lantai dan bersembunyi di belakang Michelle. Michelle jadi terlibat dalam kegiatan tidak jelas mereka.

"That's enough." Michelle memperingatkan keduanya. Ia kemudian berbalik menghadap Sean. "Go to your room. I'll talk to him."

["Sudah cukup."]//["Masuk ke kamarmu. Aku akan bicara dengannya."]

Mendengar itu membuat Alan berdecak keras dan berkacak pinggang. Sean sendiri langsung memeluk Michelle kemudian berlari untuk mengambil semua barang belanjaannya. Perempuan itu masih sempat menjulurkan lidahnya kepada Alan, sebelum akhirnya benar-benar pergi ke kamarnya. Michelle pun kembali memusatkan perhatiannya kepada Alan setelah memastikan Sean selamat sampai tujuan.

"Biarkan saja dia." Bela Michelle yang membuat Alan memutar kedua bola mata.

"Kenapa kau menggunakan kartu yang aku berikan untuk membayar semua belanjaannya?"

"Oh my god, she is your sister, Alan. What's wrong with that?" Tanya Michelle gemas.

["Ya Tuhan, dia adikmu, Alan. Apa yang salah dengan itu?"]

"Aku memberikan kartu itu untuk kau gunakan, bukan untuk Sean. Ia sudah mendapat bagiannya sendiri." Jelas laki-laki itu.

"Aku menggunakannya hari ini." Sanggah Michelle sambil mengangkat tas belanjaan yang ada di tangannya.

"Ya, untuk membeli semua yang dibeli Sean." Alan lantas meraih tas belanjaan itu. "Kau bahkan hanya membeli ini, sedangkan anak itu, kau lihat sebanyak apa yang dibawanya, kan?"

"Sudahlah... ini bukan masalah serius. Kau jangan bertingkah seperti bocah. Dia tidak membawa banyak barang kemari, jadi wajar saja kalau dia membeli sebanyak itu. Lagipula itu juga salahmu yang tiba-tiba memintanya pulang."

Alan sudah akan membalas perkataan Michelle kalau saja Michelle tidak membungkam mulut Alan dengan satu tangan. "Sudah, hentikan. Kita bicarakan yang lebih penting dari ini."

Alan menatap Michelle jengah, namun ia tetap menyetujui perempuan itu. Michelle lantas menyingkirkan tangannya.

"Besok kedua orang tuaku kemari, apa kau masih harus bekerja?"

Alan langsung tersenyum mendengarnya. "Tentu saja tidak. Aku sengaja mengosongkan jadwalku besok agar kita bisa menjemput keluargamu di bandara."

"Aku harus mencari perhatian keluargamu agar kita direstui." Tambah Alan. Michelle pun terkekeh. "Apa kau lupa kalau kau sampai menerobos ke rumahku waktu itu? Untuk apa kau mencari restu keluargaku lagi?"

"Aku tidak menerobos, kau sendiri yang membawaku ke rumahmu."

"Ya, tapi kau tiba-tiba muncul di depanku saat aku sedang pergi dengan sahabatku. Apa kau lupa?"

He Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang