[33] Empty Feeling in Mykonos

5.7K 355 31
                                    

Selama berlayar Michelle bersenang-senang dengan orang-orang itu—karaoke, melihat sunset, sampai bermain kembang api—ditutup dengan acara barbeque party yang sayangnya Michelle tidak bisa ikut memakan dagingnya, tapi ia tetap merasa senang dengan itu.

Mereka memastikan Michelle juga bersenang-senang, hanya saja ada yang mengganggu pikiran Michelle.

Alan—laki-laki itu mendiami Michelle selama acara berlayar mereka. Ia memang duduk di samping Michelle, juga menemani perempuan itu, namun ia jadi tidak banyak bicara dan seperti sengaja membuang muka. Bahkan sampai yacht mereka berlabuh di pelabuhan Mykonos, Alan hanya bicara seperlunya pada Michelle.

"Thank you." Ucap Michelle pada Alan setelah laki-laki itu menaruh koper milik Michelle di depan kamar hotel-nya.

["Terima kasih."]

"No problem." Alan tersenyum tipis. "Good night."

["Tidak masalah."]//["Selamat malam."]

Laki-laki itu kemudian pergi begitu saja meninggalkan Michelle. Michelle hanya menghela nafas sebelum akhirnya masuk ke kamar dengan menyeret lesu kopernya.

Michelle menaruh kopernya disembarang tempat dan menjatuhkan dirinya di tempat tidur. Ia memejamkan matanya untuk beberapa saat, namun itu membuatnya kembali memikirkan Alan.

Alan, Alan, dan Alan. Oh Tuhan... laki-laki itu seperti mengisi semua bagian dari otak Michelle.

Michelle menyentuh bibirnya yang sempat disentuh laki-laki itu. Demi Tuhan, ia merasa kalau Alan akan menciumnya tadi dan bodohnya Michelle malah memejamkan mata.

Dulu dengan mudahnya ia mendorong Alan, namun setelah Michelle melihat tatapan itu—tatapan yang mengatakan kalau laki-laki itu sangat menginginkannya—Michelle tidak bisa melepaskan diri begitu saja. Seakan terhipnotis, Michelle malah ingin menyerahkan diri. Membayangkan laki-laki itu menciumnya, membuat Michelle menyesali munculnya Sean tadi.

Semburat merah muncul di wajah Michelle yang langsung mengembalikannya pada kenyataan. Dia pasti sudah gila sampai berani memikirkan hal itu. Alan menciumnya? Tidak-tidak! Itu tidak akan terjadi sampai dunia kiamat.

Argh... dia tidak peduli lagi!

Michelle pun bangkit dan berjalan ke kamar mandi, kemudian membersihkan dirinya juga otaknya yang mulai tidak waras itu. Ia harus menghilangkan pikiran liarnya tentang Alan.

Selesainya, Michelle keluar dengan piyama dan handuk yang menempel di kepalanya. Rambutnya yang basah membuat tetesan air berjatuhan di lantai mengikutinya yang berjalan menuju balkon.

Ia baru menyadari kalau kamar itu terlalu besar untuk satu orang. Ya, semua orang yang ikut acara liburan kali ini mendapatkan kamarnya masing-masing. Entah berapa biaya yang dikeluarkan orang-orang kaya itu, tapi Michelle tahu pasti tidak sedikit dan bagusnya Michelle tidak perlu mengeluarkan uangnya sedikit pun. Yah, siapapun yang mengeluarkan uang, Michelle berterima kasih karena ia bisa datang ke tempat ini.

 Yah, siapapun yang mengeluarkan uang, Michelle berterima kasih karena ia bisa datang ke tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang