[32] Athens

6.8K 321 12
                                    

Alan mengerjap-ngerjap ketika sinar matahari tepat mengenai matanya. Ia beranjak dari tempat tidur dalam keadaan setengah sadar sampai ia menyadari Michelle tidak ada di kamar itu. Hell, kantuknya langsung hilang seketika.

Alan mencari ke kamar mandi, namun Michelle juga tidak ada disitu. Alan kemudian mendapati kalau semua barang bawaan Michelle juga ikut menghilang. Oh shit, apa perempuan itu kabur ketika Alan tidur? Langsung saja ia berlari keluar kamar dan menuju lobi karena mungkin akan ada orang yang melihat kepergian perempuan itu.

"Excuse me. Did you see a woman with brown colored hair and an asian face get out from this hotel?" Tanya Alan dengan nafas terengah-engah karena ia berlari tadi.

["Permisi. Apa kau melihat perempuan dengan rambut berwarna coklat dan berwajah asia keluar dari hotel ini?"]

Resepsionis yang sedang berjaga terdiam untuk beberapa saat, kemudian cekikikan karena suatu hal melihat laki-laki itu.

"No, sir. I believe I haven't seen someone like that go out from here." Jawabnya yang membuat Alan makin frustasi.

["Tidak, pak. Aku yakin aku belum melihat orang seperti itu keluar dari sini."]

"But I'm sure that I talked with that person several hours ago."

["Tapi aku yakin kalau aku berbicara dengan orang itu beberapa jam yang lalu."]

"Really?!" Alan tanpa sadar memekik dan sedikit menggebrak meja resepsionis itu. "Where is she now?!"

["Sungguh?!"]//["Dimana dia sekarang?!"]

"She booked one room for herself." Orang itu terlihat sedang mencari daftar di komputer. "In room 304, on behalf of Michelle Lee."]

["Dia memesan satu kamar untuk dirinya sendiri."]//["Di ruang 304, atas nama Michelle Lee."]

Langsung saja laki-laki itu berlari menuju lift untuk pergi menemui perempuan itu. Sesampainya di kamar dengan nomor 304, Alan tanpa basa-basi langsung mengetuk keras pintu kamar itu—dan berkali-kali, sampai ia yakin kalau siapapun yang ada di dalam sana pasti akan terganggu dengan mendengarnya. Tak lama kemudian akhirnya pintu kamar itu terbuka dan sosok yang ia cari pun muncul dari balik pintu.

"Ugh... kau mengetuk pintu seperti preman yang sedang menagih tunggakan hutang." Ucap Michelle ketika melihat Alan.

"Salahmu yang tiba-tiba menghilang, kan?" Sahut Alan.

Michelle yang masih di ambang pintu pun berkacak pinggang. "Kau sendiri yang menyuruhku memeriksa ke lobi, jadi aku melakukannya."

Alan ingin membalas, tapi ia ingat betul kalau ia mengatakan itu kepada Michelle meski dirinya dalam keadaan setengah sadar.

"Baiklah, aku hanya takut kau pulang tanpa sepengetahuanku." Jelas Alan jujur.

"Aku kesini untuk berlibur, jadi tidak mungkin aku pulang begitu saja. Kau sendiri yang mengajakku, kan?"

"Kau benar." Alan tiba-tiba memeluk Michelle erat hingga perempuan itu tidak bisa berkomentar. "Thank goodness you didn't leave me alone."

["Syukurlah kau tidak meninggalkanku sendirian."]

Michelle mengerjap beberapa kali hingga akhirnya Alan melepaskan pelukannya. "Jangan tiba-tiba menghilang lagi atau aku bisa terkena serangan jantung.", ucapnya kemudian dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Alright." Ucap Michelle setelah mendapatkan suaranya kembali. "But you've to accompany me to visit Acropolis."

["Baiklah."]//["Tapi kau harus menemaniku untuk mengunjungi Acropolis."]

He Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang