[38] Santorini in Blue

12.8K 485 142
                                    

Alan bilang kalau Michelle dan dirinya akan bergabung kembali dengan Andrew dan yang lain begitu mereka berdua sampai di Santorini, tapi Alan malah membawanya ke Pantai Kamari tanpa bertemu yang lain terlebih dulu.

Laki-laki itu beralasan kalau ia ingin menghabiskan hari terakhir liburannya hanya berdua saja dengan Michelle. Mirip seperti saat mereka sampai di Athena dan mana mungkin Michelle menolaknya, kan?

Michelle langsung merebah di bawah parasol ketika sampai. Ketimbang berenang, Michelle lebih suka untuk bersantai seperti itu. Di tambah keadaan pantai saat itu ramai, jadi makin membuatnya enggan untuk bermain air—berbeda dengan Alan yang terlihat antusias bahkan sejak dari hotel.

"Kau yakin tidak ingin ikut?" Laki-laki itu sudah bertanya puluhan kali, dan Michelle akan menjawab hal yang sama juga. "Tidak, kau saja. Aku malas."

Michelle menutupi wajahnya dengan selendang setelah mengatakan itu, membuat Alan mendengus, kemudian Michelle bisa mendengar Alan berjalan menjauh dari tempatnya.

Memang ia malas karena harus berpanas-panasan, tapi alasan lainnya yakni karena ia merasa canggung setiap dekat dengan laki-laki itu. Tepatnya setelah kejadian malam itu.

Bagaimana tidak, ketika Alan seakan menghipnotisnya sehingga Michelle sama sekali tidak bisa melawan. Mungkin hanya sebatas berciuman, tapi Michelle masih mengingat rasanya ketika bibir laki-laki itu menyentuh bibirnya. Juga, bagaimana mungkin semalam dirinya malah ikut hanyut dalam ciuman laki-laki itu padahal dia sendiri masih belum yakin dengan perasaannya? Dia pasti sudah benar-benar gila. Entah karena Michelle yang belum pernah berciuman atau laki-laki itu yang memang terlalu ahli, namun hanya dengan membayangkannya saja sudah cukup membuat Michelle merinding.

Kejadian semalam juga membuatnya berpikir—kalau ia tidak menolak Alan, apa benar Michelle mencintai laki-laki itu? Padahal selama ini Michelle selalu menolak kehadiran laki-laki dihidupnya, tapi untuk pertama kalinya ia merasa memberikan izin—pada Alan—untuk masuk dalam kehidupannya. Apalagi mengingat hubungan mereka yang berawal dari keterpaksaan. Ia semakin merasa bodoh.

Michelle menyingkirkan selendang itu dari wajahnya dan menggeram pelan karena tidak bisa melupakan laki-laki itu untuk sebentar saja. Ia sudah ingin pergi kalau saja matanya tidak menangkap pemandangan menyenangkan, yang tentunya, tidak bisa ia lewatkan.

 Ia sudah ingin pergi kalau saja matanya tidak menangkap pemandangan menyenangkan, yang tentunya, tidak bisa ia lewatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alan yang bertelanjang dada.

Shit. Apa-apaan... bagaimana mungkin Alan memiliki tubuh sesempurna itu? Bohong kalau ia bilang tidak tergoda, karena sekarang saja Michelle tidak bisa mengalihkan pandangannya. Pertama kalinya bagi Michelle melihat Alan dalam keadaan seperti itu.

Pikiran nakal perempuan itu seketika langsung bermunculan—kalau mereka benar-benar menikah dan melewati malam pertama, kalau Michelle menaruh tangannya di tubuh laki-laki itu, kalau Michelle menciumi tubuh Alan seperti yang laki-laki itu lakukan padanya semalam, dan kalau-kalau yang lainnya. Oh Tuhan... darimana datangnya pikiran semacam itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang