[31] Kidnapped

6.8K 338 17
                                    

"Makasih ya, Michelle." Ucap pemilik butik ternama di Jakarta itu setelah Michelle selesai melakukan pemotretan untuk beberapa model pakaiannya. Sebenarnya pekerjaan Michelle belum selesai, tapi mereka memutuskan untuk melanjutkannya minggu depan.

"Kalau begitu sampai ketemu minggu depan." Tambah orang itu.

Michelle mengangguk sambil tersenyum sebelum akhirnya masuk ke dalam lift bersama Hanum. Hanum sendiri langsung menghela nafasnya setelah pintu lift di depan mereka tertutup.

"Gila sih tuh orang, banyak maunya banget!" Gerutu Hanum tiba-tiba yang membuat Michelle tertawa.

"Lo cuma liat, Num. Kebayang jadi gue, kan? Udah berasa boneka barbie gue." Timpal Michelle.

Ia sejujurnya juga merasa kesal karena puluhan kali diminta mencoba pakaian milik butik orang itu, tapi itu adalah konsekuensi dari pekerjaannya jadi ia tidak bisa protes.

"Iya sih... tapi jangan lupa karena gue juga berulang kali ngedandanin lo gara-gara itu orang." Sahut Hanum tidak mau kalah, Michelle cekikikan sembari mengangguk pelan.

Keduanya keluar dari lift ketika suara dentingan terdengar dan Hanum langsung berlari kecil begitu melihat Bima sudah menunggunya di luar gedung butik itu.

"Hi, babe." Sapa Hanum sembari mencium pipi kanan dan kiri Bima.

"Udah selesai?" Tanya laki-laki itu.

Melihat kecocokan dua orang itu lantas tanpa sadar membuat Michelle tersenyum. Hanum terlihat bahagia, begitu juga Bima. Michelle merasa lega karena sahabatnya itu sudah menemukan orang yang pas untuknya. Mereka juga sebentar lagi akan menikah, semoga saja semuanya berjalan sesuai rencana. Semoga Tuhan merestui hubungan keduanya.

Michelle berdeham untuk mendapatkan perhatian kedua orang itu. "Masih ada orang lain di dunia ini, bukan cuma kalian." Sindirnya.

"Oh maaf deh, lo enggak keliatan." Sahut Hanum yang membuat Michelle memutarkan matanya jengah.

"Okay, take your time." Michelle mempersilahkan.

["Baiklah, nikmati waktumu."]

"Bercanda gue." Ucap Hanum cepat-cepat. "Lo ikut kita, ya. Sekalian gue sama Bima anter ke apartemen."

"Enggak usah. Lagian gue bisa naik taksi sendiri."

"Jangan nolak. Lo kayak sama orang lain aja." Timpal Bima.

Michelle baru ingin membuka mulutnya kalau saja seseorang tidak tiba-tiba nimbrung di obrolan mereka. Orang itu sukses membuat Michelle terkejut, serta Hanum dan Bima yang juga dibuat melongo.

"Enggak perlu, biar aku yang antar dia ke apartemennya."

"Oh god Alan! Kenapa kau disini?!" Pekik Michelle dengan kedua mata yang seperti akan mencuat dari tengkoraknya.

"Memang kenapa? Ada yang salah?" Tanya orang itu santai.

Michelle memijat pelipisnya mengingat ucapan laki-laki itu yang mengatakan kalau ia akan memberikan Michelle kebebasan selama satu bulan—setelah hari pertunangan mereka—di Indonesia. Ya Tuhan... ini bahkan belum genap dua minggu dan dia sudah muncul di hadapan Michelle.

"Siapa dia?" Bima bertanya dengan wajah kebingungan. Mendengar itu, Alan langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Bima. "Alan, tunangan Michelle."

Bima meng-oh panjang dan menerima uluran tangan laki-laki itu. "Bima, temannya Michelle."

"Ya udah, kalau gitu kita duluan ya." Ucap Hanum sembari menarik tunangannya untuk segera masuk ke dalam mobil.

He Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang