#R18'Mengukir'

208 11 0
                                    

2 minggu telah berlalu , kini waktu Angga harus kembali berangkat ketempatnya dimana dia menimba ilmu. Angga berangkat dengan diantar Risa, Kina yang tak lain ibu Risa serta kedua orang tua Angga sendiri. Sedangkan Rifqo dia tidak bisa ikut, mengingat keadaannya yang masih belum mampu berjalan karena kakinya yang masih dalam masa pemulihan.

"Aa berangkat dulu ke pesantren , jangan kangen kamu" Ujar Angga sambil menatap adik semata wayangnya yang kini tengah duduk diatas kursi roda.

"Rifqo masih normal a , dari pada Rifqo kangen sama aa mending Rifqo kangen sama teh Risa" Ujar Rifqo sambil mendelik sebal kearah sang kakak.

Tetapi meskipun begitu, tetap saja Rifqo meminta kakaknya memeluk tubuhnya sebagai tanda perpisahan dan tidak bisa mengantar kakaknya sampai ke terminal. Keduanya saling berpelukan hingga membuat orang - orang yang melihat tertawa karena melihat tingkah lucu kakak beradik itu.

Setelah berpamitan pada sang nenek , Angga langsung berangkat keterminal ditemani Risa, Kina , dam kedua orang tuanya. Mereka berangkat menggunakan mobil milik keluarga Angga. Selama diperjalanan tak ada percakapan yang tercipta antara Angga dan Risa yang terdengar hanya percakapan Kina dan kedua orang tua Angga.

Mereka yang duduk dikursi paling belakang sama membisu, Risa yang duduk di dekat kaca mobil sebelah kiri lebih memilih menatap keluar kaca seakan rimbun pohon - pohon lebih menarik perhatiannya. Begitu juga dengan Angga yang duduk di dekat kaca mobil sebelah kanan, dia memilih membiarkan matanya manatap kearah luar kaca membiarkan matanya menelisik keadaan kampung halamannya karena untuk beberapa bulan kedepan dia akan merindukan rimbunnya pohon -pohon.

Mobil yang ditumpangi rombongan Angga menerobos jalan yang dipinggirnya dihiasi rimbunnya pohon - pohon sampai akhirnya bisa menemukan sedikit keramaian dimana ada mobil dan motor yang berlalu lalang.

"Sa kamu yakin gak ikut lanjutin sekolah bareng aku aja" Tanya Angga sambil menolehkan kepalanya pada Risa yang kini tengah duduk beberapa centi disampingnya.

Sesaat Risa ikut menolehkan kepalanya hingga akhirnya manik mata Risa bertemu dengan manik mata coklat yang biasa terlihat dingin dan tegas kini menatapnya dengan tatapan gusar.

"Insya Allah aku yakin, aku ingin disini saja ga ,, bukan kah kita pernah membahas ini sebelumnya ?" Tanya Risa lembut dengan posisinya yang masih tetap menatap Angga.

"Ga .. kita pisah sekolah buat tingat SMA, emangnya kamu gak bosen apa lihat wajah aku, kita kan udah satu sekolah selama 9 tahun dan satu kelas pula" Ujar Risa sambil tertawa diakhir kalimatmya berharap Angga tak mampu melihat luka yang kini tengah bersemayam dihatinya.

" iya ga , kalian pisah sekolah cuma 3 tahun, gak papalah biar kerinduan dihati kalian semakin menggunung" Ujar Lina yang tengah duduk di kursi penumpah tengah berdua bersama Kina sedang bapak Angga menjadi pengemudi mobil.

Tak ada tanggapan ataupun elakan yang keluar dari mulut Angga ataupun Risa keduanya sama - sama bungkam mendengar celetukan yang keluar dari mulut Lina.

Kini Angga dan yang lainnya telah sampai terminal, semua langsung keluar. Mereka memang mengantar Angga sampai terminal, bukan mereka tidak mau mengantar Angga sampai kepesanten tapi Angga sendiri yang menolak untuk di antar sampai ke pesantren.

Angga langsung menaiki bus yang akan menuju ke Bandung, sebelum naik dia tidak lupa untuk menyalami orang -orang yang mengantarnya sebagai tanda perpisahan kecuali Risa ,tak ada uluran tangan untuk bersalaman keduanya lebih memilih bungkam dan mengungkapkannya melalui sebuah tatapan .

"Aku berangkat dulu ,jaga diri kamu" Ukar Angga . Kemudian dia berlalu masuk tak lama bus yang sejak tadi menjugrug menunggu penumpang akhirnya berngakat , dibalik kaca bus Angga melambaikan tangannya , Sedangankan rombongan yang mengantar Angga hanya mampu menatap bus yang di naiki Angga berjalan perlahan kemudian menghilang dalam pandangan.

***
2 tahun berlalu begitu saja. Banyak hal yang Risa lalui dikampung halamannya yang kini mulai terlihat aktivitas kehidupan masyarakat yang kini mulai kembali bangkit. Rumah warga yang semula rata dengan tanah kini perlahan ada beberapa keluarga yang kembali membangun rumahanya.

Satu minggu setelah keberangkatan Angga Risa langsung masuk sekolah SMK yang telah dijanjikan pemerintah meskipun tempatnya hanyalah sebuah tenda dan alat -alat seadanya. Kini Risa telah berhasil melakukan perjalanan pendidikannya selama dua tahun, dan kini pemerintah tengah berusaha membangun sekolah yang layak untuk anak anak tingkat SD , SMP ,SMK .

Sedangkan ayah dan mamah Angga 6 bulan lalu mereka memutuskan untuk pergi merantau kekota untuk memulai usaha mereka. Tetapi tidak dengam Rifqo dan sang nenek. Karena neneknya tidak mau ikut kekota akhirnya Rifqo memutuskan untuk menetap di kampung kelahirannya untuk menemani sang nenek.

"Teh gak kerasa ya kita udah dua tahun aja melewati semua ujian yang Allah berikan untuk kita" Ujar Rifqo yang kini tengah duduk di tepi pantai ditemani oleh Risa.

"Iya ,,selangkah demi selangkah alhamdulilah kita bisa menemukan solusi dan jalan untuk permasalahan yang kita alami" Ujar Risa tanpa menoleh pada Rifqo , matanya masih menetap lurus menikmati awan langit yang kini mulai menghitam dipadukan warna orange yang membuatnya terlihat sepaerti sebuah keajaiban. Setelah kepergian Angga kepersantren Risa memang sering menghabiskan waktu bersama Rifqo. Anak itu berperan seakan dia tengah menggantikan posisi kakaknya yang selalu ingin berada didekat Risa kapanpun dan dimanapun.

"Teteh sih enak sekolah tinggal 1 tahun lagi lah aku baru mau kelas 3 SMP bayangin kak 4 tahun lagi" Ujar Rifqo tanpa menoleh kearah Risa.

Risa tersenyum mendengar penuturan Rifqo yang terdengar begitu putus asa. Memang mamanya pernah menceritakan kepada Risa kalau Angga dan Rifqo sangat malas kalau disuruh untuk belajar. Ketika mereka disuruh belajar mereka akan menurut tetapi tidak lebih dari 10 menit akhirnya mereka akan tertidur.

"Jadikan sekolah sebagai rumah kedua untuk kamu jadi kamu gak akan merasa lelah ataupun malas ketika harus berangkat kesekolah , dan satu lagi jangan tidur kalau disuruh belajar" Ujar Risa sambil tertawa diujung kalimatnya dan membuat orang disampingnya menoleh.

"Rifqo engga , kadang -kadang ko,, kalau A angga ia dia kalau di suruh belajar bukunya cuma di bolak balik terus tidur" Ujar Rifqo dengan wajahnya polosnya membuat Risa tertawa melihatnya.

"Kalau iya kenapa gak bilang iya aja ,pake tuduh - tuduh orang lain juga" Kalimat itu bukan keluar dari mulut Risa atupun Rifqo. Tetapi dari seseorang yang baru saja muncul dari arah belakang membuat 2 pasang mata yang sejak tadi bercengkarama terbelalak kaget dan bahagia.

"Aa pulang" Ujar Rifqo sambil berhambur kedalam pelukan sang kakak dan dengan senang hati Angga membalas pelukan adik semata wayangnya itu.

"Tah kitu atuh balik ka cida - cida teuing kena -kena sakola di kota 2 taun kakarek balik" Ujar Rifqo sambil meninju lengan sang kakak dengan menggunakan bahasa sundanya membuat Angga dan Risa tertawa mendengar kalimatnya.

Setelah 2 tahun Angga memang baru pulang ke kampung jati maju karena biasanya dia pulang kerumah kedua orang tuanya yang ada di kota . Tetapi untuk kali ini Angga memilih pulang ke kampung kelahirannya , karena tak dapat di pungkiri jika dirinya pula merindukan adiknya itu.

"Kamu gak peluk aku juga sa " Tqnya Angga membuat Risa menggeleng polos .

"Halalin dulu baru bisa peluk" Semprot Rifqo pada sang kakak membuat Angga kembali tertawa.

"Teh udah jangan di dengerin mendeing dengerin Rifqo aja, sekarangkan kaki aku udah sembuh kita muncak yu kesana " Ujar Rifqo sambil menujuk puncak gunung galunggung. Gunung itu memeng gunung terdekat dari kampung jati maju

"Kapan ? " Tanya Risa.

"Besok " Ujar Rifqo bersorak senang.

"Deal , kalau yang terakhir sampai di puncak harus joged (goyang)" Ujar Angga.

"Siapa takut " Ujar Rifqo .

#R22R05

Waktu Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang