#R'42' Balutan Cinta

287 8 0
                                    

Karena ulah kejahilan Rifqo, Rama dan Paris yang mengatakan jika pengantin baru dilarang tidur dikamar akhirnya Risa dan Angga harus rela tidur diatas sofa sempit sedangkan dua pria single menyebalkan itu sedang enak tertidur di atas ranjang empuk yang seharusnya menjadi jatah Risa dan Angga tempati.

Hari ini bertepatan dengan musim dingin sehingga membuat udara terasa sangat dingin, Angga yang awalnya tertidur di atas sofa single yang ada diruang tamu perlahan beringsut mendekati Risa yang kala itu tengah terbaring di atas sofa panjang, sebetulnya di apartemen Risa terdapat dua kamar yang sekarang ditempati oleh mamanya, awalnya Mama Wita mengajak Risa untuk tidur di kamarnya hanya saja dua pria single menyebalkan itu melarang Risa untuk tidur di kamar Mama Wita.

Angga dan Risa tidur saling berdempetan diatas sofa panjang yang sangat sempit ditempati berdua, namun baik bagi Angga ataupun Risa itu tidak masalah bagi mereka.

Saat jarum jam menunjuk pada angka 12 baik Angga maupun Risa masih tetap setia membuka mata, mereka seakan tengah bercengkrama dalam diam. Angga melingkarkan tangannya untuk memeluk tubuh Risa yang kini memang sedang berdempetan menghadapnya, ada secercah rasa haru dan bahagia yang membuncah didalam hati saat kini dia bisa menatap bahkan merengkuh tubuh perempuan yang selama ini dia cintai dan perjuangkan.

"Apa kamu kedinginan ?"

Tidak ada suara yang keluar dari mulut Risa, perempuan itu hanya mengangguk. Perlakuan Angga yang masih terasa asing bagi Risa berhasil membuat perempuan itu tidak berbuat apa - apa, keberaniannya yang dulu selalu meneriaki Angga bahkan tidak segan pula mencubit Angga sampai laki - laki itu merintih kesakitan saakan hilang tertelan sunyinya malam di musim dingin.

Angga semakin mengeratkan dekapannya pada Risa, sungguh jika bisa dia tidak ingin melepaskan dekapannya pada Risa karena dia takut Risa akan kembali pergi dalam hidupnya, Angga tidak dapat membayangkan jika Risa kembali pergi dari hidupnya.

"Kamu tahu hatiku sangat bahagia ketika aku berhasil menyebut namamu dalam kalimat ijab qobul, rasanya aku sampai tidak mampu mendeskripsikan seperti apa rasa bahagia yang aku rasakan, aku mencintaimu Sa, dan aku juga berharap kamupun begitu"

Angga mengeratkan pelukannya sambil sesekali mendaratkan sebuah kecupan diubun - ubun kepala Risa. Setelah hari ini Angga tidak ingin meminta banyak kepada Allah, cukup selalu bersamakan dia dengan Risa, maka dia akan sangat mensyukurinya. Karena bagi Angga tidak ada hal lain yang paling membahagiakan didalam hidupnya kecuali melewati hari - harinya hingga tua nanti bersama Risa, perempuan yang sangat teramat dia cintai.

Berbeda dengan Angga yang sejak tadi terus saja berbicara, Risa lebih memilih diam, dia masih terlalu kaget dengan kabar yang baru saja dia dapatkan jika kini dia sudah resmi menjadi istri Angga, bukan dia tidak bahagia jujur saja Risa sangat bahagia karena pada akhirnya laki - laki yang dia pikir bukan jodohnya ternyata adalah jodohnya, dan Allah mempersatukan mereka dengan cara yang unik dan indah. Risa hanya merasa semua terjadi secara tiba - tiba, dia masih harus melakukan penyesuaian karena status yang semula dia sandang sebagai sahabat Angga kini telah berubah menjadi istri Angga. Belum lagi sikap Angga membuat Risa merasa asing hal itu tentu menjadi alasan dasar diamnya Risa.

"Sa, kenapa kamu hanya diam, apa kamu marah ?"

Risa menggelengkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaan Angga, dia tidak marah hanya masih merasa bingung sekalipun tadi Angga sudah menjelaskan secara panjang lebar.

"Kamu jahat"

Hanya dua kata itu yang mampu Risa ucap dalam hembusan angin malam di musim dingin membuat Angga semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Risa, kedua alis Angga saling bertautan karena bingung mendengar perkataan Risa, pasalnya dia tidak mengerti kenapa Risa mengatakan dirinya jahat.

Waktu Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang