#R21'Perjalanan'

213 9 0
                                    

Satu minggu setelah keberangkatan Angga dengan rutin Rifqo selalu mengajak Risa untuk pergi ke pantai saat waktu senja mulai datang. Dia berusaha berperan menjadi sosok penganti sang kakak yang berusaha selalu ada di samping Risa dan menemani kabiasaan Risa yang selalu menikmati waktu senja seperti yang biasa sang kakak lakukan. Meskipun dia tak mampu berperan seperti kakak nya persis setidaknya dia sudah berusaha dan semoga usahanya itu dapat mengobati rasa rindu yang bersemayam di hati Risa yang tak pernah dia ungkapkan pada siapa pun.

"Teh teteh tahu , Rifqo akan bahagiaaaa banget kalau suatu saat teteh jadi teteh Rifqo" Ujar Rifqo sambil menatap warna langit yang menghitam berpadu warna kemerahan dalam posisi tertidur di atas pasir.

Sesaat Risa menolehkan kepalanya menatap laki laki yang kini tengah tiduran di atas pasir tanpa perduli dengan bajunya yang pastinya akan penuh dengan pasir. Pasalnya Risa juga merasa bingung dengan maksud dan tujuan dari ucapan Rifqo barusan.

"Kan kamu udah manggil aku teteh qo" Ujar Risa sambil menatap kearah tengah laut.

"Ya Rifqo pengen teteh jadi teteh Rifqo secara resmi dengan cara nikah sama a Angga " Ujar Rifqo sambil terbangun dari tidurnya dan memposisikan duduknya menghadap kearah Risa.

"Apaan sih kamu qo" Ujar Risa sambil tertunduk malu.

"Membisu dalam berucap, Saling mengacuhkan dalam berperilaku dan bertindak saling menjaga di dalam sepertiga malam shalat itulah cinta kalian, jangan pikir Rifqo gak tau kalau di hati kalian itu udah lama timbul benih benih cinta" Ujar Rifqo sambil tertawa diujung kaliamatnya dan berlari menjauhi Risa karena Rifqo tahu hal selanjutnya yang Risa lakukan pasti akan mencubitnya.

Kisah yang selalu Risa lalui bersama Rifqo pasti selalu menyisakan banyak tawa, tingkahnya yang lucu apapun yang ada disekitarnya selalu dijadikan bahan lelucon, permbicaraan yang selalu berujung canda benar - benar membuat Risa terhibur dalam setiap kesendiriannya menyapa senja.

Setelah awan terlihat benar - benar menghitam Risa berjalan beriringan bersama Rifqo untuk pulang tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Anggita yang entah dari mana dan mau kemana dengan dandanan yang mungkin modis untuk zaman sekarang tetapi menor menurut Rifqo. Rambut yang diberi warna, gaun selutut tanpa lengan bermotif bunga dipadukan dengan kulitnya yang putih bersih.

Gadis itu tinggal di kampung jati maju bersama dengan neneknya sedangkan kedua orang tuanya berada di kota. Sejak masuk SMP Anggita dikirim ke kampung jati maju karena menurut kabar kedua orang tuanya tidak menginginkan Anggita terjerumus masuk kedalam pergaulan remaja zaman sekarang yang apalagi di kota lebih rawan.

"Teh Risa, Rifqo abis pada dari mana ?" Tanyanya ramah pada Risa dan Rifqo yang tengah berjalan dan Rifqo yang tengah menenteng sandalnya.

"Abis dari pantai git, kamu mau kemana udah mau malem gini" Jawab Risa tak kalah ramah pada Anggita.

"Mau ke acara ultah temen teh, Oh iya qo kakak kamu pulang yah" Tanya Anggita mengalihkan pembicaraan.

"Iya emang kenapa teh ? Tapi udah berangkat lagi sih sekarang" Ujar Rifqo pada Anggita membuat Risa yang berdiri disamping Rifqo terdiam dan menunduk dalam. Sesaat Rifqo menoleh kesampingnya,memastikan keadaan perempuan yang kali itu berdiri di sampingnya.

"Yah aku belum sempet ketemu?" Ujarnya sambil menghentakan sebelah kakinya dan menunjukan ekspresi kesal membaut Rifqo merasa yakin dengan pemikirannya yaitu Anggita menyukai kakaknya.

"Emang mau ngapain teteh ketemu aa, diakan bukan siapa siapanya teteh dan setauku kalian gak akrab akrab banget kayanya? " Ujar Rifqo seceplosnya tanpa disaring terlebih dahulu membuat Risa yang berdiri disampingnya menatap Rifqo tajam yang di tatap malah adem adem aja serasa tidak melakukan kesalahan.

"Ya gak papa sih ,cuma udah lama aja gak ketemu kakak kamu" Ujarnya membuat Rifqo mengedikan bahunya.

"Oh gitu yah ,yaudah nanti Rifqo sampein deh sama aa kalau teteh kapan -kapan pengen ketemu, ini dingin banget loh teh , teteh gak kedinginan apa " Ujar Rifqo sambil menggosokkan sebelah tangannya ketangan yang lain.

"Oh ya ,, makasih ya ko.. Dingin sih " ujar nya .

"Teteh sih tau dingin malah pake baju sependek itu" Ujar Rifqo kembali berucap tanpa menyaring kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Ini lagi tren tau " Ujar Anggita.

"Iya kamu cantik git, maafpin Rifqo ya kalau bicara dia emang suka ngasal, yaudah kita duluan ya kamu hati hati, Assalamu'alaikum" Ujar Risa merasa tidak enak dengan ucapan Rifqo sambil berlalu pergi setelah ucapannya usai dan menarik tangan Rifqo.

Risa langsung menghempaskan tangan Rifqo dengan kasar saat keberadaan mereka telah jauh dari Anggita. Risa benar - benar kesal dengan laki laki yang sudah dianggapnya seperti adik itu. Risa tahu kalau niat Rifqo baik ingin memberi tahu Anggita mengenai pakaian yang dikenakannya tidak baik namun cara yang digunakannya yang salah.

"Kamu jangan ngomong gitu qo, kalau Anggita tersinggung gimana ? " Ujar Risa dengan nada dinginnya.

"Aku gak nyangka cewe seanggun teh Risa bisa ngamuk sampai kaya gini" Ujar Rifqo sambil tertawa diakhir kalimatnya

"Tau ah ,ngomong sama orang nyebelin bikin darah tinggi" Ujar Risa sambil berlalu pergi meninggalkan Risa.

"Teh jangan marah dong , lagian kenapa sih Rifqo kan cuma mau kasih tau teh Anggita " Ujar Rifqo sambil mengejar langkah Risa yang sudah sedikit jauh didepannya.

"Tapi cara yang kamu gubakan gak baik qo bisa bikin orang tersinggung" Ujar Risa masih menggunakan nada dinginnya.

"Ketika kedua cucu Nabi, Hasan dan Hussain, masih sangat kecil, seorang Badui tua pernah datang ke Madinah.

Ketika saat sholat datang, lelaki Badui itu mulai berwudhu, tapi tata cara berwudhunya salah.

Hasan dan Hussain melihat orang tua itu, dan ingin membetulkannya, tapi tidak mengetahui bagaimana caranya. Lelaki Badui itu adalah orang tua, dan sebagai anak kecil, mereka tidak ingin menunjukkan kesalahan orang tua itu. Hasan dan Hussein khawatir akan menghina perasaannya. Bukan sopan santun untuk menunjukkan kesalahan orang tua mereka. Apa yang harus mereka lakukan?

Kedua kakak beradik itu berpikir, dan akhirnya menemukan sebuah gagasan. Bersama-sama mereka mengatur sebuah rencana untuk mengajarkan orang tersebut bagaimana berwudhu dengan benar, tanpa menghina dia, menasihatinya dengan cara yang sesuai dengan usianya.

Mereka mendekati orang tua itu, dan bertanya apakah orang tua Badui itu bisa menolong mereka. "Adikku dan aku tidak setuju bahwa siapa di antara kami yang melakukan wudhu yang terbaik, bisakah Anda memperhatikan kami melakukan wudhu, dan jadilah hakim yang menilai siapa di antara kami yang memang melakukan wudhu dengan lebih benar? Bisakah Anda memperbaiki kami jika kami salah?"

Pria Badui itu memperhatikan dengan saksama saat kedua cucu Nabi melakukan wudhu secara eksplisit. Tak lama kemudian dia tahu cara berwudhu yang benar, dan segera memperbaiki kesalahannya.

Setelah Hasan dan Hussain menyelesaikan wudhu mereka, orang tua Badui tersebut mengucapkan terima kasih dan berkata, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana melakukan wudhu sebelum ini. Kalian berdua telah mengajari aku bagaimana melakukannya dengan benar." " Ujar Risa menceritakan sebuah kisah tentang cucu Rosullah yang memberi tahu seseorang dengan cara baik.

"Iyadeh Rifqo ngaku salah" Ujar Rifqo sambil menunduk dan membuat Risa tersenyum sumbringah.

#R22R05

Waktu Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang