#R'41'Sebuah Penentu

221 9 13
                                    

Risa duduk bersama empat orang yang sudah sangat dikenalnya disofa apartementnya dengan menatap bingung mereka semua, dia benar - benar tidak mengerti mengapa bisa dia tiba - tiba datang dan mengaku sebagai suaminya karena yang Risa tahu dia sudah menikah satu minggu lalu bersama adik tingkatnya bukan bersama dirinya.

Sesaat Risa berdehem mencoba menyadarkan semua orang yang justru memilih bungkam, padahal pada saat itu dirinya sudah sangat merasa kebingungan dengan apa yang sebenarnya sudah terjadi dan tidak dia ketahui.

"Jadi apa yang sudah terjadi dan tidak Risa ketahui"

Risa mulai menyuarakan rasa bingung yang membelenggu pikirannya, membuat semua orang yang ada disekitarnya menoleh dan fokus menatapnya.

Flash back
Setelah pertemuannya dengan Risa yang saat itu membahas mengenai keinginan Risa agar Angga segera melamar Anggita, Angga menjadi pribadi yang lebih banyak diam. Dia mencoba merenung mencari jalan keluar terbaik untuk hubungannya dengan Risa dan juga Anggita.

Setelah hampir satu minggu merenung Angga akhirnya memutuskan untuk menenui ayah Anggita sendirian tanpa ditemani Rama yang biasanya selalu membuntutinya kemanapun, Angga sengaja tidak mengajak Rama karena dia ingin menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya kali ini sendirian.

Setibanya dirumah Anggita tidak mudah bagi Angga untuk bisa berbicara dengan menggunakan kepala dingin mengenai maslah yang dihadapinya bersama Anggita dengan Ayahnya mengingat watak ayah Anggita yang keras dan tegas. Teriakan dan caci maki, bahkan pengusiran dengan cara diseret paksapun Angga pernah dapatkan dari ayah Anggita karena dia datang sendirian tanpa ditemani keluarganya yang berarti Angga datang bukan untuk melamar Anggita.

Namun, karena dia sudah benar - benar bertekad untuk segera menyelesaikan permasalahannya Angga nekad kembali berkunjung kerumah Anggita, diteriaki dan diusir dia dapatkan kembali perlakuan itu. Namun, saat itu Angga tidak menyerah begitu saja, dia memilih tetap bertahan menunggu didepan rumah Anggita.

"Kamu hanya akan saya izinkan masuk dan menginzak rumah ini jika kamu datang untuk melamar anak ku, aku peringatkan kepadamu, kau adalah laki - laki paling pengecut yang pernah aku temui, jangan pernah kau temui lagi anak ku sebelum kau berani datang untuk menikahinya"

Sesaat Angga terdiam, dia tahu selama ini dia memang selalu bersama Anggita, tapi itu bukan keinginannya karena nyatanya Angga tidak pernah mendekati tapi Anggita sendiri yang mendekatinya. Namun, mendengar pernyataan dari ayah Anggita yang menyatakan seakan dia laki - laki tidak bertanggung jawab tentu Angga merasa kesal karena dia merasa tidak seperti itu.

"Bukan aku yang datang dan mendekati Anggita tapi perempuan itu yang datang menemuiku, berusaha menarik perhatianku seakan dia rela melakukan apapun untuk ku asalkan aku mau bersamanya"

Perkataan Angga berhasil membuat emosi ayah Anggita semakin menjadi - jadi, hingga sebuah pukulan keras dipipi Angga menjadi bukti seberapa besar amarah yang sekarang dirasakan ayah Anggita.

"Jangan kau katakan apapun hal buruk tentang puteriku, setelah kau berhasil menidurinya merebut kehirmatannya kau katakan dia seakan dia adalah perempuan murahan, dasar kau memang kurang ngajar"

Sebuah pukulan kembali Angga dapatkan dengan sangat keras hingga membuat tubuh Angga terhuyung jatuh, melihat tubuh Angga yang terjatuh bukannya merasa bersalah tapi dia justru kembali menghadiahi Angga dengan pukulan dan tamparan. Angga lebih memilih diam seakan dia meresapi setiap pukulan yang diberikan ayah Anggita, barulah setelah ayah Anggita terlihat kelelahan Angga yang bertindak.

"Sudahkah anda puas memukuliku, apakah amarah anda sudah hilang dengan melihat luka biru - biru ditubuh ku, aku harap iya karena jika kau sudah puas akan ku jelaskan seperti apa yang sebenarnya terjadi agar kau tidak salah paham lagi padaku"

Waktu Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang