#R29'Kembali Bertemu'

205 17 3
                                    

Sepulangnya dari mesjid Angga tak langsung kembali ke rumah sang nenek, pikirannya masih bingung saat melihat Risa yang terlihat nyata dihadapannya. Dia lebih memilih untuk melangkahkan kakinya ke pantai untuk menikmati sorenya. Matanya menerawang menatap laut lepas tetapi pikirannya masih tertuju pada seseorang yang Angga pikir hanya sebuah hayalan muncul dihadapannya.

"Jangan pergi lagi a Rifqo kangen" suara itu muncul dari arah belakang tubuh Angga dan membuat Angga menoleh walaupun tanpa dia menolehpun dia tau dengan pasti siap pemilik suara itu.

"Tinggalin hal hal yang bisa membuat Allah marah sama Aa" Ujarnya lagi yang kini telah mendudukan tubuhnya di samping sang kakak.

Sesaat Angga diam tatapannya tertuju pada sang adik. Terlihat gurat rasa khawatir, sayang dan juga rindu dari sorot matanya. Setega itukah Angga selama ini menyakiti adik dan yang lainnya. Kenapa dia terlalu sibuk memikirkan hatinya seakan tak memiliki tuhan yang menjadi tempat pengaduan.

"Apa yang kamu pikirkan tentang yang selalu kakak lakukan selama ini ko, hingga membuat kamu merindukan aa seperti itu"

"Aa indit ka diskotik anu eusina jalema lieur hungkul, aa bobogohan jeung awewe anu beda beda saban minggu bahkan saban poe, poho solat,poho oge tobat"

*aa pergi ke diskotik yang isinya orang orang gak bener semua, aa pacaran sama cewe yang berbeda tiap minggu bahkan setiap hari, lupa shalat, lupa juga tobat*

Kentara sekali nada suaranya dengan nada kesal dan tidak suka membuat Angga tersenyum mendengar penuturan adiknya. Dia bersyukur setidaknya adiknya itu masih bertahan untuk mendukungnya atau lebih tepatnya menydarkannya.

"Ya aa memang melakukan itu pergi kediskotik adalah rutinitas aa setiap hari, lalu apa yang kamu pikirkan tentang kelakuan aa di dalam diskotik itu ?" Tanya Angga dengan setenang mungkin. Dia tak akan marah jika kalimat adiknya nanti akan menjurus pada tuduhan tidak baik karena dia sadar dia yang salah disini.

"Bocah juga tau aa itu mabuk mabukan, masa iya masuk diskotik mau ngaji Qur'an" Ujar Rifqo dengan nada ketusnya membuat Angga kembali mengulas senyum tipisnya.

"Terus apa tanggapan kamu tetang aa yang sering gonti pasangan jarang shalat dan lupa taubat" Tanya Angga tanpa mau repot mengalihkan pandangannya.

"Aa yang sering nasihatin Rifqo jangan pernah pacaran kalimat itu yang selalu Rifqo ingat tapi kenapa aa melanggar apa yang telah aa ucapkan, Rifqo kecewa sama sikap aa, ingatlah mamah dan bapak a, mereka yang udah berjuang untuk aa tapi aa malah membuat mereka sedih dan kecewa, lagi pula aa gak pernah berpikir apa yang teh Risa katakan nanti saat tahu sikap aa kayak gini, coba sekarang aa katakan hikmah apa yang aa dapatkan setelah melakukan hal tidak waras itu" Tanya Rifqo dengan amarah tertahan yang menggebu gebu.

Sesaat Angga tersenyum, dia tak marah mendengar kata kata yang sarat akan kekesalan dan kebencian itu terlontar dari lisan adiknya dan tertuju langsung untuknya.

"Terkadang apa yang kamu lihat tak selamanya itu bisa di jadikan bukti" Ujar Angga dengan tenang membuat Rifqi yang duduk disampingnya merasa kebingungan.

"Pergi ke diskotik, gonta ganti cewe yang dibonceng itu memenag benar aa lakukan, tapi di balik itu apa kamu tahu jalan cerita sesungguhnya" tanya Angga membuat dari Rifqo berkerut semakin kebingungan.

"Aa terlalu pengecut jika kamu katakan aa sering mabuk mabukan ketika di diskotik, nyatanya selama aa berada di trmpat laknat itu tak pernah setetespun aa merasakan minuman haram itu kenapa ? Karena aa masih memiliki rasa takut kepada - Nya" pernyataan itu berhasil membuat Rifqo kaget merasa tak enak karena telah berpikir negatif pada kakaknya sendiri.

"Hati aa telah mati jika kamu katakan aa sering gonta ganti pasangan, karena nyatanya perempuan yang aa bonceng dengan berbeda itu bukanlah pacar aa tapi mereka sendiri yang ingin di bonceng aa, percaya atau tidak hati aa dari dulu sampai sekarang masih sama masih tetap miliknya" Ujar Angga sedangkan Rifqo lebih memilih bungkam.

"Kalau hati aa udah mati kenapa aa pacaran sama trh Anggita" Tanya Rifqo.

"Kamu tanyakan pada Anggita, apakah pernah aa mengatakan ya untuk ajakan pacaran darinya, apakah pernah dia dengar kalimat cinta terucap dari lisan aa, rasanya aa tak pernah mengatakannya" Ujar Angga lagi.

"Dan jika selama ini kamu jarang lihat aa pergi ke mesjid bukan berarti juga aa tak pernah shalat qo, aa terlalu pengecut untuk meninggalkan perintahnya yang satu itu, aa tak sebodoh qo, aa masih takut debgan siksanya, hanya saja jika dulu aa sering ke mesjid mungkin sekarang aa lebih sering shalat di rumah, terimakasih karena menjadi satu satunya orang yang mau selalu paham pada kondisi aa qo" Ujar Angga mengakhiri kalimatnya sambil menepuk pelan bahu adiknya. Rifqo menoleh pada sang kakak, dia menyesal telah berburuk sangka pada kakaknya itu, seharusnya dua tahu kakaknya itu hanya memerlukan waktu, dia masih sama masih tetap sama tak ada yang pernah berubah.

"Terus kenapa aa tadi mau kemesjid" tanya Rifqo.

Sesaat Angga tersenyum getir, sangat terlihat jelas ada guratan kesedihan dan kekecewaan dari mata coklat yang dulu selalu menatapnya dengan penuh kasih sayang itu.

"Masa iya qo tadi aa besa di bangunin terus di suruh berangkat kemesjid sama bidadari" Ujarnya sambil tertawa, tapi tawa itu terdengar aneh karena tawa itu tak sampai pada hati pemilik tawanya.

Giliran kini Rifqolah yang malah tertawa mendengar ujaran sang kakaknya. Dua merasa sangat lucu, karena kakaknya itu menyangka bahwa tadi dia dibangunkan Risa hanya menghayal saja.

"Makannya jangan tidur mulu a, jadinya gitu semua terasa mimpi" Ujar Rifqo sambil berdiri dan pergi dari samping kakaknya.

Kini Angga kembali duduk sendiri, ingatannya menerawang jauh pada masa masa dimana dia masih kecil saat dia sering menghabiskeun waktu bersama dengan perempuan yang kini entah dimana keberadaannya.

Dia selalu berlari mengejar air laut yang menyusut dari terpi pantai kemudian kembali berlari menjauhi tepi pantai saat air laut itu hendak menerpa tepi pantai.

"Kamu masih tetap Angga yang sama ga, aku tau itu, saat aku dengar semuanya tentang kamu dari Rifqo aku tak percaya karena aku tau kamu tak sebodoh itu" Ujar Risa yang tiba - tiba saja muncul dari arah belakang Angga.

Lagi - lagi Angga hanya mampu diam menatap sosok yang selama ia cari, sosok yang ia rindu ada dihadapannya dan entah orang itu benar - benar nyata ada di hadapannya atau hanya sekedar halusinasinya saja.

Kemudian, setelah itu Angga lebih memilih berlalu dari hadapan Risa tanpa meninggalkan sepatah katapun, otaknya yang benar benar sudah tak mamou berpikir untuk menyimpulkan apakah Risa yang ada di hadapannya itu nyata atau tidak.

Kesal karena di abaikan akhirnya Risa berlari menghampiri Angga yang telah berjalan lebih dulu. Salah langkah kaki Risa bersampingan dengan Angga dengan cepat dia sgera mencubit perut Angga drngan sekuat -kuatnya. Risa ingin Angga sadar bahwa dia hadir nyata dalam hidup Angga bukan hadir dalam angan angan nya.

"Aaaaaaaaa sakit" teriak Angga sambil menghentikan langkahnya dan mengengelus perut nya yang masih teraa sakit.

"Risa kamu jangan ganggu aku kalau, dalam hitungin 5 kamu bakal ilang dari penglihatanku aku janji pokoknya aku gak bakal mau buka mata, aku bakal tidur, makan, minum, jalan semuanya sambil merem biar gak liat kamu" Ujar Angga pada sosok Risa yang dianggapnya hanya bayang - bayang saja.

Melihat itu hati Risa terasa teriris, melihat sahabat yang dulu selalu terlihat dingin kini terlihat sangat rapuh. Ada sorot keputus asaan yang terpancar dari matanya saat dia mengakhiri kalimatnya.

"Kamu gak mau ketemu aku lagi gak" tanya Risa.

Sesaat Angga tertegun dia kembali menatap sosok perempuan dihadapanya, mencoba menelisik penampilan Risa dari atas sampai bawah untuk memastikan bahwa sosok dihadapannya benar - benar nyata.

"Kamu nyata sa, kamu bukan hayalan kan" Tanya Angga akhirnya.

Risa hanya diam, kesal rasanya berbicara panjang lebar hanya di anggap muncul sebagai angan - angan.

"Bukan aku hantunya Risa" Ujar Risa sambil berlalu meninggalkan Angga yang masih mematung di tempatnya.

"Risa kamu pulang" Ujar Angga langsung berlari menghampiri Risa.

#R05

Waktu Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang