Bagian 4 : Aku dan bantuan

1.8K 156 14
                                    

Kata-kata Miss Youn masih saja memutari kepalaku, apa Miss Youn sudah gila? Bantuan macam apa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata-kata Miss Youn masih saja memutari kepalaku, apa Miss Youn sudah gila? Bantuan macam apa itu.

Aku disuruh membantu ahh ya siapa namanya? Hmm siapa ya?

Sekolah sudah usai, aku, Kuroto, dan gadis yang mulai sekarang kupanggil Lya tengah berjalan beriringan menuju rumah.

Ahh ya soal rumah, aku dan Kuroto tinggal dalam satu atap, apartemen dan rumahnya sama-sama besar.

Apa Kuroto orang kaya?

"Heii ... sudah empat kali dalam hari ini kau melamun dan menghiraukanku, sebenarnya ada apa? Jangan sungkan untuk menceritakan masalah kepadaku, aku pendengar yang baik kok!" aku menoleh dan mendapati Kuroto tersenyum misterius.

Astaga dirinya sulit sekali ditebak, kadang dia sok misterius, sok lembut. Dan berbagainya, aku pusing menyebutkan tingkah lakunya.

"Aku tak apa. Hanya sedikit aneh," balasku lalu tersenyum.

"Yasudahlah, yuk!" ia menarikku lagi kedalam apartemen miliknya.

Pikiranku mulai berkecamuk tentang bagaimana keluarga Kuroto, apa ia bertengkar hebat dengan ayahnya sehingga memilih untuk tinggal di apartemen dibanding rumahnya(?).

Waktu pertama kali setelah aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit, ia membawaku ke rumahnya. Rumahnya besar sekali.

Aku masih bingung dengan perkataan Miss Youn tentang membantunya. Apa maksud dari bantuan yang ditujukan kepada rumah sakit itu?

"Atha, kau mau makan apa? Aku yang akan memasaknya,"

"Terserah kau masak apa. Asalkan makanannya enak aku akan memakannya dengan senang hati," aku mengangkat bahu acuh dan meninggalkan Kuroto di dapur sendirian dan pergi ke kamarku.

Aku menopang dagu dimeja belajar, aku masih bingung dengan bantuan itu. Apa ya? Membantu Miss Youn dalam mengerjakan sesuatu.

"Sama saja hahhh...," lirihku yang baru saja menyadari ada PR dari sekolah baruku itu.

Setelah selesai mengerjakannya, aku merebahkan diri kasar diatas kasur.

'Tok tok tok'

Tiga kali ketukan terdengar, ya ampun siapa yang mengetuk pintu kamarku? Aku lelah.

"Ya?" dengan setengah niat aku beranjak dari kasur dan membuka pintu. Aku melihat Kuroto yang masih memakai celemek, dan di lengannya terdapat sebuah penggorengan.

Astaga dia lucu sekali!!

"Kuroto!!" aku yang sudah tak tahan akhirnya menerjang Kuroto lalu mencubiti pipinya.

***

"Lain kali aku tak mau memakai celemek, lain kali aku tak mau memakai celemek," entah sudah yang keberapa kalinya ia berucap seperti itu, aku dapat mendengar giginya yang bergemetaran menahan takut. Apa aku seburuk itu?

Magician [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang