[Fantasy & (Minor)Romance]
Tadinya aku berpikir, memiliki kekuatan itu seperti pada film fantasi yang ku tonton, menakjubkan. Namun aku salah ternyata memiliki kekuatan itu tak seindah film-film fantasi, kekuatan yang entah bagaimana bisa berada dal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berita tentang seseorang yang hilang di komplek Clawq menggemparkan seluruh penduduk kota Osaka. Berita itu menyebar dari mulut ke mulut. Dan mereka yang katanya mengetahui gadis itu langsung menjauhinya.
Gadis itu bernama Athely Rysilla. Ia bersekolah di Otorish High School, sekolah yang hanya menyekolahkan murid-murid SMP.
Menurut berita dari mulut ke mulut itu, katanya : "Namanya Athely Rysilla, kata teman anakku... Ia yang melenyapkan putriku, padahal anakku tak salah apa-apa."
"Menurut informasi polisi, ini tak bisa diselidiki lagi ... mereka menghilang tanpa alasan yang jelas."
"Apa ia gadis yang waktu itu? Kalau tak salah panggilannya Atha, ia cukup cantik menurutku ... tapi kenapa ia melakukan ini? Apa ia belajar ilmu sihir atau semacamnya?"
"Kalau kalian tak ingin menghilang tanpa alasan yang jelas, cepat jauhi gadis itu. Gadis itu berbahaya!"
Dan sebagainya, sampai-sampai terdengar oleh dirinya sendiri.
***
Gadis itu sudah pergi menjauhi apartemen yang sekarang sudah menjadi angker karena perbuatan seseorang.
Ia melangkah tanpa tahu tujuan yang jelas, lengkap dengan pakaian dan tas sekolahnya. Ia masih memeluk buku bersampul hitam kecoklatan itu dengan erat.
"Aku harus kerumah Kuroto," gumamnya, ia bertemu dengan beberapa orang yang kebetulan lewat. Semuanya, yang biasa menyapa gadis itu kini tak lagi terdengar, melainkan ia hanya mendapat tatapan benci dari mereka.
Apa sekarang dirinya sudah populer? Populer karena berita itu? Yang disebabkan oleh sesuatu.
Diri Atha sendiri tak pernah berharap akan memiliki kekuatan yang dapat menghilangkan seseorang kasarnya melenyapkan.
Menyadari tatapan orang disekitarnya, Atha segera berlari kencang menuju rumah Kuroto.
***
Sesampainya disana, Atha langsung mengetuk pagar.
Tak ingin membuang waktu, Atha langsung membuka pintu pagarnya dan mengetuk pintu besar dengan ukiran yang rumit.
Pintu terbuka. Menampakan sebagian isi ruang yang digunakan untuk menyambut tamu, dan juga memperlihatkan Kuroto dengan pakaian tidurnya.
Apa ia baru saja bangun? batin Atha berkecamuk lantaran Kuroto baru saja bangun, mungkin. Dan ia memikirkan bagaimana cara untuk menjelaskan apartemen miliknya ralat milik Kuroto.
"Masuklah," ucap Kuroto lalu membuka pintu dengan lebar, Atha yang pada dasarnya norak itu, ia membelagakan manik emerald miliknya.
Mereka berdua duduk di sofa tamu. Keheningan melanda diantara keduanya, pelayan yang sempat dipanggil oleh Kuroto sudah datang, ia menyediakan sebuah makanan kecil.
Kuroto mengarahkan tangannya, mempersilahkan untuk dimakan. Atha yang setengah mengerti itu, akhirnya ia mengambil keripik.
"Jadi kau mau ngapain?" haha ingin sekali Atha tertawa, Kuroto begitu to the point. Hebat sekali, sepertinya Atha juga harus meng-klaim dirinya sebagai makhluk yang peka yang langsung to the point(?).
Atha menghela nafas, ia mengambil cangkir yang terisi teh hangat, "Aku ingin kau membantuku." Atha yang semula biasa aja, kini mulai serius menanggapi tentang kehilangan yang menurutnya tak masuk akal. Bagaimana bisa ia menghilangkan ralat melenyapkan mereka yang baru bersinggungan dengannya hanya sehari? Sedangkan ia sudah bersinggungan dengan Kuroto dan yang lain selama kurang lebih seminggu? Kenapa?
Batin Atha selalu menanyakan yang kurang masuk akal, apa mereka dilenyapkan oleh penyihir yang bersemayam di tubuh Atha? Atau ia baru saja mengucapkan mantra penghilang, pelenyap, atau entahlah siapa yang tahu.
Kuroto menaikan alisnya, ia lalu menatap serius, menatap manik emerald milik Atha dengan begitu dalam, mencari sebuah kebohongan, tapi yang terlihat hanyalah sebuah kebenaran.
"Aku akan membantumu," terpaksa, tidak ... akhirnya Kuroto mau membantu Atha.
Atha mulai menceritakan kronologis permasalahan yang menimpanya itu dengan asal-usul si pembully itu.
***
"Heii, apa kau sudah mendengar rumor ini? Athely si pelenyap." lawan bicara hanya mengedikkan bahunya, pertanda ia tidak tahu sama sekali.
Sang pembicara akhirnya menjelaskan bagaimana Athely melenyapkan mereka.
"Lihat, disana." tunjuk temannya yang lain ke arah depan pintu yang baru dimasuki oleh Atha.
"Kalau kalian tidak mau lenyap, maka jangan sesekali dekati dia. Dia itu pelenyap!" kata temannya lagi dengan nada yang sengaja volumenya dikencangkan.
Atha tak bergeming, ia masih mencerna apa yang dikatakan gadis berambut gelombang itu.
"Astaga Atha. Cepat masuk kelas," Atha tercengang ketika seseorang memegang pundaknya. Ia menoleh dan mendapati guru cantik yang memegang mata pelajaran bahasa.
Atha segera bergegas menuju tempat duduknya, yang berada di ujung ruangan.
"Baik, buka buku bahasa halaman 52" ucap guru itu.
***
'Teng teng teng'
Bel pulang berbunyi, murid-murid dikelas Atha langsung berhamburan kesana kemari.
Atha masih diam ditempatnya, ia syok karena mungkin melenyapkan mereka yang tidak bersalah sama sekali, oke garis bawahi bersalah sama sekali.
Saat ini, ia hanya bisa menduga-duga apa yang diperbuat gadis pirang itu? Gadis yang kemarin ikut bersama pembully.
Gadis itu aneh.
"Kak, mau sampai kapan kau disini ... disini sudah sangat sepi," Atha mengangkat kepalanya dan mendapati AiLin dengan raut wajah heran.
Atha tersenyum, senyum yang terpaksa untuk dilihat oleh orang yang ahli. "Ayo," tak ingin membuang waktu, gadis bermanik emerald itu segera menarik AiLin keluar dari kelasnya.
Dan tak lupa juga, buku Sejarah Penyihir yang sama sekali belum ia buka. Ia hanya membawanya, kemanapun ia pergi, kecuali toilet pastinya.