"Apa maksudnya?" tanya Clarissa, gadis bertelinga kelinci mempertegas pertanyaan yang diajukan oleh Fedha.
Hesha menghela nafas lagi, "mungkin sebaiknya kau mencari Alchemist terakhir, Ris...." ucapnya.
Fedha juga Kedha memiringkan kepala bingung mengenai pembicaraan Hesha dan Clarissa yang hampir sulit dimengerti.
"Eh, Alchemist terakhir ya?" tanya Clarissa balik yang langsung dijawab dengan anggukkan kepala Hesha. "Sepertinya aku tahu tempatnya," lanjut Clarissa seraya tersenyum misteri.
Lees tersenyum mendengar jawaban dari Clarissa.
"Ah aku mengetahuinya setelah membaca pikiranmu!" seru Fedha, Kedha juga Lees berbarengan.
Perempatan siku-siku muncul di dahi Clarissa, akhirnya ia memukul kepala mereka bertiga karena seenaknya membaca pikiran orang. "Kalian, jangan seenaknya dong!" serunya.
Hesha yang melihat kejadian hanya bisa tertawa.
***
'Tok tok tok'
Ketukan pintu terdengar beberapa kali, pintu sedang diketuk oleh Clarissa setelah berdebat dengan Hesha mengenai siapa yang mengetuk pintu.
Mereka memasuki hutan yang kata Clarissa tempat dimana Alchemist terakhir berada. Ya, pedalaman hutan. Mereka sampai disebuah goa dengan pintu yang terbuat dari ranting-ranting pohon yang mengeras.
"Ya sebentar!" suara seruan membalas ketukan Clarissa dan membuatnya melompat kegirangan.
Hesha yang melihat Clarissa bertingkah laku seperti anak-anak langsung menginjak kaki Clarissa.
"Ya, ada apa?" pintu terbuka menampakkan gadis dengan surai ungu ditambah manik biru.
Clarissa menyengir, "pertama-tama bolehkah kami masuk dan membicarakan ini didalam?" tanya Clarissa langsung kepada intinya.
Gadis itu menganggukkan kepalanya sembari membuka pintu ia menyuruh Clarissa dan Hesha untuk masuk dan duduk di bangku yang terbuat dari barang pohon yang ditebang.
"Clarissa, panggil saja Clariss atau Rissa." ucap Clarissa memperkenalkan dirinya sendiri.
"Hesha Antenuao." ucap Hesha singkat disertai dengan senyuman.
Gadis bersurai ungu itu menatap mereka bergantian kemudian menarik segaris senyum dibibirnya, "Ryn, Ryna Cersn." ucapnya memperkenalkan dirinya.
Gadis itu atau Ryn berdiri menghampiri Clarissa. "Apa kau butuh obat, Clariss?" tanyanya.
Clarissa menggeleng sebagai jawaban, ia ikut berdiri menyamai tinggi Ryn dan berbisik sesuatu.
Ryn yang mendengar bisikan itu menganggukkan kepalanya mengerti, "apa aku harus ke tempatmu?" tanyanya.
Hesha mengangguk pelan, ia ikut berdiri menghampiri Clarissa juga Ryn kemudian ia memegang tangan mereka, "Teleportav," bertepatan dengan ucapan Hesha yang berakhir, mereka bertiga menghilang.
***
'Tring'
Mereka muncul kembali dirumah pohon milik keluarga Antenuao.
"Selamat datang," ucap Lees menyambut kedatangan Ryn sambil melebarkan tangannya ia tersenyum ramah.
Ryn menaikkan alisnya bingung. Mungkin didalam pikirannya, ia sedang menanyakan nama dari ketiga lelaki yang menyambutnya.
Clarissa yang tengah membaca pikiran Ryn mengangguk, "yang tadi mengucapkan selamat datang itu namanya Lees, samping kanannya itu Fedha dan yang dikiri Fedha itu Kedha." ucap Clarissa.
"Ahh, aku Ryn. Ryna Cersn lebih tepatnya," ucapnya memperkenalkan diri sembari menunduk.
Kedha tersenyum, "jangan begitu dong, jangan terlalu hormat. Kami semua sama," Fedha yang mendengarkan apa yang diucapkan Kedha langsung memukul kepala Kedha dengan keras.
"Aduh,"
Lees sejenak diam, ia menatap sofa yang berisikan seorang gadis yang tengah terbaring menutup matanya. "Omong-omong soal Atha, kapan ia akan membuka matanya?" tanya Lees mengisi keheningan yang terjadi beberapa saat itu.
Hesha juga Clarissa menepuk dahi berbarengan. Clarissa segera menarik lengan Ryn ke sofa di mana Atha terbaring lemas.
Ryn menggenggam tangan Atha dengan tangannya, manik birunya terpejam kemudian terbuka lagi. "Apa kalian mempunyai benda atau sesuatu yang bisa kujadikan obat?" tanyanya.
Clarissa mengangguk cepat seraya berjalan menuju sebuah kotak yang didalamnya terdapat barang-barang yang mungkin sudah tidak berguna lagi. "Ini," Clarissa memberikan salah satunya dan diterima oleh Ryn dengan hati-hati.
Ryn memegang benda itu, benda yang menyerupai jepitan berwarna biru itu. "Eretmochelys," mantra terucap dari mulut Ryn mengakibatkan jepitan biru itu berubah menjadi botol kaca dengan cairan bening di dalamnya.
Ryn mengarahkan botol itu ke tubuh Atha, menyiram tubuh Atha dengan air itu membuat Lees, Kedha juga Fedha menatap tak percaya. Karena yang dilihat mereka itu bukan air yang tumpah melainkan sesuatu yang berkilau.
Beberapa menit setelah Ryn menumpahkan botol itu, botol yang dipakainya lenyap tak berbekas menyisakan kilauan yang berada di tubuh Atha. "Deletrius," ujar Ryn setelah siap mengatakan mantra penghilang mantra sebelumnya.
Mereka berlima menunduk menatap Atha yang tak kunjung sadar tapi suara Ryn mengagetkan mereka.
"Di-dimana ini?" suara Atha sayup-sayup terdengar.
Ryn mengguncangkan tubuh mereka pada saat yang bersamaan. "Akhirnya!" seru Clarissa langsung berhambur memeluk Atha yang masih setengah sadar jadi dara sepenuhnya.
"Syukurlah kau tak apa," ucap Hesha sembari mengusap air matanya.
Atha memandang mereka bergantian kemudian menatap Ryn dengan tatapan tanda tanya, "Aku Ryna Cersn." sahut Ryn seakan mengetahui pikiran Atha.
Atha tersenyum canggung sembari menunduk, ia memainkan jadi jemarinya, "Aku, sepertinya mengingat semuanya...," lirih Atha.
Clarissa hanya tersenyum menanggapi itu, "Selamat datang kembali, Puteri." serempak mereka merentangkan tangan menyambut Atha yang sudah pulih.
"Ahaha, kalian tak usah memanggilku Puteri. Aku tak suka, panggil Atha saja oke?" ucap Atha diiringi tawa yang dipaksakan.
"Oke, baik!"
ToBeContinue🍃
A/n
Yo! Atha dkk balik lagi nieh!
Rie bener-bener kehabisan ide buat lanjut ni cerita. Well, karena ada lagu yang sangat anu Rie jadi langsung semangat buat lanjut nih cerita (mengingat ada project menanti).
Oke, jangan lupa klik bintang ya⭐🌟!
(Versi revisi: gausah diapus a/n yang ini sayang:v)
--Rie♡
--3 Januari 2019--
--31 Agt 2019--
KAMU SEDANG MEMBACA
Magician [END]
Fantasía[Fantasy & (Minor)Romance] Tadinya aku berpikir, memiliki kekuatan itu seperti pada film fantasi yang ku tonton, menakjubkan. Namun aku salah ternyata memiliki kekuatan itu tak seindah film-film fantasi, kekuatan yang entah bagaimana bisa berada dal...