Pict mulmed: Otorish High School
Keesokan harinya, sesuai rencana yang diatur, aku berangkat bersama Kuroto dengan berpegangan tangan layaknya sepasang kekasih.
Kalau boleh jujur, tangannya Kuroto hangat ... seperti waktu pertama kali aku memegangnya.
Kami masih berjalan, tanpa ada niat untuk berbicara sama sekali.
Keheningan melanda kami berdua, aku masih kepikiran dengan rencananya AiLin, dari mana ia mendapatkan ide gila untuk membuktikan bahwa aku memang benar melenyapkan mereka? Dan katanya aku harus seperti ini, setelahnya mungkin aku akan dibully lagi. Mereka tak akan jauh dariku untuk melihatku, begitulah rencananya.
"Atha, kita sudah sampai kelasmu. Mau sampai kapan kau menempel? Aku ingin ke toilet, apa kau juga mau menemaniku?"
"Ehh!?" aku tersentak lalu segera menutup pipiku, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Apa ia tak malu sama sekali?
Aku memijit pelipisku, aku sudah siap. Sekarang waktunya aku masuk kelas, aku mengeratkan pegangan pada tas selempangku dan mulai berjalan pelan menuju tempat dudukku.
***
'Jleb'
Hatiku teriris, sudah berapa kali aku seperti ini.
Apa aku tak layak untuk berdekatan dengan lelaki tampan seperti Kuroto. Dan lagi heii siapa mereka berhak melarangku untuk jalan bersamanya.
Jam istirahat sudah berbunyi, orang yang mengataiku langsung pergi ke kantin tanpa menghiraukan ku.
"Jadi, bagaimana rencananya kak?" aku yang pada dasarnya melamun langsung menjatuhkan diri dari bangku ku.
Beruntungnya aku, bangkunya ditangkap oleh Kuroto. Lalu Kuroto dan AiLin mulai menarik bangku yang lainnya.
Disini hanya ada kami dan--aku menolehkan kepala coklatku ke sembarang arah, dan hanya mendapati gadis berambut pirang yang sedang membaca buku.
Gadis itu seperti anggota dari si ketua, waktu itu. Tatapannya masih sama, sendu, penuh kegelisahan.
"Atha, sering-seringlah berbicara, jangan melamun!" tegur Lya yang mendapati aku kebetulan melamun.
"Jadi bagaimana?" tanya AiLin mengulang pertanyaannya yang tadi belum sempat aku jawab.
Kuroto? Ia diam. Aku tak bisa menebak apa yang dipikirkannya, yang jelas ia tampan...
Ehh!? Atha jangan-jangan kau suka sama dia? Aku menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Tak mungkin kan aku suka sama dia? Kami berbeda jauh.
Aku menarik nafas panjang, "Kalian menjadikanku umpan untuk menyelidikinya!?" oke untuk pertanyaan itu sudah sedaritadi terpendam, aku menatap AiLin yang sudah tertawa tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magician [END]
Fantezie[Fantasy & (Minor)Romance] Tadinya aku berpikir, memiliki kekuatan itu seperti pada film fantasi yang ku tonton, menakjubkan. Namun aku salah ternyata memiliki kekuatan itu tak seindah film-film fantasi, kekuatan yang entah bagaimana bisa berada dal...