Bagian 15 : Kuroto dan tulisan

487 54 0
                                    

Apa-apaan dia, AiLin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa-apaan dia, AiLin. Dasar makhluk aneh!

Kenapa ia seperti itu? Dan siapa gadis biru yang tadi sempat ku lihat? Apa ia pacar AiLin?

Masih malam, pagi juga tak kunjung datang. Apa yang harus aku lakukan?

'Tok tok tok' aku menoleh ketika mendengar suara ketukan pintu.

Aku bangun dan berjalan ke arah pintu.

'Clek' pintu terbuka menampakkan gadis berambut biru yang tadi sebelumnya mengetuk kamar AiLin.

"A-aku ingin menanyakan suatu hal!" serunya lalu berjinjit dan menarik daguku.

Sekilas aku melihat manik birunya yang bersinar.

Aku mengangguk dan menyuruhnya masuk.

Sial. Tubuhku sulit digerakan apa ini semacam mantra yang hanya diketahui oleh sebagian Enchanter?

"Colloportus Vushawpa." ucapnya dan seketika pintu tertutup kemudian terdengar bunyi klek yang berarti dikunci.

Mau apa dia?

"Sini," ia berjalan mendahului lalu dengan seenak jidat duduk disofa kamar dan menyuruhku kesana.

"Cepat." mendengar itu kakiku langsung berjalan secepat kilat kearahnya.

"Jadi sesuai perkataanku, aku ingin menanyakan suatu hal." ucapnya lalu menatapku dengan puppy eyes.

"Ah ya aku lupa." ia menggaruk kepalanya dan baru saat itu aku bebas menggerakkan badanku.

"Kau mau menanyakan apa?" ucapku lalu menjaga jarak begitu terlepas dari mantranya. "Apa kau sejenis Enchanter?" lanjutku langsung ke intinya, ia tampak tertawa sesekali mengangguk.

Ia berhenti tertawa lalu mengelap mukanya, "Maaf maaf."

"Cepat katakan, bagaimana jika gadis pirang itu mengetahui keadaanmu dikamar ini!?"

"Tenang dulu, aku hanya ingin menanyakan apakah ini benar kamar terbaik yang berada di Mansion ini?" ucapnya yang mulai serius.

Aku yang mendengarnya ikut serius pasalnya ... Aku masih mengingatnya ketika AiLin berebut kamar ini. Dan pada akhirnya ia mengalah karena gadis pirang itu yang memintaku tidur disini, tapi ia juga sempat mengatakan bahwa kamar ini spesial dan tak sembarang orang bisa masuk kedalamnya.

"Heii dengar tidak sih?" tersentak, kemudian aku menatapnya curiga, mau apa ia disini sebenarnya?

Ia menundukkan kepalanya dan berulang kali meminta maaf atas kejadian yang tadi.

Gadis biru ini, apa ia tak tahu bahwa aku curiga?

"Maaf sebelumnya perkenalkan namaku Visha." aku yang membuang muka akhirnya kembali menoleh menatap gadis biru itu penasaran.

"Visha, Visha Cersn. Salam kenal," masa bodo dengan namanya, maksud kamar terbaik itu apa?

Ia menghela nafas lalu membuka mulut kecilnya itu, "bukankah kalau seseorang menanyakan suatu hal itu dijawab?" nadanya lirih, terdengar putus asa.

"Ah ya! Ini memang kamar terbaik ada apa memangnya!" ucapku disela-sela kaget.

Ia menatap langit-langit kamar dan bergumam, "Begitu ya."

"Nah kalau begitu bisakah kau menjauh terlebih dahulu?" aku tersentak begitu ia bangun dari duduknya dan meloncat-loncat bak kelinci.

Karena penasaran, aku mengikuti perkataannya dan pergi ke pojok ruangan.

"APPARECIUM!" segera kututup telinga, suaranya begitu memekakkan.

10 detik berlalu setelah mantra itu diucapkan, tiba-tiba muncul beberapa deret tulisan di dinding tembok krem ini. Satu per satu, sekarang dinding ini dipenuhi tulisan-tulisan yang menurutku cukup aneh.

Soal si Enchanter biru itu, rambut biru panjangnya berkobar seperti api, melayang. Manik birunya juga bersinar terang, mantra yang tadi walau tak terdengar tapi kurasa mulut kecilnya itu masih terbuka yang artinya mantra masih terus berlanjut.

Rambut biru yang semula berkobar kini turun lagi dan manik birunya sudah berubah menjadi redup.

Tulisan itu semua sudah keluar dari tempatnya, termasuk dibelakangku. Enchanter biru itu mendekati dinding dan tertawa keras.

'Memang tulisan apa yang tertulis disini?' pikirku dan ikut-ikutan memegang dinding dibelakang.

"Sudah kuduga, syukurlah ... tulisan ini masih ada, yeayy!!" dari nadanya ia begitu gembira, aku menoleh dan mendapati ia yang meloncat riang dengan senyum yang terukir, melihat itu aku hanya bisa mengukir senyum lagi.

"Memang apa yang ditulis disini?" ia menoleh dan menatapku tajam, apa aku salah menanyai sesuatu?

"Kau bukan berasal dari sini ya? Memang apa klan mu?" nadanya terdengar curiga, bukankah harusnya aku yang curiga?

Aku menggaruk tengkuk, bingung. Kata gadis pirang itu kalau ada yang menanyai dari mana clan ku dan AiLin jawab saja asal.

Sekarang dari 13 macam klan, yang mana yang harus kupilih, arghhhh.

"Heii dengar tidak sih? Kau aneh seperti si Ashln."

Ashln yang dimaksud bukankah AiLin?

"Maksudmu AiLin," koreksi ku begitu mendengar ia salah mengucapkan nama.

"Tapi dia bilang panggil lelaki berambut coklat itu dengan sebutan Ashln." sahutnya seraya memegang dagunya.

"Kau dan si pirang sama saja," sahutku lalu membuang muka kesamping tembok.

Ia masih berdiri di tempatnya, dan ia masih memegang dagunya tampak berpikir.

"Jawab perkataanku, dari klan mana kau berasal!?" oke, untuk ukuran gadis sepertinya ia suka sekali berteriak.

"Wizard!" ucapku yang juga berteriak, dan detik itu juga aku tersadar lalu membungkam mulut secepat mungkin.

Bagaimana jika gadis pirang itu belum tidur dan bagaimana jika ia mendengarku dan si Enchanter berteriak? Apa ia akan menghampiri kami dan menggantung mati kami(?).

Ah ya soal tulisan ini, "apa kau bisa membacanya?" lanjutku seraya melihat si Enchanter yang terdiam.

"WIZARD!? WIZARD!? KAU KEREN SEKALI!!"

ToBeContinue🍃

A/n

Dengan Rie yang tepar membaca tulisan ini hoahhh....

Jangan lupa baca yang lain selagi menunggu revisi ya! ^^

--Rie♡

--5 Juni 2018--
--28 Agt 2019--

Magician [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang