Hari ini sidang final kasus penipuan Jo dan Daisy. Mereka berdua di jatuhi hukuman yang lumayan berat dikarenakan telah menipu banyak konsumen dan juga investor. Sidang berjalan cukup lancar karena perusahaan Nata di dampingi oleh pengacara-pengacara terbaik hasil rekomendasi dari Law Firm milik ibunda Chris. Selain itu video milik Daisy juga berhasil di rilis Zach dengan IP yang memiliki koordinat di afrika. Vilo memanfaatkan kekuatan salah satu media online milik ayahnya untuk memblow up video tersebut. Sejauh ini mereka merupakan komposisi yang cukup kuat, karena mereka di dukung oleh pengaruh kuat dari masing-masing background yang telah mereka miliki sejak lahir.
"Feeling better Chris?" Tanya Nata sambil menyeruput Latte favoritnya di cafeyang akhir-akhir ini menjadi base camp baru mereka.
"Not really. Aku cukup lega melihat mereka di hukum sesuai kejahatan yang telah mereka lakukan tapi entah kenapa aku tak sesenang yang aku kira" Jawab Chris seadanya.
"It takes time.." Vilo menepuk bahu Chris pelan.
"Choco ice cream for my beautiful girls" Sang empunya Cafe muncul dengan tiga porsi ice cream cokelat.
"Eyy... Kita baru saja menyelesaikan misi pertama kita. Jadi jangan murung begitu" Zach menyuapi ice cream ke mulut Nata dengan paksa.
"So whats next?" Chris membenarkan posisi duduknya sambil menyedot Strawberry smoothies miliknya.
"Regan?" Tanya Vilo ke arah Nata.
"Lets talk about it later. Kita harus merayakan kemenangan kita dulu bukan?" Zach menyadari tatapan Nata yang mulai mengeras.
Drrrrttt.... Drrrrrtttt....
Vilo membuka pesan di ponselnya. Ia menghela nafas dan langsung pamit. Zach, Nata dan Chris beberapa kali bertanya tentang apa yang terjadi sehingga ia langsung pergi. Tapi Vilo hanya menjawab "Ada hal yang harus ku urus" dan berlalu pergi.
"Apa Vilo baik-baik saja?" Tanya Chris pelan sambil mengaduk-aduk smoothiesnya.
"Ku rasa tidak" Jawab Nata yakin.
"Tidak ada yang sepenuhnya dalam kondisi baik-baik saja di sini" Balas Chris sekenanya.
"Aku juga ada yang perlu ku urus. Jadi sampai nanti" Chris mengambil tasnya dan berlalu pergi. Ia meninggalkan Nata dan Zach begitu saja.
"Kau mau pergi juga?" Tanya Zach pada Nata yang terlihat murung sejak tadi.
"Kau mengusirku?" Balas Nata dingin.
"Tidak... Tidak... Bukan begitu" Zach menepis.
"Baiklah... Moodku sedang buruk hari ini jadi sebaiknya aku ke spa dan melakukan beberapa perawatan" Nata berjalan ke kasir dan bermaksud untuk membayar tetapi Zach menghadangnya.
"Jangan membuat moodku lebih buruk Zach!" Nata meninggalkan beberapa lembar uang di meja kasir dan berlalu pergi tanpa pamit ke si empunya The La Caffe. Zach hanya tersenyum kecil menghadapi sikap Nata padanya barusan. Tiga wanita barusa ada di state yang tidak biasanya, mood mereka jauh lebih labil dari wanita kebanyakan. Hal tersebut dipengaruhi banyak faktor yang membuat mereka seperti itu. Nata dan Chris yang masih terluka parah harus memaksakan diri untuk berjalan lagi, Vilo yang entah apa masalahnya tetapi terlihat sedang menahan amarah hebat yang bisa saja ia rilis kapan saja dan Zach sendiri yang tidak sepenuhnya baik-baik saja. Luka dalam atas ayahnya masih menghujamnya. Ia berusaha keras untuk melupakannya dan hidup dengan nyaman tapi tetap saja amarah itu tak bisa ia hilangkan.
**********
"Kau yakin semua data ini valid?" Suara Vilo terdengar serius.
"Baiklah... Thanks" Vilo keluar dari sebuah ruangan kantor milik seseorang dengan ekspresi yang sangat tidak bersahabat. Di dalam lift ia melihat wajah dinginnya sendiri. Ia memberi tatapan yang seolah berkata "Again?". Vilo menahan air matanya agar tidak pecah di sini.
Di dalam mobil ia kembali membuka beberapa file yang baru saja ia terima. Air mata mulai meleleh di pipinya. Ia memukul stir mobilnya beberapa kali sambil menyalurkan amarahnya.
"Clay... Kau dimana?" Tanya Vilo dari balik telepon.
"Aku di rumah. Hari ini aku off. Eh kau menangis?" Tanya Clay panik saat mendengar isak Vilo.
"Aku kesana" Suara peep memutus suara Clay.
Vilo berusaha mengendalikan diri agar ia bisa menyetir dengan benar. Ia minum air mineral beberapa kali agar lebih tenang. Menekan emosinya lebih dalam agar ia tak menggila. Setelah dua puluh menit berkendara dengan memerangi dirinya sendiri akhirnya ia sampai. Clay terlihat sudah menunggu Vilo di luar gedung apartemen sederhana tempat ia tinggal.
"Apa yang terjadi?" Clay langsung menghampiri Vilo.
"Entahlah Clay..." Jawab Vilo lemah.
"Kita masuk dulu" Clay memapah Vilo agar ia tidak limbung.
"Kau duduklah dulu, aku ambilkan minum" Vilo menurut dan duduk di sofa ruang tv milik Clay.
"Kau benar tidak mengenal wanita setengah baya waktu itu Clay?" Tanya Vilo serius saat Clay memberikannya segelas jus jeruk.
"Wanita setengah baya? Maksudmu?" Clay terlihat pura-pura bingung.
"Pelanggan menyebalkan yang datang ke mart mu" Vilo menatap Clay serius.
"Ahhh yang itu. Tentu saja tidak. Kenapa?" Clay masih berusaha terlihat tenang.
"Benarkah?" Clay mengangguk.
"Aku pikir kau akan menceritakan hal yang sebenarnya padaku Clay" Mata Vilo mulai berair lagi.
"Mm... Mak... Maksudmu?" Vilo memberi Clay File yang sedari tadi ia bawa.
"Jhea Sophia. Seseorang yang kau bilang hanya pelanggan menyebalkan itu adalah ibumu bukan?" Air mata mulai menetes deras di pipi Vilo.
"Vi... Vilo... Apa yang sebenarnya ingin kau katakan? Kenapa kau bisa memiliki copy kartu keluargaku?" Tanya Clay bingung.
"Jhea Sophia, Wanita itu memiliki affair dengan ayahku dan aku yakin kau tahu hal itu kan Clay? Aku pikir... Aku pikir selama ini kau berada di pihakku sebagai temanku tapi ternyata kau.... Kenapa kau melakukan ini padaku hah?" Tangis dan amarah Vilo pecah.
"Vilo... Aku bisa menjelaskan semua ini. Iya Jhea Sophia adalah ibuku dan soal affair itu aku sama sekali tak tahu menahu. Tidak, aku baru sekitar sebulan ini tahu dan aku terus mencoba untuk menghentikan ibuku tanpa sepengetahuanmu, agar kau tidak terluka" Jelas Clay sambil menggenggam tangan Vilo.
"Agar aku tidak terluka? Bullshit!" Vilo menepis tangan Clay dan meraih tasnya lalu bergegas pergi.
"Vilo... Jangan pergi! Vilo ku mohon!!" Clay menahan Vilo untuk keluar dari apartemennya.
"Aku bisa menghancurkan Retail Future milik ibumu dan juga Global Printing milik ayahmu dengan mudah kalau kau bukan temanku. Apa ini keluargamu menghancurkan Kami? Dengan mengirimmu untuk berpura menjadi temanku sehingga aku akan sulit untuk membalas?"Vilo tak lagi bisa mengontrol ucapannya.
"Vilo... Tak pernah sedikitpun aku berpura menjadi temanmu" Wajah Clay terlihat kecewa.
"Benarkah?" Vilo mendorong Clay dan bergegas pergi. Clay mencoba ngengejar Vilo tapi pintu lift tertutup saat Clay hampir berhasil. Ia menuruni tangga darurat demi mencegah Vilo untuk pergi tapi percuma saat ia sampai di lobby apartemen, mobil Vilo telah melaju kencang meninggalkan parkiran. Clay bersandar lemah di salah satu dinding gedung dengan nafas yang terengah-engah.
"Tuhan... jagalah Vilo saat aku tak bersamanya. jangan biarkan ia melakukan hal itu lagi" Clay berdoa dalam hati. karena tak mungkin ia memaksa Vilo untuk berbicara dengannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
Short StoryMenceritakan tentang kisah balas dendam tiga orang wanita. Mereka di pertemukan secara tidak sengaja dan mulai menjalin persahabatan sambil menjalankan strategi balas dendam mereka satu persatu. Pahit manis harus mereka lalui bersama, emosi tak terk...