PRICKED

7 1 0
                                    

Nata pulang ke rumah dengan perasaan berat, ia merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Vilo di rumah sakitnya. Ia membanting tubuhnya di kasur besar bersprei tosca dengan paduan putih. Menghela nafas berkali-kali berharap segalanya hanya mimpi. 

"Permisi non.. Tadi ada yang mengantarkan ini" Seorang pelayan memberikan Nata sebuah box hitam berukuran sekitar 30 cm. Dengan malas Nata bangkit dari ranjangnya dan menerima box itu. Ia membuka pita putih yang mengunci box itu dengan perlahan, ia sama sekali tak tahu siapa pengirim box itu.

Saat ia membuka penutup boxnya, seketika seperti ada hujaman hebat di hati Nata. Semua benda kenangannya dengan Regan berada terkumpul didalam box itu. Sebuah gelang silver yang masih tertata rapi di sebuah kotak kaca berukir inisial nama mereka, beberapa figura putih yang menyimpan kenangan penuh kebahagiaan milik keduanya dan sebuah scarf hitam yang pernah menghangatkan Regan juga ada disana. Air mata Nata menetes tak terkendali. Seakan setiap kenangan itu berebut untuk di putar di kepalanya.

Nata menyeka air matanya saat ia melihat sebuah amplop pink yang tersisip di pinggir box, Dengan tangan gemetar ia mengambil amplop berukiran emas di tiap sisinya tersebut. Membukanya dengan ragu, berharap itu bukanlah ucapan perpisahan dari Regan. Tapi kejutan lain telah menunggunya, amplop pink itu berisikan undangan pernikahan Regan dan Rosean. Lagi-lagi air mata Nata mengalir deras. Hatinya hancur tak berbentuk melihatnya.

Secarik kertas jatuh dari balik undangan. Nata mengambilnya dan ia tahu benar tulisan siapa itu. Regan meninggalkannya sebuah pesan perpisahan.

"Dear Nata,

Kau mungkin akan membenciku seumur hidupmu, aku tahu dan aku menerimanya. Ini semua memang kesalahanku tapi aku tak mau terus berbohong kepadamu tentang hatiku. Memang ini terkesan egois tapi ini yang terbaik untuk kita.

Akan sangat egois bila aku meminta pengertianmu tapi semoga perlahan kau juga akan menemukan kebahagiaanmu sendiri. Sekali lagi maafkan aku Nata karena mengembalikan ini semua tidak secara langsung karena Aku takkan sanggup melihat tangisanmu lagi.

Dan... Aku akan menikahi Rosean. Aku harap kau bisa menerimanya. Terima kasih atas segalanya. Kau sangat baik, aku yakin kau menemukan seseorang yang lebih baik dariku.

Maafkan aku Nata...

Regan"

Nata lemas tak berdaya setelah membaca surat dari Regan. Isak tangis yang tak mampu ia tahan lagi akhirnya pecah. Nata sampai dititik terlemahnya. Selama ini ia kadang masih berharap suatu saat regan akan kembali tapi saat ini semua harapannya terasa pupus. Nata tak mempunyai tenaga untuk berteriak atau meminta seseorang menolongnya saat ini.

"Nataaaa.... Mama bawakan makanan kesukaanmu... Kamu kenapa nak??" Ferlian Liza kaget bukan main saat melihat anaknya sedang menangis tersedu sambil memeluk lututnya didekat ranjang. Ferlian melihat barang-barang berserakan di sisi anaknya dan sebuah undangan yang memajang nama Regan dan Rosean tergeletak di dekat kaki Nata. Ferlian langsung memeluk anak perempuannya itu, ia mengerti benar betapa hancurnya hati Nata saat ini. Selama ini Nata memang terlihat baik-baik saja tapi Ferlian sebagai seorang ibu yang mengerti benar bagaimana anaknya bisa merasakan tatapan ceria Nata menghilang. Mungkin bibirnya tersenyum tetapi tidak dengan mata cokelat itu.

Nata kini hanya menangis di pelukan sang ibunda tanpa mengatakan apapun. Hanya air mata deras yang seakan bercerita tentang keadaan hatinya saat ini. Air bening yang tak kujung berhenti. Air bening itu selama ini di bendung oleh Nata dalam sebuah ruangan tertutup akhirnya kini pecah. Ferlian juga tak mampu menahan air matanya karena sakit yang anaknya rasakan seakan menghujam hatinya juga.

Saat malam hari Nata dilarikan kerumah sakit karena ia tak sadarkan diri dan demam tinggi. Ferlian sebagai seorang dokter sempat memeriksa keadaan Nata dan ia memutuskan untuk membawa Nata ke rumah sakit. Nata mengalami dehidrasi hebat dan juga stress yang membuat kondisi tubuhnya melemah.

Ferlian sempat menemukan sebotol obat antidepresan di laci nakas Nata. ia menghela nafas berat saat mengetahui Nata mengkosumsi obat yang termasuk dalam golongan Serotonin-Norepinefrin tersebut. Obat itu agak sulit ditemukan di sini lalu bagaimana Nata bisa mendapatkannya?. Ferlian menatap puterinya dengan rasa bersalah. Ia memang selalu sibuk sehingga kurang memperhatikan Nata. Selama ini Reganlah yang selalu menemani anaknya itu sehingga ia tidak terlalu kesepian. Tapi keadaan berubah seratus delapan puluh derajat saat Regan meninggalkan Nata. Ferlian sadar anaknya terluka hebat tetapi ia masih egois dengan mementingkan pekerjaannya.

**********

Kabar tentang Nata sampai juga ke telinga Regan. Tak bisa di pungkiri ada perasaan khawatir di hatinya saat ini. Ia tahu benar Nata seperti ini karena ulahnya. Ia tahu benar seterluka apa Nata sekarang.

Regan memberhentikan sebuah taksi dan menyuruh sang supir untuk ke rumah sakit dimana Nata dirawat. Ia mengutuk dirinya karena melakukan hal bodoh ini tapi ia juga tak bisa membohongi hatinya yang sangat ingin melihat keadaan Nata secara langsung.

Regan menggunakan jaket hitam juga topi hitam yang menutupi separuh wajahnya berjalan menunduk di koridor rumah sakit. Ia menuju ke ruangan dimana Nata dirawat. Suasana rumah sakit cukup sepi karena ini sudah menjelang tengah malam. Sebuah kamar di ujung ruangan terlihat dan Regan mulai melambatkan langkahnya. Ada keraguan yang masih menyelimutinya. Ia takut kedatangannya akan memperburuk keadaan Nata.

Regan berhenti sebentar memantapkan hati. Lalu ia melanjutkan langkah dan akhirnya sampai di pintu bernomor 1151. Seorang gadis terbaring dengan sebuah infus di lengannya. Gadis itu terlihat lemah dan menyedihkan. Regan tak memiliki keberanian untuk masuk karena dari jarak sekitar sepuluh meter saja ia sudah merasa perih untuk berada di sekitar Nata.

"Maafkan aku Ta..."Ucapnya pelan.

"Maafkan aku yang tak lagi bisa menjagamu..." Tambahnya.

"Cepat sembuh dan bencilah aku sesukamu tapi hiduplah dengan bahagia setelahnya. Aku selamanya akan terpenjara dalam rasa bersalah ini. Biarkan aku menerima hukumanku Ta.." Air bening jatuh dari mata Regan. 

"Siapa disana?" Seorang suster menegur Regan dan Reganpun langsung bergegas pergi karena ia tak ingin ada yang tahu mengenai kedatangannya. Baginya Nata tak perlu melihat sisi dirinya yang seperti ini. Biarlah Nata terus membencinya sehingga perlahan ia bisa melupakannya.

"Ada apa sus?" Ferlian kembali dari toilet.

"Em.. Tadi ada seorang laki-laki berbaju serba hitam yang berhenti di depan kamar Nona Nata cukup lama bu" Lapor sang suster. Ferlian langsung masuk ke kamar Nata untuk memeriksa keadaan sang anak. Ia tak mau kejadian yang menimpa Vilo juga menimpa Nata. Tapi syukurlah Nata baik-baik saja. Ferlian langsung menyuruh rumah sakit untuk di jaga lebih ketat. Harus ada penjaga di setiap sisi terutama lorong rawat.

"Regan...." Nata mengigau dan terlihat air bening menetes dari sudut mata yang terpejam. Bahkan di alam bawah sadarnya Regan masih mendominasi tiap ruang hati Nata. Regan masih jadi pemeran utama dalam hidupnya.  Regan masih jadi pusat rotasi kehidupan Nata. Berapa kalipun ia mengelak tapi tetap saja sampai saat ini masih Regan. Entah sampai kapan Nata akan terus terombang ambing dalam kapal yang tak memiliki arah tujuan. Tapi ia terus mencoba untuk menerima segala keadaan. Hal tersebut membuat tubuh Nata melemah. Tapi bagaimanapun juga Nata tahu kalau ia harus melawannya. Nata harus bertahan demi dirinya sendiri.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang