"Papa tidak menyangka kau berbakat juga di perusahaan. Selamat karena kau telah menaklukkan pasar Eropa Vilo..." Frans Courtney tersenyum bangga.
"Papa saja yang terlalu meremehkanku" Balas Vilo dingin.
"Seperti yang telah papa janjikan, maka sahammu di perusahaan ini menjadi 85%" Frans menyodorkan secarik kertas ke hadapan Vilo.
"Baiklah itu berarti perusahaan ini milikku, papa tidak usah memikirkan perusahaan lagi. Papa hanya butuh istirahat. Mama selalu menunggumu pa.. Kembalilah... Atau aku yang akan memaksamu untuk kembali..." Vilo mengambil kertas tersebut dan bangkit dari duduknya.
"Kau sedang mengancamku?" Frans tersenyum miring.
"Aku akan memberi wanita itu pelajaran jadi papa pergilah dengan Kak Gavin ke suatu tempat yang sudah ku siapkan. Jangan terlibat lagi" Nada suara Vilo masih dingin. Meskipun rencana awal ia ingin menghukum Frans juga tapi ia tetaplah seorang anak yang tak akan tega. jadi ia memutuskan untuk mengasingkan sang ayah sementara waktu.
"Kak Gav..." Gavin mengangguk dan mempersilahkan Frans untuk mengikutinya.
"Mama sudah menunggu disana jadi papa tenanglah. Kau tak akan sendirian. CMC dan GE biar aku yang urus" Frans hanya mengangguk tanpa kata. Hati lelaki tua itu terasa hancur saat melihat anak perempuannya bersikap dingin seperti itu padanya. Ia juga teringat akan kejahatannya selama ini pada Vilo, ia selalu kasar dan tak pernah mengurusnya dengan benar. Kehilangan Bastian membuatnya buta, membuatnya tak mampu lagi melihat Vilo seperti anaknya lagi. Dan kebodohannya mempercayai Jhea membuat hatinya merasa terisir saat ia mengingat Claise Lily terus sabar menunggunya selama ini. Ia terus menyakiti orang-orang yang seharusnya ia lindungi.
Saat ini ia berharap Vilo marah dan mencaci makinya tapi Vilo malah menghukumnya seperti ini. Senyum ceria Vilo yang dulu selalu ia lihat kini telah berubah dengan wajah tanpa ekspresi. Suara riang yang selalu mengisi hari-harinya kini berintonasi dingin. Panggilan papa yang barusan ia dengar menyadarkannya bahwa Frans telah mengubur Vilo kesayangannya bersama Bastian.
"Aku akan kembali secepatnya" Gavin menutup pintu ruangan presiden direktur yang selama ini dihuni Frans dan meninggalkan Vilo sendirian.
"Harusnya aku membunuhmu kan... Berterima kasihlah pada mama..." Vilo membanting tubuhnya di sofa.
**********
"Jhea Sophia, CEO Retail Future di tangkap oleh kepolisian atas tuduhan penggelapan uang kerja sama dengan CMC. Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, pihaknya telah menerima laporan dari perusahaan media terbesar itu kemarin. Sang CEO di tangkap pagi ini tanpa perlawanan apapun. Kami masih menunggu perkembangan penyelidikan dari kasus ini" Vilo tersenyum sambil mengeringkan rambutnya saat ia menonton berita pagi ini.
"Its just started..." Gumamnya pelan.
"Kak Gav kau sudah menyiapkan semuanya?" Tanya Vilo di ponsel.
"Baiklah... Kita bertemu di kantor saja Kak" Vilo mematikan sambungan teleponnya.
Vilo menatap dirinya di cermin besar. Rambut ash brown yang ia curly di bagian bawah juga make up natural yang di padu dengan lipstik nude menghiasi wajahnya. Sebuah knit tshirt ketat berwarna khaki dan juga rok navi selutut membalut tubuhnya.Tidak lupa stiletto berwarna senada juga menopang penampilannya pagi ini. Ia sengaja berdandan sedemikian rupa karena hari ini adalah hari yang sudah lama ia tunggu.
Vilo menuruni anak tangga dengan percaya diri. Senyum lebar menghias di wajahnya. Ia amat sangat bersemangat hari ini karena sejauh ini semua rencananya berjalan lancar. Hari ini Vilo memilih untuk berkendara sendiri dan iapun telah mendapat ijin dari Gavin. Tapi tetap akan ada beberapa pengawal yang mengawalnya dengan mobil lain.
**********
"Telah terjadi kecelakaan di jalan bebas hambatan timur yang melibatkan sebuah mobil sport mewah berwarna hitam. Di duga seorang penumpang terluka parah dan kini dalam perjalanan ke rumah sakit. Diketahui penyebab kecelakaan tersebut dikarenakan supir truk yang mengantuk dan tidak sengaja menabrak The Ferarri black metalic tersebut. Supir truk kini buron......." Gavin tertegun saat mendengar kabar tersebut dari radio yang memang ia putar di mobilnya.
Gavin meminggirkan mobilnya sebentar dan berusaha mencari kebenaran kabar tersebut. Karena hanya beberapa orang saja yang memakai jenis mobil tersebut, dan Vilo salah satunya. Ia juga mencoba menghubungi Vilo tapi tak ada jawaban sama sekali.
Gavin langsung menekan pedal gas menuju tempat kejadian. Ia berkendara seperti orang gila karena perasaannya saat ini semakin tidak enak. Sepuluh menit akhirnya ia sampai, beberapa polisi sudah berada disana. Langkah Gavin terhenti saat ia melihat mobil hitam mewah yang sudah ringsek. Hatinya teriris saat melihat sebuah boneka teddy bear kecil berwarna ungu yang tergantung di spion tengah mobil tersebut. Ia ingat benar bahwa boneka itu adalah boneka yang pernah Bastian buat untuk Vilo. Gavin hampir limbung melihat bercak darah di kursi kemudi.
"Maaf pak kami sedang dalam penyelidikan jadi bapak tidak diperkenankan mendekat" Seorang polisi menghadang Gavin.
"Pemilik mobil ini adalah adik saya" Ucap Gavin lemah.
"Ah kalau begitu bapak harus ke rumah sakit dekat sini karena korban langsung di bawa kesana" Saran sang petugas.
"Rumah sakit... Ah... Iya rumah sakit..." Gavin tertunduk sambil mengatur nafas.
"Petugas kami akan mengantarkan anda pak. Kondisi anda tidak memungkinkan untuk ke rumah sakit" Seorang polisi membantu Gavin.
"Ba... Baiklah.." Gavin masuk ke mobil polisi dan terdiam.
Sesampainya di rumah sakit Gavin langsung berlari dengan sisa tenaganya. Ia sampai di depan ruang ICU dan tertegun sesaat saat melihat wajah dokter tertunduk muram.
"Bagaimana keadaan korban dok?" Tanya Gavin.
"Kami sudah berusaha sebisa Kami. Pendarahan hebat di kepalanya membuat ia tak bisa tertolong. Kami minta maaf" Dokter menepuk bahu Gavin dan berlalu. Gavin kehilangan kata, nafasnya tak beraturan.
"Haruskah kau meninggalkanku juga Vilo? Haruskah aku kehilangan kau juga? Siapapun tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini.. Kumohon!!" Jerit Gavin dalam hati. Kehilangan Bastian sudah sangat menyakitkan bagi Gavin dan kini Vilo, ia merasa seperti ingin meledak. Rasa sesak di dadanya begitu menyiksa. Tenggororkkannya terasa tercekat dan Gavinpun jatuh terduduk di lantai rumah sakit. Ia merasa dunia berhenti berputar, ia merasa hal ini sungguh menyakitkan.
"Vilo... Jangan tinggalkan kakak... Ku mohon!!!"
**********
FYI : Next Chapter will be Final Chapter. So... Wait for it!!!! Thankiessss....
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
Short StoryMenceritakan tentang kisah balas dendam tiga orang wanita. Mereka di pertemukan secara tidak sengaja dan mulai menjalin persahabatan sambil menjalankan strategi balas dendam mereka satu persatu. Pahit manis harus mereka lalui bersama, emosi tak terk...