Halaman ke-4

1.6K 125 0
                                    

Tidak ada yang jauh lebih sakit dalam hidup Anna selain mengetahui fakta menyedihkan tentang dirinya. Dia bisa saja menuntut keadaan atas rasa sedihnya, tapi dia merasa masih tak mampu untuk melakukannya. Karena sesakit apapun yang Anna rasakan, dia masih sempat menikmati rasa cinta yang Yanu berikan.

Meskipun semua itu terjadi bukan murni karena cinta, tapi Anna sadar bahwa dia benar-benar mencintai pria yang telah membohonginya. Hubungannya dengan Yanu berjalan baik-baik saja sampai mereka tak jarang merencanakan untuk terus hidup bersama selamanya. Tapi ketika beberapa ucapan terlontar dari mulut Yanu saat itu, Anna cukup merasa semuanya memang hanya bayang belaka.

Jika sedari dulu Yanu memang membohongi Anna, tapi kenapa gadis itu tak merasakannya sama sekali? Apa karena cinta? Cinta yang Anna rasakan terlalu besar sehingga gerak-gerik Yanu tak terasa sama sekali.

"Pulang bareng seperti biasa, 'kan?" tanya Cindy sembari memutar posisi duduknya ke arah Anna yang duduk di belakang dirinya.

"Boleh, tapi anter aku ke perpus dulu ya, ada buku yang harus aku kembaliin hari ini," jawab Anna sembari membereskan beberapa buku paket sejarah yang tergeletak di atas mejanya.

"Ya udah kalau gitu, gue sama Vanya duluan aja kali ya." Febby bangkit lebih dulu dari duduknya dan mengajak Vanya.

"Iya nggak papa duluan aja," ujar Anna.

Setelah itu, Febby dan Vanya berjalan keluar kelas untuk pulang bersama karena jarak rumah mereka yang lumayan saling dekat.
"Yuk!"

Setelah buku-buku itu terancang rapi, Anna membawanya dan mengajak Cindy segera mengantarnya ke perpustakaan. Tapi sebelum mereka mulai berjalan ke luar kelas, Cindy sengaja mengambil beberapa buku paket agar beban Anna tidak terlalu berat.

"Thanks, Cin."

"Santai aja."

Anna dan Cindy berjalan di koridor sekolah untuk menuju ruangan perpustakaan yang terletak tak jauh dari taman. Hari sudah mulai sore dan taman masih ramai dikunjungi murid di sekolah. Mereka menunggu jemputan, bertemu seseorang, atau bahkan hanya sekedar terduduk tanpa tahu harus apa.

Taman, satu kata itu membuat pikiran Anna melayang ke tempat yang sangat bersejarah bagi dirinya. Dia sering mengunjungi taman sekolah bersama mantan kekasih ketika masih bersama dulu, dia sering menunggu Yanu menghampirinya di taman ketika mereka memutuskan untuk pulang bersama, mereka sering melakukan itu semua. Tapi itu hanya dulu.

Pada malam hari itu, sebelum Anna dan Yanu memutuskan untuk saling mengambil jalan untuk sendiri-sendiri, mereka sempat bertemu di taman komplek yang tak jauh dari rumah Anna. Mereka berdua bertemu dalam keadaan baik-baik saja, tapi setelah mereka berbincangan sedikit lama, keduanya langsung membuat keputusan untuk berpisah.

Mungkin saat itu Anna tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Yanu akan menjadi pertemuan mereka terakhir kalinya.

"An!"

"Ya?"

Mereka berdua kini berdiri tepat di depan pintu perpus yang terlihat sudah sepi, hanya ada beberapa orang yang tengah membaca dan berdiri di depan rak buku.

"Nanti pas lo udah kembaliin bukunya tungguin gue ya, gue mau cari buku buat nambahin materi kerja kelompok besok." Cindy memberikan buku paketnya lagi pada Anna.

"Oke," sahut Anna sembari menerima buku itu dari Cindy.

Cindy melangkahkan kakinya masuk ke dalam perpus terlebih dahulu dan langsung mencari rak buku khusus sejarah. Ketika Cindy memilih buku, Anna langsung menghampiri meja penjaga perpus yang letaknya tak jauh dari pintu masuk.

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang