"Malam hari itu aku dan Yanu bertemu seperti biasa di taman yang nggak jauh dari rumahku. Aku nggak pernah memikirkan apa pun, termasuk soal perpisahan yang Yanu putuskan saat itu. Tepat pukul delapan malam kita masih duduk bersama dan berbagi cerita percis seperti biasanya. Tak ada handphone, buku, atau segala hal yang bisa membuat kita tak mempedulikan posisi masing-masing. Aku rasa kita berdua masih baik-baik saja, tapi tidak lagi ketika Yanu akhirnya melakukan hal yang sangat membuat aku jijik."
Anna mulai membuka suara dan akan menceritakan sebuah alasan mengapa dirinya dan Yanu berpisah saat itu juga. Yang lainnya--termasuk Yanu--memerhatikan dengan seksama bagaimana mulut Anna terbuka dan menceritakan semuanya.
"Yanu, katanya ada sesuatu yang mau kamu tunjukan sama aku, apa itu?"
Anna masih mengingat jelas kalimat tanyanya yang malam hari itu terlontar untuk Yanu.
"Tunggu sebentar, aku sedang menunggu seseorang."
Anna hanya mengangguk sebagai jawaban. Yanu pun yang sedari tadi sibuk mencari topik pembahasan dengan Anna, kini dia sibuk menarikan jari di atas layar handphone-nya yang menyala. Anna mulai khawatir dan merasakan ada hal yang salah. Yanu yang biasanya perhatian, detik itu juga terasa sangat berbeda.
Waktu sudah mulai larut malam dan Yanu tak kunjung membuka suara. Bahkan ketika hujan rintik mulai membasahi pakaian keduanya, Yanu masih tetap fokus pada layar di genggamannya dan tak mempedulikan teriakan Anna yang memintanya untuk segera pergi.
Namun, setelah ada kaki baru di antara kaki mereka, Yanu mulai mengabaikan handphone dan bangkit dari duduknya. Menghampiri seorang gadis yang baru saja datang dan membawakan payung untuknya.
Mata Anna terasa sangat panas meski seluruh tubuhnya kini kedinginan akibat air hujan yang masih saja deras membasahi pakaiannya. Dirinya tak pernah tahu apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Hatinya sakit dan seakan tak bisa kembali seperti semula. Apa salahnya sehingga membuat Yanu berniat untuk menyakitinya seperti ini? Anna bahkan tak tahu sama sekali.
Ketika air mata dan air hujan menyatu, saat itu juga Anna melihat kedua belah bibir Yanu dan gadis itu saling menempel satu sama lain. Romantis dan terlihat sangat manis. Namun, hati Anna tak bisa berhenti menjerit sakit ketika melihat Yanu benar-benar menikmatinya.
"Apa aku harus pergi?"
Anna tak yakin suaranya terdengar. Suaranya yang bergetar ditambah dengan suara rintikan hujan semakin membuat Anna yakin bahwa Yanu tak akan mendengarkannya. Tapi setelah Yanu menyudahi kegiatan itu, saat itu juga pandangannya beralih pada Anna.
"Pergilah! Gue nyatakan kalau mulai malam hari ini kita resmi berpisah."
Bagai disambar petir, hati Anna benar-benar tak kuasa lagi menahan rasa sakitnya. Dia tak marah ataupun membela diri. Yanu sudah jelas memintanya pergi dan harus mengakhiri semuanya. Anna hanya bisa menuruti dan pergi saat itu juga.
"Baiklah, aku pergi."
Anna bangkit dari duduknya dan dengan sesegera mungkin berbalik agar tak melihat kembali Yanu dengan Diana yang masih berdiri saling berhadapan. Biarkan malam hari itu adalah malam terakhir Anna melihatnya, semoga tidak akan lagi. Hati yang sakit akan sangat sulit menerima kembali hati yang baru, terlebih itu hati dari masa lalu.
"Jadi, apa aku salah untuk berlaku seperti itu sama Yanu? Hati aku sakit dan berusaha untuk nggak merasakan sakit lagi. Aku cuma nggak mau terjebak lagi dan salah satu hal yang harus aku lakukan adalah nggak terlalu lama melihat kamu, Yanu."
Anna kembali membuka suara dan membawa semuanya menyudahi untuk masuk terlalu dalam pada cerita yang baru saja Anna sampaikan. Tak ada yang Anna lebih-lebihkan dari apa yang terjadi dan apa yang dikatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Sama Terulang (Completed) ✓
Roman pour Adolescents~~Ketika lelah membalik halaman yang sama~~ Mungkin, semua takdir kini telah terucapkan secara lantang di depan semua insan. Takdir di mana seharusnya seorang gadis tetap berdiri tegar dan menentang semua kesalahan yang seharusnya ditinggalkan. Ingi...