Halaman ke-27

936 60 0
                                    

"Kita lulus!"

Pekikan yang terdengar begitu nyaring itu keluar dari suara para murid SMA yang baru saja usai melihat daftar nama-nama murid yang lulus tahun ini. Di mading, kini berdiri begitu banyak murid kelas dua belas yang berdesakan untuk antre melihat daftar nama itu. Barangkali mereka mendapat berita buruk untuk menetap satu tahun lagi di masa putih abu.

"Udah lihat madingnya?" tanya Erina ketika berpapasan dengan Anna di koridor.

"Hari ini aku sengaja datang paling pagi. Jadi, aku udah tahu hasilnya," jawab Anna.

"Enak banget dong," ujar Erina sembari melihat kerumuman para murid SMA di depan mading, dia malas jika harus ikut berdesakan. "Terus gue harus nerobos masuk ke sana, gitu? Males banget," keluh Erina.

Anna merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan handphone-nya. Membuka locksreen dan segera mencari aplikasi galeri foto.

"Tadi aku udah sempet foto semua hasilnya. Cari aja." Anna menyerahkan handphone-nya pada Erina dan diterimanya dengan sangat antusias.

Tangan dan juga mata Erina bekerja sama untuk mencari namanya. Selain mencari namanya sendiri, Erina pun sesekali melihat nama Anya, Vanya, maupun Syabil yang dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. Degup jantungnya serasa akan berhenti seketika saat jarinya mengusap layar handphone dan mencari nama Erina di sana. Pas! Erina lulus.

"Lulus, 'kan?" tanya Anna.

Erina mengangguk dengan cepat dan memeluk Anna dengan refleks. Dia sudah menduganya bahwa kelulusan masa SMA bukan perkara hal yang sulit terkabulkan. Hanya saja rasa gugup dan takut tetap saja ada.

"Kita semua lulus, Er, aku bahagia banget waktu cek nama kita semua ada di kertas itu."

Erina melepas pelukan eratnya pada Anna dan memandang gadis itu dengan binar mata bahagia yang tak tergantikan. "Kalau kayak gini sih kita jadi nggak sia-sia udah rancang kebaya dan gaun malam kembaran. Jadi, kita bisa sama-sama memakainya."

✓✓✓

Graduation. Hari di mana kelulusan sembari pelepasan pun akhirnya tiba. Masa susah-senang selama di putih abu akan segera berakhir dan menjadi sebuah kenangan bagi setiap murid yang mengalaminya. Entah itu baik atau buruknya masa SMA, ketika telah berpisah pasti akan sangat merindukan masa itu.

Kebaya yang dikenakan oleh para murid di sekolah begitu beragam dan berwarna. Sengaja kebaya yang dikenakan tidak harus sesuai dengan arahan sekolah, semuanya bebas memakai kebaya yang mereka suka. Termasuk membuat kebaya yang sama untuk beberapa teman baik agar bisa dipakai secara bersamaan.

"Kebayanya cantik banget," puji Syabil ketika dia disewa untuk menjadi photografer para gadis-gadis. Motif sederhana dengan warna cerah berwarna biru muda membuat mereka semua terlihat begitu berwarna.

Di taman sekolah, keenam gadis itu bergaya dengan sangat cantik dan memesona. Berbagai pose dilakukan agar terlihat bagus di kamera yang dipegang Syabil. Sudah sekitar satu jam lebih mereka melakukan pemotretan, tapi tak kunjung usai juga.

"Udahlah gantian, gue pengen foto juga sama Erina," keluh Syabil dan memberikan kameranya pada Eka yang memang mendampinginya mengambil gambar sedari tadi.

Erina dan Syabil berdiri saling berhadapan di depan sebuah bangku panjang. Keduanya memulai pemotretan dimulai dari gaya berdiri saling berhadapan, saling membelakangi, duduk bersampingan, hingga berjalan melewati bangku panjang itu.

"Feb, foto yuk!"

Ajakan Eka tak Febby sia-siakan. Eka langsung memberikan kameranya pada Cindy dan menyuruhnya bergantian untuk mengambil gambarnya dengan Febby.

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang