Halaman ke-19

1K 72 5
                                    

Sore hari itu keadaan bahagia kembali menjalar di mana-mana. Karpet yang sengaja disewa tergelar di atas pasir. Semuanya duduk dengan rapi termasuk Yanu yang baru saja gabung dan bilang bahwa dirinya baru saja datang. Jika kedua mata Yanu dengan sengaja melirik Anna, dia sadar bahwa Anna tak berniat sama sekali untuk balik menatapnya.

"Pokoknya ya, Bil, lo sama Erina semoga langgeng dan bisa terus sama-sama dalam keadaan apa pun. Lagian nih ya, gue liat kalian itu cocok banget," ujar Eka dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan dan membuat Erina tersipu di samping Syabil.

"Ya semoga aja gitu." Syabil melirik keberadaan Erina di sampingnya dengan senyuman penuh arti. "Lagian gue nggak ada niat sama sekali buat ninggalin dia. Jadi, gue akan berusaha buat terus jaga hubungan gue sama Erina."

Erina yang mendapatkan perkataan Syabil begitu romantis untuknya langsung memerah kedua pipinya. Syabil yang selalu menyebalkan dan romantis tak kenal tempat dan waktu. Namun, hal itu yang sampai saat ini selalu membuat Erina bahagia. Dia tak pernah peduli lagi tentang bagaimana rasanya sebuah perpisahan. Karena bagi dirinya, Syabil bukan sebuah perpisahan, tapi Syabil adalah sebuah keharusan.

"Makasih ya Bil udah mau jadi sesuatu yang berharga bagi aku. Aku janji, aku nggak akan pernah berharap untuk mendengar kata perpisahan dari kamu. Nggak akan."

Mata Erina berair karena terlalu membawa perasaannya terhadap hal yang dia bicarakan saat ini. Perasaannya tak akan pernah main-main dan Erina telah meletakkan perasannya hanya untuk Syabil.

"Harusnya aku yang berterima kasih karena kamu udah mau jadi Erina yang selalu ngerti keadaan aku."

Syabil dan Erina saling pandang dan menukar rasa satu sama lain saat itu juga.

"Yaellah, bikin orang iri aja," ujar Cindy ketika melihat kedua tangan Syabil mulai merengkuh tubuh Erina di hadapan semuanya.

"Awas aja lo ya, Bil, kalau lo berani sakitin Erina, lo udah tahu apa akibatnya." Mata Febby melotot tajam ke arah Syabil yang hanya dibalas dengan satu kedipan mata tanda untuk mengiyakan.

"Mau pulang jam berapa?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dari Angga membuat yang lainnya mengalihkan pandangannya pada Angga seorang.

"Santai dong, kan gue cuma nanya," ucap Angga dengan kikuk ketika dengan spontan yang lain menatap ke arahnya.

"Iya sih udah sore juga. Pulang aja yuk!" ajak Erina.

"Tapi kita harus makan dulu. Gue yang traktir semuanya," ujar Syabil dengan gembira.

Semuanya bersorak ria dan segera membereskan karpet yang mereka sewa beberapa jam yang lalu.

"Mau pulang bareng siapa?" tanya Angga yang mempunyai kesempatan untuk bertanya pada Vanya ketika yang lainnya sibuk berfoto ria dalam senja.

"Aku udah pesen taksi buat pulang bareng Cindy," jawab Vanya dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Yakin nggak mau ikut sama gue aja?"

Pertanyaan dari Angga tak langsung Vanya jawab. Gadis itu terdiam sejenak sembari menoleh ke arah di mana yang lainnya tengah menampilkan gaya terbaiknya agar terlihat bagus di kamera.

"Aku pikirin nanti." Vanya akhirnya menjawab dengan menggantungkan ajakan Angga.

"Hey!" Syabil menepuk pundak Angga sembari memperlihatkan kamera depan di ponselnya dan saat itu juga ekspresi Angga bersama Vanya terjepret dengan jelas di kamera ponselnya Syabil.

"Ih, sialan lo, Bil!"

Syabil berlari dan menghindari amukan dari Angga yang terlihat sangat kesal karena wajahnya terjepret dalam keadaan sangat mengenaskan.

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang