Halaman ke-30

2.3K 75 18
                                    

Pagi hari ini, langkah panjang dengan senyum lebar mengawali hari di mana Anna dapat bernapas dengan lega setelah melewati kejadian beberapa bulan yang lalu. Suara nyanyian burung berkicauan di tengah hangatnya mentari menemani setiap insan melakukan aktifitas. Terutaman Anna yang kini menapakan kaki di lantai rumah barunya untuk memulai hidup baru bersama keluarga.

"Mah, barang di luar udah beres semua?" tanya Anna sedikit berteriak saat dirinya sedang menuruni anak tangga.

Rambut terikat ke belakang dengan keringat bercucuran di dahinya. Anna telah membantu mamahnya membereskan barang-barang di rumah baru mereka. Sekitar tiga mobil besar mengangkut barang dari rumah lama ke rumah yang kini mereka tempati. Sedari pagi juga mereka langsung bergegas untuk membenah rumah agar terasa lebih nyaman.

"Mah?" tanya Anna yang terlihat kebingungan karena melihat mamahnya sangat sibuk membereskan barang di dapur sehingga menghiraukan anaknya.

Ketika Anna memutuskan untuk berjalan ke arah dapur, dia sempat melirik ke arah luar halaman rumah lewat pintu depan yang terbuka lebar. Di depan pintu terdapat satu kardus berukuran sedang dengan satu buket bunga mawar merah di atasnya.

Karena penasaran, Anna langsung berjalan ke arah pintu dan mengambil kardus yang tergeletak di sana. Anna juga mengambil buket bunga itu dan membawanya ke dalam rumah.

Meletakkan kardus di atas meja dan membiarkan bunga mawarnya tergeletak di atas sofa.

"Mah!" Anna kembali berseru sembari berjalan ke arah dapur dan menghampiri mamahnya. "Mah, itu di depan, kardus sama buket bunganya punya siapa? Punya Mamah?"

Elis menggeleng sembari mengelap keringat di dahinya menggunakan lengan kanannya yang tengah sibuk memasang tabung gas. "Dari temen kamu kali," jawab Elis.

"Bukan, Mah, temenku nggak ada yang bilang mau kirim paket perasaan. Yakin bukan punya Mamah?" Anna kembali bertanya sembari ikut jongkok di samping mamahnya.

"Bukan, Sayang ... bukan punya mamah."

Mulut Anna membentuk huruf O sembari menganggukkan kepalanya. "Mau aku bantu, Mah?"

"Nggak usah, ini aja udah selesai kok," ujar Elis sembari bangkit dari jongkoknya dan Anna mengikutinya. "Emang isi kardusnya apa? Yakin enggak ada nama pengirimnya?"

Anna menggelengkan kepalanya. "Belum aku buka, Mah, tapi kayaknya sih barang penting, mungkin."

Elis tersenyum hangat dan merangkul pundak anaknya. "Ayok kita lihat sama-sama!"

Mereka berdua akhirnya berjalan ke ruang depan dan duduk di atas sofa tempat satu buket bunga mawar merah tergeletak di sana. Di atas meja, kardus yang tertutup rapat dengan lakban, dibuka oleh Elis dan dia langsung bisa melihat apa isi kardusnya.

Anna maupun Elis saling menautkan alis dengan kebingungan. Di dalam kardus itu terdapat satu kresek berisi mangga yang langsung Anna keluarkan, satu toples kue bulan sabit bersalju, dan tiga coklat batang yang sering Anna beli setiap akhir pekan.

"Siapa yang rajin banget kirim semua ini ya, Mah? Nggak mungkin papah, 'kan?" tanya Anna sembari memegangi satu buah mangga yang dia ambil dari dalam kresek.

"Papah kan lagi ada tugas ke luar kota, kayaknya dia terlalu sibuk untuk melakukan ini," jawab Elis yang kini tengah membolak-balikan toples berisi kue bulan sabit, takut-takut terdapat sesuatu yang membahayakan. "Eh, Sayang ... ini ada suratnya deh, coba kamu lihat."

Di bagian belakang toples itu terdapat satu kertas berwarna merah muda menempel dan Elis yakin bahwa itu adalah surat dari pengirimnya. "Tuh ada tulisan 'To:Anna', jadi udah jelas kalau ini pasti buat kamu. Nih!"

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang