"Astaga! Kok ini ayam bakarnya enak banget sih? Eumm ... gue ketagihan deh," ungkap Angga ketika dia mencicipi secuil ayam bakar dari piring yang sedang dibawa Vanya. "Vanya, lo mau suapin daging ayamnya buat gue? Itu lo sendiri yang bakar, 'kan?"
Vanya mengangkat kedua alisnya tinggi. "Yang bakar aku sih, tapi yang kasih bumbunya bukan aku."
"Ya udah nggak papa, yang penting lo suapin gue sekarang. Ayok!" Angga mengarahkan tangan kanan Vanya ke atas piring yang berada di tangan kirinya.
Vanya mengangguk dan mulai mencuil sedikit daging ayam hasil bakarannya. Jari telunjuk dan ibu jarinya terangkat dan membantunya memasukan daging itu ke dalam mulut Angga.
"Eumm, rasanya makin enak." Angga berkomentar saat mulutnya masih mengunyah daging hasil suapan dari Vanya.
"Dasar modus lo!" Dari arah panggangan, Eka melempari Angga dengan sosis yang masih mentah.
"Bilang aja syirik lo, Ka!" Angga tersenyum miring sembari sengaja kini berdiri di samping Vanya.
"Ngapain syirik? Febby bisa lakuin itu buat gue. Ayok, Sayang ...."
Eka memberi aba-aba dengan membuka mulut lebar-lebar kepada Febby yang tengah memindahkan ayam dari panggangan. Febby memotong daging ayamnya dengan garpu dan pisau lalu dimasukan ke mulut Eka.
"Aw, panas!"
"Ha-ha-ha, rasain." Febby tertawa terbahak ketika melihat ekspresi Eka yang sangat terkejut ketika daging ayam yang masuk ke dalam mulutnya ternyata masih sangat panas.
"Romantis banget, Ka," sahut Angga dengan gelak tawa yang tak kalah terbahak dari Febby. Tangan Angga terangkat ke atas dan mendarat di atas pundak Vanya, merangkulnya untuk mendekat.
"Malam ini dan seterusnya biarkan kita tetap seperti ini."
Kalimat yang dilontarkan Angga membuat Vanya melototkan matanya dan dengan refleks menoleh. Sialnya, saat Vanya menoleh saat itu juga Angga menoleh ke arahnya. Mereka pun saling bertubruk pandangan dan Vanya segera mengalihkan itu.
"Lo resmi jadi pacar gue. Selamat anniversary yang kesatu detik, Vanya!" seru Angga dengan antusias sembari mengangkat kedua tangannya ke udara.
Suara Angga saat itu tidak pelan sama sekali sehingga terdengar oleh semuanya. Aktifitas yang dilakukan semua temannya seketika terhenti dan memerhatikan keberadaan mereka berdua.
"Jadian? Wuaa ... selamat, Vanya!" Cindy yang tadinya tengah makan, dia langsung menyudahi acara makannya dan berjalan menghampiri Vanya. Memeluknya.
"Selamat Angga dan Vanya!"
Semuanya bergantian mengucapkan selamat meski saat itu sangat terlihat jelas bahwa Vanya belum mengiyakan sama sekali.
Berita tentang jadiannya Angga dan Vanya sangat disambut bahagia oleh yang lainnya. Ternyata Angga bergerak jauh lebih cepat dari yang dibayangkan, semua tak mengira akan hal itu. Keduanya terlihat dekat dengan tiba-tiba semenjak acara menjenguk Anna beberapa bulan yang lalu. Ejekan yang dilontarkan teman-temannya ternyata membuahkan hasil yang sangat baik.
Vanya pun tak bisa berbuat lebih. Dia tahu Angga bukan pria yang jahat dan licik, hanya saja untuk mencintainya Vanya tak pernah berpikir sama sekali. Ingin rasanya dia mengungkap bahwa sebenarnya dia dan Angga tidak resmi berpacaran. Namun, Vanya pun harus menjaga harga diri Angga dan tak mau membuat Angga malu di depan semua temannya.
Malam hari ini setelah semuanya dengan puas melahap ayam bakar bikinan para gadis, mereka semua memutuskan untuk berkumpul di halaman belakang dengan terduduk di atas bangku yang terbuat dari bangunan dengan bentuk melingkar. Mereka semua terduduk di sana dengan sangat rapi. Terkecuali Haris yang memutuskan untuk duduk di tempat yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Sama Terulang (Completed) ✓
Ficção Adolescente~~Ketika lelah membalik halaman yang sama~~ Mungkin, semua takdir kini telah terucapkan secara lantang di depan semua insan. Takdir di mana seharusnya seorang gadis tetap berdiri tegar dan menentang semua kesalahan yang seharusnya ditinggalkan. Ingi...