Liburan yang seharusnya terasa membahagiakan, malah menjadi bencana besar yang mengakibatkan beberapa pihak merasa sangat dirugikan. Sedari awal rencana itu Anna dengar, dia telah memutuskan untuk tidak akan ikut andil karena dia tahu Yanu pasti akan membuatnya semakin bimbang. Tapi karena semua teman-temannya yang terlihat sedikit lebih bersahabat lagi dengan Yanu, dia jadi merasa akan baik-baik saja nantinya.
Anna sadar bahwa permasalahan yang terjadi di antaranya dan Yanu seakan tak kunjung usai karena dia masih merasa ada beberapa hal yang masih mengganjal. Mencoba untuk terus dipikirkan malah membuat Anna semakin kesal. Tapi dibiarkan pun, dia merasa sangat penasaran.
Dari jadwal yang telah disusun sebelumnya, seharusnya mereka semua baru akan pulang esok hari. Tapi karena keadaan memburuk sejak kemarin malam, Syabil memutuskan agar mereka pulang lebih awal. Jadi, pagi hari ini setelah semuanya selesai berkemas, mereka akan segera pulang ke Jakarta.
"Gue tahu apa yang lo pikirkan," ungkap Cindy ketika dia melihat Anna yang terus saja terdiam sejak masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya.
Anna mengalihkan pandangannya pada jendela mobil dan menatap jalanan yang begitu ramai. Hatinya tidak akan membaik secara tiba-tiba. Jadi, dia putuskan untuk diam sampai dia sendiri tahu sampai kapan hatinya butuh pemulihan.
"Gue mencoba untuk nggak memikirkan apa yang lo pikirkan saat ini. Tapi nyatanya gue nggak bisa, An, gue tetep kepikiran. Karena bagaimana pun juga semuanya berawal dari gue. Jadi, gue pantas untuk merasa bersalah, 'kan?"
Anna dengan cepat mengalihkan pandangan matanya pada Cindy. Memberikan keyakinan agar orang di depannya tahu bahwa semua terjadi karena kehendak Tuhan, bukan dirinya.
"Cin, untuk apa memikirkan itu? Yang penting, kamu nggak ada niat untuk nyakitin aku, 'kan?"
Cindy dengan cepat menggeleng. Niat awal dia mengenalkan Yanu pada Anna hanya semata-mata untuk membuat mereka berdua saling mengenal, bukan saling menyakiti atau bahkan mempermainkan. Yanu saja yang menyalahgunakan kesempatan dan membuat semuanya menjadi serumit ini.
Anya dan Vanya yang mendengar percakapan itu tak ada niat untuk menimpali sama sekali. Ketika Cindy mulai memejamkan mata dan tertidur, pembahasannya dengan Anna tertutup sudah dan menyisakan keheningan di sepanjang perjalanan.
Di tengah perjalanan, mobil yang dikendarai Syabil sengaja berhenti di sebuah rumah makan di Jakarta. Mereka tidak sempat sarapan di villa, untuk itu mereka putuskan untuk sarapan di rumah makan yang kebetulan buka di pagi hari. Mau tidak mau mobil Haris pun ikut berhenti sehingga Anna dan yang lainnya ikut makan bersama.
Syabil dan Angga memesankan pesanan semuanya sementara yang lain tengah terduduk di atas kursi dengan meja berukuran cukup besar karena bisa menampung semuanya makan bersama. Jadi, tidak ada yang perlu berpencar mencari meja lain.
Ketika pesanan yang dipesankan Angga dan Syabil datang, semuanya sarapan dalam keheningan. Tak ada canda atau pembicaraan, yang ada hanya suara sendok dan piring yang beradu atau suara kendaraan yang terdengar dari jalan raya.
"Aku ke toilet dulu sebentar," pamit Anna ketika setengah nasi dari piringnya baru masuk ke dalam perutnya.
"Perlu aku antar?" Vanya menawarkan diri sembari berniat bangkit.
"Nggak usah, Van, aku bisa sendiri." Anna menolak dan memilih pergi seorang diri ke toilet.
Kepergian Anna menjadi sebuah alasan untuk sahabat dekatnya Yanu menatap tajam ke arah pria itu. Sedari tadi malam mereka tidak saling bicara satu sama lain sampai saat ini. Mereka berjanji akan melontarkan beribu pertanyaan sampai telinga Yanu pun panas sendiri mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Sama Terulang (Completed) ✓
Novela Juvenil~~Ketika lelah membalik halaman yang sama~~ Mungkin, semua takdir kini telah terucapkan secara lantang di depan semua insan. Takdir di mana seharusnya seorang gadis tetap berdiri tegar dan menentang semua kesalahan yang seharusnya ditinggalkan. Ingi...