Pertengkaran antara Febby dan Erina yang disaksikan oleh yang lainnya membuat keadaan begitu canggung. Akhirnya Erina meminta izin untuk pergi ke kamar Anna dan tidur di sana selama Anna, Cindy, dan Vanya mengerjakan tugasnya di ruang depan.
Mereka semua sebenarnya sudah sangat terbiasa dengan sikap keras Febby yang tak pernah bisa berubah. Tapi Erina, dia gadis yang tidak bisa menerima bentakan meski sedikit pun. Gadis itu terbiasa diajak bicara dengan nada lembut dan tenang. Meski terbiasa melihat Febby seperti itu, tapi rasanya tetap saja berbeda.
Saat jam menunjukkan pukul 14.35, Cindy dan Vanya berpamitan untuk pulang terlebih dahulu, meninggalkan Erina yang masih beristirahat di dalam kamar Anna.
Anna membuka pintu kamarnya secara perlahan dan pemandangan Erina yang tengah terduduk di atas pinggiran kasur adalah hal pertama yang dia lihat.
"Udah baikan?"
Erina menganggukkan kepalanya meski hanya berupa anggukan kecil, jejak air mata di permukaan pipi dan matanya masih sangat terlihat jelas di sana. Pasti gadis itu menangis cukup lama.
"Cindy sama Vanya tadi udah pulang duluan. Kamu mau pulang naik apa? Biar aku pesenin," ujar Anna seraya ikut duduk di samping Erina.
"Nggak usah, An, gue dijemput Syabil aja nanti."
Anna menganggukkan kepalanya dan hampir lupa bahwa Erina mempunyai Syabil.
Erina terlihat menundukkan kepalanya dalam-dalam ketika Anna memerhatikannya. Anna jadi khawatir melihat Erina begitu murung seperti itu.
"Anna ...."
"Kenapa?"
Erina perlahan mendongakkan kepalanya dan menatap lekat manik mata sahabatnya. "Apa gue boleh bicara?"
"Sure."
Menghembuskan napas kasarnya sebelum kembali membuka suaranya, "Beberapa hari lagi gue sama Syabil anniversary yang pertama. Lo inget, 'kan?"
Anna tersenyum hangat dan kembali menganggukkan kepalanya.
"Rencananya gue mau bikin acara yang sama kayak pas anniv lo sama Yanu. Gimana menurut lo?"
Anna terlihat menautkan kedua alisnya tanda keheranan. Dia tahu apa yang dimaksud Erina, tapi sepertinya ... pembahasan ini sangat tidak mungkin bisa terjadi.
"Acara bareng-bareng?" Alih-alih menjawab, Anna balik bertanya pada Erina.
"Lebih tepatnya sih triple date, kan kalau pas anniv lo itu cuma double date, sekarang kita ajak Febby juga biar triple. Gue rasa itu bakal asyik banget."
Melihat raut wajah Erina yang begitu antusias, Anna jadi tidak enak untuk mengatakan bahwa itu adalah ide yang konyol. Terlebih lagi ... Erina ingin mengajak Febby bersama Eka, itu bukan ide yang bagus sepertinya. Mengingat mereka berdua masih belum juga baikan, mana mungkin Febby bersedia.
"Dulu kan pas waktu lo anniv, gue sama Syabil juga ikut, masa sekarang lo nggak? Lo pasti mau, 'kan?"
Mata berbinar Erina kembali terlihat di depan Anna, membuat Anna semakin bimbang harus menjawab apa.
Jejak air mata yang tadinya masih terlihat jelas, kini tergantikan oleh tatapan penuh harapan.
"Tapi kan sekarang keadaannya beda, Er. Aku sama Yanu juga udah nggak punya hubungan apa-apa lagi, jadi menurut aku ... itu bukan ide yang bagus."
"Oh, ayolah ...." Erina merubah posisi duduknya sehingga menjadi benar-benar berhadapan dengan Anna. "Waktu lo anniv sama Yanu pun, gue sama Syabil belum ada hubungan apa-apa, masa sekarang lo keberatan sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Sama Terulang (Completed) ✓
Teen Fiction~~Ketika lelah membalik halaman yang sama~~ Mungkin, semua takdir kini telah terucapkan secara lantang di depan semua insan. Takdir di mana seharusnya seorang gadis tetap berdiri tegar dan menentang semua kesalahan yang seharusnya ditinggalkan. Ingi...