Halaman ke-5

1.6K 117 2
                                    

Terlalu banyak hal yang seharusnya dipikirkan oleh setiap anak sekolah, tapi beberapa di antaranya, ada yang tak ingin memikirkan beberapa hal di antara semua itu. Setiap orang memiliki pendirian dan pemikirannya masing-masing, ketika jalan pikiran tak searah, yang lain harus bisa menerima.

Satu bulan yang lalu sebuah kejadian pahit terjadi dalam kehidupan Anna, satu bulan juga dia selalu dihantui dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama dari beberapa teman dekatnya. Jika ditanya tentang rasa sakit, tentu saja Anna merasakannya sebelum ditanya siapa pun.

Namun, karena terlalu risih, Anna selalu mengaku bahwa dirinya baik-baik saja, bahkan setelah pengakuan pahit yang terdengar langsung oleh telinganya. Anna lelah dipandang lemah dan tak berdaya hanya karena masalah yang datang pada hidupnya secara tiba-tiba.

Semenjak kejadian itu, entah mengapa semua terasa berbeda bagi Anna. Pagi yang selalu cerah dan malam yang indah seakan berhenti berada di pihak kehidupan gadis itu. Mungkin Anna hanya perlu menyesuaikan diri hingga dirinya sadar bahwa semua yang terjadi adalah rencana Tuhan untuk kebaikannya.

"Weekend di rumah aja, Na?"

Pertanyaan yang terdengar tiba-tiba itu membuat Anna mendongak ketika tengah merunduk dan terduduk di pinggiran kolam renang rumahnya.

"Anna lagi pengen sendiri," ucapnya sembari mengedikkan bahu dan meliarkan pandangan matanya pada air kolam yang begitu tenang di bawah pantulan sinar mentari pagi.

"Mama juga khawatir kalau kamu terus-terusan kayak gini, Sayang ...."

Elis--ibu Anna--berjalan mendekat dan duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari tempat Anna saat ini. Pandangan matanya tertuju pada anak perempuan pertamanya yang selama satu bulan belakangan lebih banyak murung dan jarang ke luar rumah kecuali pergi sekolah.

"Apa yang Mama khawatirkan?" Anna menolehkan pandangannya pada Elis, "aku baik-baik aja, Ma."

Perubahan Anna yang terlihat jelas di mata Elis tak bisa membohongi keadaan, Anna jelas sangat terlihat tidak baik-baik saja.

"Mama mau kamu bicara sama mama seperti biasanya, setuju?"

Anna kembali mengalihkan pandangan matanya pada air kolam yang terasa sangat nyaman untuk dia pandangi. Seharusnya memang seperti itu. Anna terbiasa berbicara dengan mamanya tentang apapun, dan wajar saja kalau saat ini Elis berkata demikian.

"Nggak semuanya harus Anna bilang ke Mama."

"Apa yang nggak boleh mama tau? Sejak kapan juga kamu menutupi sesuatu dari mama?"

Anna hanya ingin terlihat biasa saja saat ini, tapi serasa dikhianati dengan keinginannya sendiri, kedua mata Anna terasa perih dan memerah, tanda bahwa air mata telah siap keluar saat ini juga.

"Hati aku." Anna menghirup udara banyak-banyak, berharap dengan itu air matanya enggan berkeliaran keluar dari matanya. "Aku selalu ingin menutupi keburukan yang bisa aja ada dalam hati aku, Ma ...."

"Baik ataupun buruknya perasaan kamu, apa selama ini mama selalu pilih-pilih tentang topik keduanya?"

"Tapi, Ma ...."

Tepat ketika Anna kembali menatap ibunya, saat itu juga air matanya mengucur hebat.

Anna tak pernah tahu bahwa sesuatu yang dia rasakan saat ini ternyata jauh lebih sakit dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Anna kira perasaan ini akan hilang dan cepat terlupakan, tapi nyatanya tidak, dia tak bisa melupakannya sama sekali untuk saat ini.

Mungkin karena kenangan dan beberapa untaian yang dengan beraninya hinggap tanpa ingin singgah terlalu lama. Anna merasakan semua sakit itu selama dia mencintai perasaannya juga.

Yang Sama Terulang (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang