Waktu yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Ujian nasional yang akan dilaksanakan secara serentak di seluruh sekolah menengah atas akan segera berlangsung beberapa menit yang akan datang. Murid berseragam putih abu terlihat begitu patuh berada di dalam sekolah. Yang biasanya datang begitu terlambat, kini datang jauh lebih awal untuk memeriksa kelengkapan dan kesiapan menjelang ujian nasional.
Para panitia sibuk menyiapkan ini dan itu untuk kelancaran berjalannya ujian nasional agar tidak ada kesalahan ketika berlangsungnya nanti. Sedangkan muridnya pun tak kalah sibuk, mereka menyiapkan berbagai persiapan mental dan juga daya ingat yang kuat agar bisa menjawab soal yang disuguhkan nanti.
Detak jantung mereka semua berdetak jauh lebih cepat sama seperti pertama kali mereka bertemu dengan orang asing yang begitu memikat.
"Hai, An!" sapa Cindy ketika dia mendapati Anna tengah terduduk di bangku taman seorang diri.
"Hai Cin, baru dateng?"
Cindy menganggukkan kepalanya sembari mendudukan bokongnya tepat di atas bangku taman di samping Anna. Keduanya sama-sama memegang buku tebal yang ditentukan sekolah untuk dipelajari dari jauh-jauh hari.
"Tadi gue ketemu Yanu di gerbang depan, terus dia titip ini buat lo."
Anna baru menyadari bahwa di atas buku tebal yang Cindy bawa terdapat satu kotak kecil berbentuk persegi panjang. Warnanya merah muda dengan morif hati yang sangat lucu.
"Buat aku?" tanya Anna dengan kening berkerut.
Cindy mengangguk sembari mengulurkan kotak itu pada Anna. Anna sedikit berpikir sejenak sebelum mengambilnya dengan hati-hati.
"Dalam rangka apa? Aku kan lagi nggak ulang tahun." Anna terheran sembari membolak-balikan kotak di tangannya.
"Dia bilangnya sih buat nyemangatin lo," jawab Cindy dan menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku.
Anna menoleh ke samping dan mendapati Cindy sangat serius mempelajari pelajaran yang akan diujiankan hari ini. Ketika kembali memandangi kotak kecil dalam genggamannya, Anna tak henti mengerutkan kening dengan beribu pertanyaan yang menggelayuti.
Anna menaruh buku tebal itu di atas pangkuannya dan dengan sangat perlahan kotak kecil yang baru saja Cindy berikan dia buka. Kedua matanya sedikit tertutup ketika bagian kotak itu perlahan terbuka. Namun, ketika bagiannya terbuka seluruhnya, saat itu juga mata Anna tak bisa berkedip meski masih dengan kernyitan di dahinya.
"Bulan sabit?" tanya Cindy dengan tiba-tiba saat dia ikut melihat isi dalam kotak itu.
Tangan Anna terulur secara refleks untuk mengambil kalung berbandul bulan sabit itu. Warnanya perak dan sangat indah untuk dipandang.
"Aku akan menyimpannya."
"Eh, jangan!" Cindy dengan cepat menahan pergerakan Anna yang ingin kembali memasukan kalung itu. "Yanu bilang dia sangat sengaja buat ngasih itu ke lo. Gue nggak tau apa maksudnya, tapi mending lo pake aja deh. Siapa tahu itu bisa jadi kalung keberuntungan lo."
Anna yang tak bisa menolak akhirnya menuruti perkataan Cindy. Kalung perak berbandul bulan sabit itu kini terpakai dengan indah di lehernya Anna. Kalung itu juga akan menemani perjuangan Anna untuk mengisi soal dan giat belajar.
Ting!
Suara notifikasi dari handphone Anna yang berada di saku seragamnya refleks membuat Anna mengambil benda itu dan mengecek pesan masuknya.
Yanu (x)
Maaf nggak kasih langsung sabitnya, tapi gue harap lo bisa ngerti dengan itu. Semangat dan terus berusaha! Gue tau lo pasti bisa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Sama Terulang (Completed) ✓
Teen Fiction~~Ketika lelah membalik halaman yang sama~~ Mungkin, semua takdir kini telah terucapkan secara lantang di depan semua insan. Takdir di mana seharusnya seorang gadis tetap berdiri tegar dan menentang semua kesalahan yang seharusnya ditinggalkan. Ingi...