Bagian 5

174 52 19
                                    

Lapangan sekolah. Lapangan penuh kenangan.
Kenapa aku dapat menyebut lapangan penuh kenangan?

Setelah barisan yang mirip upacara itu tertata dengan rapi. Doa yang dipandu guru agama itu berjalan dengan penuh khidmat. Setelah itu..
Aku jadi terbawa pada masa ini ketika aku menulis ini. Aku masih ingat betul akan ini.
Barisan pun berubah menjadi barisan memanjang seorang seperti ular. Kalian bisa membayangkan sendiri.
Aku, Elma, dan Tiwi pun bersebelahan ketika kami sudah meraih ujung kemudian memanjang untuk menyalami balik.
Galih..
Ridho..
Dan kemudian Bara..
Cowok berkacamata super belagu itu ada didepanku. Kami saling mengulurkan tangan, berjabat tangan, dan aku bisa merasakan apa yang sulit aku ekpresikan disini. Dia mengatakan satu kalimat dan aku lupa apa itu, dia kemudian tersenyum dan berjalan, dan ini telah usai.
Setelah ini selesai, kami pulang. Sebelum itu, aku bertiga girang loncat ria seperti gadis gila kenapa? Karena lewat moment tadi adalah moment jabat tangan teristimewa bagi kami.
Dan yang bisa aku katakan dalam hati

" selamat berjuang "

* oh iya , waktu itu aku belum pernah punya nomor ataupun bbm dari Bara. Jadi kita gapernah sesekali chatting walaupun hanya sekedar nanya materi ataupun tugas. Yap, alternatif pertemuan hanya dikelas.

ZONA TEMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang