Bagian 25

40 15 3
                                    

2013.

Januari.

Tahun telah berganti, bahkan lembaran baru kini siap ku buka. 2013. Aku akan menceritakan Bara kembali. Masih ada dia dicerita awal tahun ke 13 ini.
Aku merasakan peningkatan yang begitu dratis dalam diri Bara.
Mulai dari dia selalu khawatir jika aku pergi atau apapun tanpa aku bilang padanya, yang dia selalu bertanya jika aku lama sekali membalas pesannya, dia yang selalu mengirimkan fotonya apapun itu, dia yang semakin percaya diri, dia yang ingin selalu aku balas pesannya, dia yang selalu aktif menghubungki setiap harinya tanpa pernah bolong seharipun, dia yang lebih bisa membuatku terbawa pada ruang yang seharusnya tidak dimasuki oleh status 'teman', dia yang perhatian super lebih, dia yang suka kesal jika pending/aku balas lama/aku balas singkat/aku balas pake bahasa jawa(sumpah dulu awal deket ngomong pake bahasa jawa sekarang dia ogah ogah) , dia yang membuat hari hariku berwarna, dan hanya dia. Bukan lelaki lain.
Aku hanya takut, rasa sayangku ini menjadi jadi yang membuatku takut kehilangan manusia sepertinya. Manusia yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yang tinggal bertahun padaku tanpa pernah menyakitiku sama sekali.
Aku tau rasa ini bukan rasa seorang teman ataupun sahabat. Kedekatan kita lebih dari pada itu, atau bisa dibilang 'hubungan tanpa status' 'tanpa kepastian' dan menggantung.
Aku tidak peduli, aku nyaman seperti ini. Dimana kita sama sama saling terikat tanpa ikatan. Dimana kita tau batasan, dan membuat kita sungkan marah. Dia tak pernah menyalahiku, dan iapun tidak pernah berbuat salah padaku.

Aku pernah menangis karenanya. Bukan karena tingkah atau kesalahan Bara. Bukan. Aku menangisi hubungan ini. Hubungan yang tak terikat pada sebuah status, menjadikan hubungan itu dibatasi, apalagi dengan jarak yang menjadikan kita sulit bertemu dan menanam kerinduan.
Hanya bentuk komunikasi setiap harilah yang menjadi obat dari ini semua, supaya saling menguatkan satu sama lain.
Bara, terimakasih telah memberiku banyak kenangan dan pelajaran. Pelajaran tentang bagaimana itu bersabar lebih, arti menunggu yang sesungguhnya, merindu sendiri, memendam sendiri, memantaskan diri, dan mengerti batasan.



7 Maret 2013

Hari ini tepat hari ulang tahunku ke 18. Dan tak lupa seperti tahun kemarin, Bara menjadi orang pertama yang mengucapkan tepat pukul 00.00 dini hari.

*ting* suara notif whatsapp pun berdering bersamaan dengan lampu notifikasi berwarna sian.

Baraaaa 00.00
Selamat Ulang Tahun Vanesha Adinandya 😊😍
7-3-1995
Semoga sukses.................................
Pokoknya...........................................
Makasih udah jadi teman yang sangat baik, sangat sabar, dan enak, dan belum pernah marah sekalipun pokoknya terbaiklah nggak ada duanya😘👍
Maaf................................................
Jangan bosen ya

Selamat Ulang Tahun Bi
18 tahun juga akhirnya 😂😜

Terimakasih Bara, terimakasih karena kamu adalah orang pertama yang rela nunggu tepat tengah hari hanya demi mengucapkan ucapan untukku.
Terimakasih, walaupun terselip kata teman, tak apa memang begitu kenyataannya. Hm ;')

Hingga tak ku sadari, ini lah masa masa akhir SMKku. Masa dimana aku berjuang untuk ujian ujianku, masa yang tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk Ujian Nasional. Hal yang tambah mengingatkanku ialah ketika pembekalan, ini mengingatkanku denganmu lagi Bara. Sayangnya, kamu tak ada disini. Tidak ada didepanku lagi. Tidak ada yang mengacak acak tempat pensilku lagi.

Selamat berjuang. Semangat belajar. Hanya beberapa untaian kata yang saling kami kirimkan dengan tujuan saling mendukung dan memotivasi.
Kita yang kemudian disibukkan dengan belajar, belajar, dan belajar sehingga waktu chat berkurang, tapi tak apa, aku masih bersyukur selalu kamu yang mengawali obrolan ini.
Obrolan yang tidak pernah mati, berhenti, garing, dan kaku lagi, semuanya dipenuhi kepekokan, kegilaan. Kenapa? Iya kita seperti dua orang gila yang bercanda, oke aja gitu kalo sama sama miring. Ini asyik sekali, berbicara membahas tentang hal hal yang gak mutu.
Contohnya sok kayak di tipi tipi, kayak kita pemain film kebanyakan acting di chat, sok sokan jadi ini itu, berasa di negeri dongeng.
Kadang seperti seorang anak kecil yang egois, keras kepala, menang sendiri, manutan, sok sokan. Tapi dibalik ini Bara yang sering meng-iyakan apa apanya. Hehehehe

Disini memang bara yang selalu menghubungiku duluan, 'bi' baru aku jawab 'apa nil' , kami juga sering bertukar suara lewat telfon ataupun voicenote. Kita juga sering chattingan sampai larut malam, bahkan pagi. Tapi aku juga sering dibuat kesal, dia tau bagaimana rasanya menunggu dan diapun mengatakan jika aku paling sabar buat menunggu ketika pending, iya ketika tiba tiba pending, wah sumpah!! Bikin serba salah; kalau aku nunggu doi nanti dia ketiduran atau gak buka whatsapp, eh 'tiwase nunggu' , kalo aku ga nunggu dan off tiba tiba 5 menitan doi chatting. Hadohhh---

Aku type orang yang terlalu memanfaatkan waktu untuk chat, walaupun hanya sebentar.

ZONA TEMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang