Kata teori, move on itu gampang, tapi setelah praktik, sialan. Gampang dari mana?
Aika menguap berkali-kali. Ia bersandar pada tiang besar yang ada di dalam aula kampus.
Bodo amat kalau dia ujung-ujungnya tidur, toh acara super membosankan ini membuatnya mengantuk tidak keruan. Semalem Aika tidak tidur karena asik baca cerita di wattpad tentang CEO panas nan tampan, siapa tahu, nanti dia mendapat jodoh CEO? Bisa saja kan? Bayangan halusinasi itu mulai merambati otaknya lagi, dasar bacaan tidak sehat.
Panitia di sana terlihat tidak menarik, mereka sibuk berkenalan dan cari muka pada Maba. Begitu yang ada di pikiran Aika saat melihat wajah-wajah seniornya di kampus.
"Adohhh! Ngantuk."
Ia bergumam sambil menguap sesekali, duduk di deretan tengah membuat panitia tidak terlalu memperhatikannya. Bisa dibilang, ia aman untuk saat ini.
"Saya Darja Djalasena Sastrakusuma, salah satu steering commitee Ospek tahun ini, saya dari jurusan Psikologi semester tiga."
Suara itu membuat mata Aika terbuka lebar, kantuknya langsung menguap. Tak ada lagi mata yang berat untuk melihat ke depan podium, tak ada lagi rasa lemas karena menahan kantuk sejak tadi. Suara yang terakhir kali ia dengar dengan versi berat--khas remaja baru puber, namun sekarang berubah menjadi lebih matang membuatnya terkejut siang ini.
Dia adalah Darja, Darja yang sama. Yang bertahun-tahun lalu meninggalkannya setelah mengatakan cinta. Aika tidak mungkin salah mengenali, satu-satunya orang yang menjadi alasan ia putus dengan para mantan pacarnya.
Darja Djalasena Sastrakusuma si brengsek yang sedang berdiri sambil membawa mic dengan pita biru tua menghiasi lengan almamaternya.
"Brengsek! Kenapa dia?"
Aika bersungut-sungut, ia tak sengaja mengumpat tadi, jika mama atau papanya tahu, ia tahu, mereka pasti akan menceramahinya habis-habisan. Aika bernapas dengan berat, hari ini benar-benar hari sialannya.
"Heh, lo yang pake bando putih. Lo tadi ngumpat kan?" kata seorang panitia.
Aika menoleh semakin terkejut. Double sialan! Ia tidak sadar di belakangnya ada panitia. Beberapa teman di kelompoknya menatap dirinya dengan iba, membuat Aika meringis, merasa hidupnya mengenaskan saat ini.
"Maju lo sekarang, ayo!"
Aika digeret maju oleh seorang panitia perempuan yang tadi menangkap basah dirinya sedang mengumpat. Dengan muka merah padam, cewek itu menurut, ia berjalan menunduk menuju podium. Semua maba yang melihatnya diam sambil mengamatinya ketika berjalan menuju podium. Tapi, karena ia memang sosok yang percaya diri, pandangan itu tak membuatnya gentar, ia berjalan dengan dagu terangkat seakan menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
Walau dalam hatinya, deg-degan najis binti luar biasa.
"Wah, Kak Sarah. Kenapa ini?"
Erka yang sejak tadi menjadi MC bertanya dengan wajah penasaran.
"Nih ada yang ngumpat tadi, enaknya dihukum apa ya, Kak?"
Erka membeliakkan matanya, ia lalu menatap jail pada Aika yang tampak berdiri sok tegar tapi wajah tegangnya tidak bisa disembunyikan, bukan karena takut tapi karena berdiri di dekat Darja yang mengamatinya sejak tadi.
"Kalau boleh tahu ngumpat kenapa nih?"
Erka bertanya lagi. Wajah Aika langsung pias, ia sibuk merutuki dirinya yang bodoh hari ini.
"Lihat curut, Kak tadi."
"Curut?"Erka mengulangi, memastikan pendengarannya.
"Iya, curutnya gede di depan tadi."
"Mana ada? Salah lihat kali.Aika mengangkat bahunya sambil menatap tajam pada Darja yang tak bereaksi apa pun. Harusnya kan Darja kaget seperti di sinetron yang biasanya ditonton oleh pembantu di rumahnya, dengan iringan musik jeng jeng, ini si Darja kenapa cuma diam?
Nggak asik.
"Namanya siapa nih? Masa cantik-cantik ngumpat?"
Kalau boleh, Aika ingin menggunting mulut Erka saat ini juga. Sialan sekali memang. Tidak usah memperpanjang eksistensinya di podium ini kan bisa.
"Aika, Kak."
"Wahhh...Aika, seperti tidak asing. Hmmm, enaknya dikasih hukuman apa ini?"Erka melirik ke arah Darja yang diam mengamati. Wajah tanpa ekspresi cowok itu membuat Erka seringkali menahan tawa. Darja adalah teman satu kelas dan partner in crime-nya.
"Kak Darja, enaknya dihukum apa ini?"
Darja mengendikkan bahu, ia memilih sedikit mundur untuk bergabung dengan SC yang lain.
"Wah... Wah, cuek sekali Kak Darja ini. Ya sudah, karena saya baik hati, Dek Aika ini disuruh ngafalin lagu mars kampus aja ya? Setuju?"
"Setujuuuu.... "
Teriak para maba. Aika ingin menceburkan diri ke rawa-rawa sekarang juga. Pertemuan pertamanya dengan Darja setelah sekian lama dan hatinya masih dag dig dug nggak keruan? Sialan memang.
What the hell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeat
Teen FictionSeri Kampus 4 Trigger warning: Post Traumatic Stress Disorder, anxiety disorder, overthinking, feeling useless, toxic family. Darja adalah cinta monyet Aika. Nahasnya Darja meninggalkan Aika sehari setelah bilang cinta. Bertahun-tahun mereka tidak b...