Kamu memintaku mengerdilkan perasaan yang datang tak tentu waktu dan tak tahu malu. Tapi kamu lupa, ia telah terlanjur tumbuh menjadi raksasa dan menjadi pongah luar biasa.
"Lo kenapa?"
Aika menggeleng. Ia hanya meringis sambil memegangi perutnya yang terasa melilit, bulir keringat berjatuhan, rasa sakit itu kian menjadi.
"Sakit?" tanya Darja sekali lagi. Mereka sedang berada di dalam gedung Ormawa, markas BEM U, dan hanya sisa mereka berdua karena yang lainnya sedang ada jam kuliah. Lagipula anggota pengurus BEM juga belum terbentuk sepenuhnya, pasangan Presiden dan Wakil Presiden BEM itu baru akan menyeleksi kepengurusan dua hari lagi.
"Awh, aduh duh."
Darja mendekati cewek itu, diusapnya peluh yang menetes dari dahi Aika, tak tega melihat Aika yang sedang menahan perih di perutnya.
"Pulang aja deh!"
"Gue ada kuliah nanti."
"Bolos."
"Enggak! Ada presentasi."
"Ya udah gue beliin obat. Tapi lo sakit apaan? Maag atau?"
Aika meringis, cewek itu nyengir pada Darja. "Siklus bulanan, lo tahu?" katanya dengan pipi merah padam. Mengatakan sedang datang bulan pada cowok bagi sebagian perempuan memang hal yang sedikit memalukan, lebih tepatnya karena itu privasi dan cukup pribadi bagi mereka.
"Ngomong daritadi, malu lo?"
Aika menggeleng, matanya membulat, cewek itu lalu berdiri dari duduknya hendak ke kamar mandi sebelum Darja melanjutkan kalimatnya.
"Lo...berdarah," kata cowok itu membuat tubuh Aika kaku di tempat.
Oh sialan!
"Shit! Mati gue, engga bawa pembalut lagi."
Mendekati cewek itu lagi, Darja menepuk bahu Aika yang tampak frustrasi sambil menahan sakit di perut bagian bawah.
"Nih, lo pakai jaket gue, agak panjangan bisa nutupin sampai paha. Kalau dosen tanya kenapa lo pake jaket, bilang aja sakit. Lo tunggu di sini, gue cariin pembalut."
Wajah Aika tambah merah padam, Demi Tuhan! Darja mau mencarikannya pembalut? Oh sialan sekali, memang cowok itu tahu pembalut yang biasanya dia pakai? Aika ingin mengelupas kulit wajahnya saat ini juga.
"Lo...lo serius?"
Darja mengangguk dengan pasti, "Gue pernah diminta Mama nyari pembalut di minimarket depan pas Mama lupa beli dulu, ya sebelum Mama pergi." Darja tersenyum dengan pahit.
"Astaga tapi gue malu!"
"Ya kalau lo ngga malu sih gue nggak masalah. Tapi lo yakin?"
Darja menaikkan sebelah alisnya, menunggu Aika memberi jawaban. Mengembuskan napasnya pasrah, Aika tidak memiliki pilihan karena perutnya pun sedang sakit, tidak mungkin ia pergi ke minimarket sendirian dengan kondisi meringis seperti ini, empat puluh lima menit lagi ada perkuliahan, ia tidak mungkin pulang. Nanggung.
"Ya udah, yang panjang ya, ntar gue WA merknya."
Darja mengangguk, ia mengeluarkan kunci motor dari saku celana. "Lo di sini aja," katanya sebelum pergi, meninggalkan Aika dengan setumpuk rasa malu.
***
Berada di rak yang dipenuhi pembalut wanita membuat Darja diperhatikan oleh para pembeli perempuan sejak tadi, beberapa menahan tawa dan beberapa lagi terang-terangan tertawa di sampingnya, cowok itu hanya diam sambil memerhatikan beberapa merk pembalut yang membuatnya pusing. Dengan bodohnya, ia lupa membawa ponsel miliknya yang tadi di-charger di ruang Ormawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeat
Teen FictionSeri Kampus 4 Trigger warning: Post Traumatic Stress Disorder, anxiety disorder, overthinking, feeling useless, toxic family. Darja adalah cinta monyet Aika. Nahasnya Darja meninggalkan Aika sehari setelah bilang cinta. Bertahun-tahun mereka tidak b...