10. Kampanye

72.8K 8.5K 279
                                    


Lo emang paling bisa narik ulur perasaan gue ya. Lo pikir perasaan gue itu tarik tambang Agustusan?

Aika meneguk sisa air mineral dari dalam botolnya. Hari ini adalah hari kampanye dialogis yang sengaja diadakan oleh pihak KPU Universitas untuk memudahkan para calon Presiden dan wakil Presiden BEM untuk bertemu dengan para calon pemilih serta pendukungnya.

Darja sedang bersama Miranda, berjarak sekitar dua meter dari tempat Aika duduk. Dua orang manusia itu seperti sedang menyombongkan hubungan mereka, karena sejak tadi tak kunjung mengakhiri obrolan yang entah apa. Aika mendengus lalu meremas botol air mineralnya. Bohong kalau ia bilang ia tidak cemburu, rasa nyesek itu pasti ada, bahkan mungkin sudah terlalu banyak hingga Aika lupa bagaimana rasa sakitnya.

"Gugup nggak?"

Ega menepuk bahunya, Aika yang baru menyadari kehadiran cowok itu hanya bisa meringis. Ia tidak gugup sama sekali, hanya malas saja melihat kedekatan dua manusia memuakkan di sebelahnya itu. Terutama Darja, si cowok tidak punya hati yang terus menerus menyakitinya dengan sadar.

"Nggak sih. Tapi agak takut kalau dapat pertanyaan jebakan sih."

Ega terkekeh, ia mengelus rambut Aika. Menatap cewek itu seakan meyakinkan bahwa dirinya akan bisa melalui hari ini.

"Ayo, lo sama Darja harus siap-siap naik ke panggung," kata Dino mengingatkan Aika.

Panggung panjang yang berada di aula rektorat akan menjadi tempat yang menguji kredibilitas mereka sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden BEM Universitas tahun ini. Aika mengangguk dengan mantap, sejenak ia menatap ke arah Ega, lalu tersenyum tipis. Bersama Darja, keduanya melangkah menuju belakang panggung sebagai tempat yang disediakan oleh panitia sebelum nama mereka dipanggil untuk maju.

"Gue tahu lo lebih mampu dari gue, Ka."

Darja berkata tiba-tiba, Aika menoleh sesaat pada cowok itu.

"Gue nggak tahu motif lo apaan, Ja. Tapi kalau motif lo buat bikin gue down dengan nunjukin kemesraan lo sama Miranda. Lo salah, gue nggak selemah itu. perasaan brengsek ini nggak bakal bikin gue jadi lemah. Lo tahu itu."

Aika berkata dengan datar, habis sudah kesabarannya berhadapan dengan Darja. Seharusnya Darja bisa berpikir bahwa cinta pertama tidak semudah itu untuk dilupakan meski sudah banyak cinta lain yang berdatangan. Cinta pertama, selamanya akan menjadi hantu yang kadang menjadi pahit diingatan.

"Bukan lo doang yang tersakiti. Gue nggak akan minta maaf untuk hal itu."

Aika tersenyum miring. "Gue nggak peduli, gue nggak butuh maaf lo. Ja, lo yang bikin keadaan kita jadi rumit."

Darja tidak lagi membalas. Ia merasa sudah benar melihat Aika membencinya, tidak ada perasaan menyesal karena ini memang tujuannya. Ia akan membantu Aika melupakan perasaannya dengan cara menunjukkan keseriusannya pada Miranda. Meskipun ia tahu itu semua terlihat bodoh, karena di dunia ini tidak ada satu pun seseorang yang mau menyakiti dirinya sendiri dan orang yang dicintainya, kecuali ia sudah tidak waras. Darja, mungkin bagian orang yang tidak waras itu.

"Untuk kali ini gue harap kita bisa bekerjasama dengan baik," kata Darja.

Ia menggenggam tangan Aika. Terasa hangat dan pas, semuanya terasa benar, ia seperti merasakan pulang yang sebenarnya. Aika masih seberarti itu untuknya. Pun dengan Aika, debaran itu tak pernah samar, ia selalu terasa dengan jelas dan semakin tidak terkendali. Berada di genggaman Darja bisa mengobrak-abrik hatinya yang mulai tertata semenjak kedatangan Ega. Aika akui, Darja masih memiliki peran besar bagi perasaannya. Namun, seperti orang bilang, cinta pertama itu lebih banyak yang menyakitkan dan jarang yang bisa bersama. Seperti saat ini, semuanya terasa menyakitkan, dan Aika sadar satu hal, selamanya dirinya dan Darja tidak akan pernah bisa bersama.

RepeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang