Nggak ada yang lebih nyesek dari gagal move on tapi nggak pernah memiliki.
Kejadian satu setengah tahun lalu saat menjadi maba bergema kembali di ingatan Aika. Cewek itu sedang duduk di kafetaria kampus, meminum es matcha instannya dengan brutal karena gemas dengan kelakuan Darja yang seakan tak mengenalnya sampai saat ini. Darja menjadi orang yang benar-benar asing untuknya. Tidak ada lagi Darja yang suka menunggunya di taman hanya untuk menunggunya pulang les--yang akhirnya ia abaikan, tidak ada lagi Darja yang suka main ke rumahnya hanya untuk menonton kartun Spongesbob dan menghabiskan jatah susunya, atau Darja yang suka membelikannya es krim di toserba depan kompleks. Semua itu hilang bersamaan dengan menghilangnya Darja bersama keluarganya beberapa tahun lalu.
Darja memang bersikap asing meski mereka satu jurusan dan satu organisasi di BEM Fakultas. Sebagai salah satu mahasiswa yang cukup populer, pesona Darja memang tidak dielakkan lagi. Banyak mahasiswi yang menjadi penganggum cowok itu, tampilan cool dengan mata cokelat yang tajam membuat ia tampak enak dipandang. Apalagi saat ini Darja menjabat sebagi salah satu menteri di Kabinet Progresif dan Solid--kabinet BEM Fakultas di kampusnya periode ini. Tidak bisa dipungkiri, Darja adalah idola mahasiswi di kampusnya. Sempurna versi mereka, adalah Darja yang tampan, pintar, dan anak organisasi.
Aika menghela napasnya, debar jantungnya masih sama, masih menggebu untuk Darja, meski saat ini mereka jarang sekali saling sapa, hanya sesekali saat terlibat program kerja di BEM F, di mana ia dan Darja menjadi anggotanya.
"Woi, Ai! Buset, gue cariin lo di sini ternyata?"
Mika datang sambil melemparkan tasnya di atas meja. Mika adalah sahabat barunya sejak maba. Mereka satu jurusan dan satu kelas, karena semua mata kuliahnya sudah dipaketkan, ia tidak bisa berganti kelas. Sehingga selama empat tahun kelasnya tetap. Satu lagi, cowok bernama Karyo--yang dianggap Aika bernama ndeso adalah salah satu sohib Aika selain Mika. Karyo dan Mika tak ada beda, mereka sama-sama edan dengan versi masing-masing.
"Haus gue."
"Haus belaian lo?"
"Mulut lo, Mik."
Mika terkekeh. Mika adalah cewek berperawakan tinggi, kurus dengan rambut pendek sebahu dan bibir yang super nyablak.
"Ntar ada rapat. Bahas evaluasi BEM F periode ini."
"Hah, nanti?"
"Iyalah. Dua bulan lagi Pemira."Aika mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sebenarnya sedang malas ikut organisasi, hari ini Abangnya Arsyad, kakak ipar dan keponakannya yang selama ini tinggal di Surabaya, pulang ke Jakarta untuk liburan. Sebenarnya ia ingin menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan mereka, ketimbang harus rapat evaluasi yang pastinya menguras emosi. Akan ada perdebatan alot untuk itu.
"Ngomong-ngomong, gimana sama tawarannya Mas Dika? Lo terima?"
Mika menyerobot es matcha yang tadi diminum Aika, membuat cewek itu melotot dan menggeplak tangan Mika.
"Lo kira gampang nyalon jadi Wapresbem? Lagian gue sama Darja satu jurusan cuma beda angkatan doang, nggak worth it, dong."
"Yaelah undang-undang Ormawa di kampus kita kan nggak ngelarang, selama mampu mah why not? Lagian kenapa sih lo hobi banget manggil Mas Darja tanpa embel-embel. Nggak sopan lo. "
"Tahu ah, terserah guelah. Males."
"Yailah. Tapi masa lo kalah sama Bokap dan Abang lo? Lagian lo kan mantan ketua 2 Osis dulu."Aika mengendikkan bahunya malas. Ia jadi ingat saat pertama kali berbicara dengan Darja setelah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Saat itu Ospek hari kedua, kelompoknya disuruh untuk meminta tanda tangan pada Darja. Walau Ospeknya tidak memakai atribut aneh-aneh dan kebanyakan hanya duduk melihat seminar, namun tetap ada beberapa peraturan 'aneh' khas Ospek yang masih ada di kampusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeat
Teen FictionSeri Kampus 4 Trigger warning: Post Traumatic Stress Disorder, anxiety disorder, overthinking, feeling useless, toxic family. Darja adalah cinta monyet Aika. Nahasnya Darja meninggalkan Aika sehari setelah bilang cinta. Bertahun-tahun mereka tidak b...