24. Tetaplah Tinggal

56K 7.4K 420
                                    


Ketika semestamu menghitam, izinkan aku menjadi setitik warna yang akan memelukmu dengan erat. Biarkan aku yang menjadi rumah untukmu pulang, bahkan ketika mereka semua menolak.

Hari pertama magang, tidak banyak pekerjaan yang Darja lakukan, hanya membantu pihak HRD menata beberapa file lama untuk ditumpuk di gudang. Darja magang di sebuah perusahaan asuransi yang ada di Bandung, dia ada dibagian HRD, bersama dua orang temannya. Satu tim magang dari kampusnya memang berisi 3 orang mahasiswa dari angkatan yang sama.

"Lo daritadi megang HP mulu, kenapa sih?"

Dika melempar Darja dengan keripik ubi yang sedang ia makan. Mereka tengah menikmati siang di salah satu kedai kekinian di Kota Bandung, letaknya tidak begitu jauh dari kantor. Kebetulan, tim magang Darja adalah Gina dan Dika—kembaran dari Dino.

"Kepo aja sih lo sama urusan orang?"

Dika terkekeh, ia memakan lagi kripik ubi miliknya. Mereka sudah selesai makan beberapa menit yang lalu, hanya berdua karena Gina sedang pergi makan siang dengan pacarnya yang kebetulan kuliah di salah satu kampus ternama di Bandung.

"Aika nggak ngasih kabar? Ngenes banget sih lo, lagi magang gini malah cewek lo ngilang."

Darja berdecak, Aika sedang menghabiskan libur semester di Surabaya, di rumah abang keduanya, dan belakangan ini cewek itu lumayan sibuk untuk dihubungi. Kalaupun bisa, paling saat malam hari. Entah apa yang sebenarnya Aika kerjakan di sana.

"Wuihhh, Aika bikin insta story sama siapa nih? Cowok loh, Ja."

Dika berseloroh sambil menyodorkan ponselnya pada Darja, di sana Aika tampak tertawa bersama seorang cowok yang asing baginya. Atau mungkin ia lupa, Aika pernah mengenalkan cowok itu padanya? kadang, ia memang suka lupa, hal-hal yang ia anggap tidak penting.

"Bacot lo, Dik."

"Hahaha...marah."

Darja mendengus kesal, ia langsung mendial nomor Aika, menunggu cewek itu mengangkat telepon. Aika berada di Surabaya sampai minggu depan, waktu yang sangat lama sampai mereka bisa bertemu.

"Kamu di mana?"

Darja memulai, Dika sedikit mengeryitkan dahi. Kamu? Sejak kapan Darja jadi sok manis seperti itu? wah Presiden BEM-nya memang sedang sinting.

"Lagi jalan sama Mas Laksa. Gimana magangnya?"

"Siapa Laksa?"

"Ponakannya Mama, masih sodaraan kok. Kenapa sih?"

Darja menghela napasnya, ia benci menjadi posesif. "Kamu tahu kan, aku nggak menerima kebohongan?"

"Iya tahu. Ya ampun, ini jalannya juga sama Namita, tunangannya Mas Laksa. Bawel deh, Ja."

"Hmmm...jaga diri."

Aika diam sesaat, sampai Darja mendengar lagi suara cewek itu. "Kamu juga jaga diri, perasaanku nggak enak dari kemarin. Sayang kamu, Ja."

"Love you, always and forever."

Darja menutup panggilannya, menyisakan Dika yang cengar-cengir tidak jelas. Membuat Darja malas menatap cowok itu, sialan dia kemakan ocehannya Dika. Benar-benar bukan seperti dirinya, ia sangat takut kehilangan Aika.

"Muka lo lucu banget kalau cemburu, Njir. Kek kobokan penyetan," kata Dika, Darja mengabaikan guyonan cowok itu, memilih untuk meminum sisa kopi yang ia pesan.

***

Aika sedang cekikikan di dalam mobil milik Laksa. Cewek itu sedang membaca webtoon yang sejak tadi membuat perutnya mulas karena tingkah tokoh utama yang luar biasa lucu.

RepeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang