16. Kamu tidak Sendiri

65.3K 7.7K 148
                                    

Lo tahu apa yang lebih sakit daripada dikhianati? Melupakan tanpa pernah memiliki, ngelupain lo tanpa pernah ada kita di dalam kenangan.

Udara cukup dingin ketika Darja, Aika dan Mikha sedang berada di rooftop apartemen Darja. Laki-laki itu memaksa Aika untuk melihat rasi bintang bersama, seperti ucapannya tempo hari, dan karena tidak ingin hanya berdua dengan Darja, Aika memilih untuk mengajak Mikha turut serta. Meski, Mikha malah sibuk sendiri dengan ponselnya, dan melupakan keberadaan dua manusia lainnya. Katanya, Mikha sedang chatting-an dengan gebetan baru yang seminggu ini dikenalnya.

Aika mengembuskan napasnya, Darja tampak sibuk mempersiapkan teleskop yang akan digunakan untuk melihat rasi bintang, yang Aika pikir mustahil. Mana ada rasi bintang di langit Jakarta sedangkan cahaya polusi berjubel memenuhi atmosfer bumi.

"Waktu kecil, gue pernah bilang buat ngajakin lo lihat rasi bintang."

Aika menoleh, mendapati Darja sedang menatapnya. Cewek itu balas menatap Darja dengan pandangan menerawang. Darja selalu mengungkit masa lalu mereka, membuatnya semakin sulit untuk lupa.

"Gue kira udah lupa."

Menggeleng, Darja tersenyum samar pada Aika, "nggak. Nggak pernah."

"Jadi, bisa lihat rasinya?"

Aika mengalihkan pembicaraan, tahu jika terus menerus membicarakan masa lalu tak akan baik untuknya. Untuk hatinya yang telah bertekad melupakan Darja. Atau mungkin untuk Darja sendiri. Mereka hanya mengulang kedekatan di masa lalu, sepertinya memang tidak untuk bersama.

Darja menggeleng, dahinya berkerut-kerut menatap suasana malam tanpa bintang.

"Kan udah gue bilang. Ngeyel sih lo."

Aika mendengkus, menatap kesal pada Darja. Sedangkan Mikha sama sekali tidak terusik dengan percakapan dua manusia itu, ia sibuk dengan dunianya sendiri.

"Kayaknya emang harus ke Puncak."

"Lo aja. Gue mah ogah."

Laki - laki itu lantas tertawa, ia mengacak rambut Aika yang tersisir rapi sebelumnya. Matanya menerawang, menatap dalam bola mata Aika yang berwarna cokelat, menampilkan masa lalu mereka yang seperti piringan rusak terus menerus  berputar di kepalanya.

"If i could i would turn back the time," kata Darja pelan. Aika mengerjapkan matanya, memutuskan tatapan mereka.

"Yeee, lirik lagu," kata Aika geli. Ia ingat itu lagu kesukaan Darja dulu, sewaktu kecil dengan Bahasa Inggris seadanya Darja sering bernyanyi lagi itu. Fool again yang dipopulerkan oleh Westlife. Dan tanpa ia sadari, lagu itu seperti menjadi cerminan atas dirinya saat ini. Aika tersenyum miris.

"Masih inget ternyata. Masih belum bisa lupain gue ya lo?" Darja terkekeh.

"Apaan sih? Gue pulang deh."

"Jangan. Nanti aja."

Mengangkat kedua bahunya, Aika memilih berjalan menghampiri Mikha. Duduk di sebelah gadis itu.

"Kata lo, Miranda mau gabung?" tanya Aika ketus, ingat Miranda ia jadi kesal. Walau bukan salah Miranda sampai bisa jadian dengan Darja sedangkan ia tidak, tapi tetap saja ia kesal. Kesal tanpa alasan.

"Gue nggak tahu. Belum ngabarin."

Aika beroh ria. Enggan lagi menatap Darja, sedangkan cowok itu duduk jauh darinya, menatap malam tanpa bintang dengan pandangan hampa. Ia duduk di tepi rooftop. Mengenang masa lalunya yang menyedihkan. Ia ingin pulih, ingin keluar dari ketidakberdayaannya, tapi segalanya tidak semudah itu bisa ia lakukan, tidak sesederhana itu untuk direalisasikan.

RepeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang