21. 8 Stars

59.9K 7.9K 498
                                    

Don't save your pain alone, I'm here to save with.

Darja: Gue di depan rumah. Keluar ya.

Darja menekan tombol on/off di ponselnya, ia duduk di atas motor sambil menunggu kedatangan Aika. Satu hari, rasanya sudah cukup untuk memberi waktu Aika untuk sendiri dan menjauh darinya sejenak.

Darja tahu apa yang dirasakan oleh Aika, pem-bully-an melalui sosial media yang cewek itu terima memang bukan hal yang main-main. Darja menutup matanya sejenak, pikirannya melayang pada kejadian siang tadi saat ia tak sengaja bertemu dengan beberapa orang yang sedang menggunjingkan Aika, Darja kenal orang tua, teman-teman Miranda yang dulu sangat mendukung hubungannya dengan Miranda.

"Jadi lo yang nge-bully Aika lewat sosmed?"

Darja menatap tajam tiga orang cewek yang tampak ketakutan karena kepergok olehnya sedang membicarakan yang tidak benar oleh Aika.

"Lo tahu arti kata pelacur?"

Ketiga cewek itu hanya diam, mereka menundukkan kepala tidak berani menatap ke arah cowok yang tampak sedang menahan emosinya. Sampai seorang cewek bernama Illa memberanikan diri melihat ke arah Darja.

"Emang salah? Dia yang bikin Miranda sedih, ngehancurin hubungan kalian, dia itu orang ketiga. Buktinya kalian pacaran kan sekarang?"

"Dia nggak ada hubungan apa-apa dengan putusnya gue sama Miranda. Harusnya lo tanya sama Miranda, kenapa dia mutusin gue!" kata Darja keras, membuat beberapa anak yang sedang melewati mereka menatap penasaran.

Saat ini, Darja memang sedang berada di jurusan, tepatnya di dekat bangku yang tengah di duduki oleh tiga cewek pem-bully Aika itu. Mungkin karena terlalu asik membicarakan Aika, mereka menjadi tidak tahu sewaktu Darja lewat.

"Tetep aja dia rebut lo dari Miranda," ucap Illa ngotot.

Darja mendengus, "nggak usah drama lo. Nggak usah ikut campur urusan pribadi gue. Dan..." Darja memberi jeda, ia menatap satu per satu tiga cewek itu dengan pandangan menusuk.

"Lo nggak akan pernah tahu apa dampak bullying buat korban, kalau Aika depresi, lo pada mau tanggungjawab? Kalau sampai Aika putus asa dan bunuh diri, lo mau dijadiin tersangka, dikejar dosa?"

Ketiganya diam tak berkutik, membuat Darja berang bukan main. Pasalnya, ia tahu bullying memang bukan hal yang main-main, tapi ketiga cewek itu melakukan pem-bully-an terhadap Aika yang Darja tahu bukan orang yang kuat menerima cacian atau hinaan. Setiap orang memiliki ketahanan mental yang berbeda, Aika adalah salah satu yang memiliki ketahanan mental lemah, Darja tidak ingin Aika depresi. Aika terlalu berharga untuk mengalami semua itu.

"Kalian seharusnya malu, kalian itu mahasiswa psikologi, tugas kalian membantu orang bukan malah bikin orang sakit jiwa."

Darja memandang remeh ke arah tiga cewek itu, sebelum meninggalkan mereka, Darja mengeluarkan satu kalimat menohok yang mungkin akan membuat mereka menyesal berurusan dengan Aika.

"Gue yakin kalian nyogok buat masuk kampus ini, atittude kalian nggak mencerminkan seorang mahasiswa psikologi."

Setelahnya, Darja meninggalkan tiga cewek itu yang tidak kunjung bisa mengeluarkan kata-kata. Pantas, Darja menjadi seorang Presiden BEM, wibawa cowok itu memang tidak bisa diabaikan, ketegasan Darja mampu membuat ketiga cewek itu ciut, dan beberapa mahasiswa lain tampak terpaku. Beberapa memilih memvideokan untuk diupload di sosial media, seperti kebanyakan kerjaan manusia millenial saat ini.

RepeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang