Gadis cantik dengan rambut hitam panjang, ujungnya di curly berjalan memasuki sebuah gedung mewah dibilangan Jakarta. Tangan kanannya menarik koper berukuran besar. Tangan kirinya memegang tas kecil yang menggantung bebas dibahu.
Senyum manisnya merekah ketika mendapat sambutan dari salah seorang receptionist. Terjadi perbincangan sebentar sebelum gadis itu menerima kunci kamar apartemen dan akhirnya berlalu menuju lift.
Tak butuh waktu lama, lift yang dia naiki telah berhenti di lantai 17. Berjalan kurang lebih 1o meter kearah kanan, ia sampai di depan pintu bernomor 777. Ia gesekkan keycard didekat gagang pintu.
Pintu terbuka. Apartemen dengan dekorasi dominan warna putih dan tosca telah menyambut sang pemilik.
Setelah menutup pintu, ia berjalan melewati ruang tamu menuju kamar. Memberhentikan laju roda kopernya didekat lemari. Ia duduk sebentar di sofa berwarna tosca sembari mengambil ponsel dari dalam tas. Kemudian kembali berjalan kearah balkon kamar.
Ia duduk diayunan yang berbentuk setengah lingkaran sambil menempelkan benda tipis itu ke telinga. Jari-jari lentiknya memainkan ujung rambut seraya menunggu sambutan dari seberang.
"Halo, Sayang."
"Iya Mami. Lintang udah sampai."
"Syukurlah. Kamu yakin mau tinggal sendiri di Jakarta?"
"Yakin Mam. Lintang mau belajar mandiri, ya walaupun masih dapet kiriman sih dari Papi tiap bulan." Ucapnya terkekeh.
"Ya sudah. Kamu hati-hati. Dua bulan lagi Mami sama Papi akan kesana buat rayain ulang tahun kamu."
"Oke Mam. Love you."
Lintang beranjak, berjalan mendekati pagar balkon. Menutup matanya menikmati angin sore Jakarta sebentar, kemudian kembali ke kamar. Gadis yang belum genap 17 tahun itu merapikan barang-barang dari dalam koper. Menyiapkan perlengkapan untuk kuliah hari pertama besok.
******
Malam hari, Lintang keluar apartemen untuk makan malam, sekalian ke supermarket untuk membeli stok makanan dan beberapa keperluan pribadinya.
Lintang memilih berjalan kaki sambil menikmati Jakarta dimalam hari. Tas punggung kecil warna merah menggantung bebas di punggungnya. Sambil berjalan dia memainkan ponsel lalu menempelkan di telinga kanan.
"Halo Kak. Aku udah di Jakarta - Kita ketemuan di Star Café ya - Oke." Begitulah pembicaraan Lintang dengan seseorang via telfon.
Café yang Lintang maksud memang tidak jauh dari apartemen. Setelah berjalan sekitar 10 menit, Lintang sampai di café yang dimaksud.
Sesuai namanya, café itu banyak dihiasi aksesoris bentuk bintang. Lintang masuk café, memilih meja didekat kolam dengan hiasan vertical garden di sudut cafe. Suara gemercik air dari kolam menjadi hiburan di telinga.
"Sirloin Steak dan jus jeruknya satu ya Mbak." Wanita dengan kemeja putih dan rompi hitam itu meng-iya-kan pesanan Lintang sebelum berlalu.
Lintang melihat sebentar kearah jalan melalui kaca jendela disebelah kirinya. Kemudian ia membuka tas, mengambil ponsel. Mengotak-atik sebentar dan...
"Halo Kak, kamu dimana?"
"Aku disini."
Lintang yang merasa suara lawan bicaranya terdengar lebih jelas langsung menoleh. Gadis dengan rambut hitam sebahu sudah berdiri kira-kira dua meter dari mejanya.
Senyumnya mengembang. Lintang berdiri menyambut gadis didepannya yang mulai berjalan mendekat. Setelah cipika-cipiki, gadis itu duduk di depan Lintang, bersamaan dengan makanan Lintang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINTANG & LANGIT
RomanceLintang Narova Emeraldi, anak baru di kampus yang belum genap 17 tahun Lintang cerdas pernah lompat kelas, sangat pemikir, berani, konsisten dan berprinsip kuat Karena sifat-sifatnya itu, dia tidak mau mengikuti ospek dan harus berhadapan dengan san...