"Beb. Bebek."
Lintang melihat Andro dari pantulan cermin. Pria itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya, berjalan mendekat. Andro mengacak rambut Lintang yang sedang dikeringkan sebentar sebelum membanting tubuhnya sendiri ke kasur.
"Penerbangannya kan malam, ngapain kak Andro jam segini udah kesini?" Sekarang memang masih jam 3 sore. Lintang saja baru selesai mandi setelah tadi bermain tenis sebentar dengan ayahnya di lapangan pribadi belakang rumah.
"Kalau kesorean jalanan macet."
"Emang nggak ada drama nangis-nangisan dulu sama om tante."
"Papa belum pulang kerja. Mama lagi arisan, sama mami kamu juga. Nanti juga kesini."
Yasmin calling.....
Lintang meletakkan hair dryer dan meraih ponsel. Ia hanya menatapnya sebentar lalu meletakkannya ke meja. Kembali melanjutkan mengeringkan rambut.
"Kok nggak diangkat? Dari siapa?"
"Yasmin."
Yasmin :
Lin, katanya kamu ke luar negeri. Tapi aku hubungi nomor kamu masih bisa
Itu artinya kamu masih di Indonesia kan?
Kamu dimana?
Angkat telfon aku dong 😭Lintang membaca pesan dari Yasmin. Sejak siang tadi entah kenapa Yasmin terus menghubunginya. Lintang bukannya tidak mau bicara, tapi sejak meninggalkan Jakarta, Lintang memutuskan untuk menghindari semuanya.
Yasmin calling...
Sahabat Lintang itu sepertinya belum mau menyerah. Tapi Lintang juga tidak akan mengangkatnya.
Yasmin :
My Bunny, please angkat telfon aku. Bentar aja 🙏Yasmin calling....
"Yasmin lagi?" Lintang mengangguk.
"Angkat."
"Enggak. Aku mau lupain semuanya." Lintang mematikan ponsel, melepas simcardnya dari sana.
'Maafin aku Yas.'
"Dasar batu!" Lintang mendengus lalu melempar botol lotion kearah Andro.
"Rese. Beliin aku permen karet sana."
"Perjanjiannya kalau kita udah di Paris."
Balapan tadi pagi memang Lintang yang menang. Sebenarnya Andro mengalah sih biar adiknya itu bisa tersenyum lagi. Minimal bisa lupa dengan masalahnya walaupun hanya sejenak.
Dan sejak pulang dari sirkuit tadi, Lintang lumayan sudah 'kembali' walaupun Andro yakin dia tidak mungkin melupakan masalahnya begitu saja.
"Tapi stok permen karet aku udah abis kak."
"Nanti di bandara aku beliin, sekarang aku mau tidur dulu sebelum mandi." Mata Lintang melebar.
"Jadi kak Andro belum mandi?"
"Belum."
"Mandi sana ih nanti kasur aku bau."
"Entar ah. Ngantuk."
Lintang meletakkan sisirnya, naik ke kasur. Menutup kepala Andro dengan bantal. Pria itu meronta kemudian menghindar, mengambil bantal lain dan memukulnya ke tubuh Lintang. Perang bantal pun akhirnya tak bisa terhindarkan.
Lintang yang awalnya kesal pun akhirnya tertawa karena puas memukul Andro. Terlebih Andro membalasnya dengan gelitikan di perutnya.
"Ya ampun." Keduanya menoleh, melihat Dona sudah ada di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINTANG & LANGIT
RomanceLintang Narova Emeraldi, anak baru di kampus yang belum genap 17 tahun Lintang cerdas pernah lompat kelas, sangat pemikir, berani, konsisten dan berprinsip kuat Karena sifat-sifatnya itu, dia tidak mau mengikuti ospek dan harus berhadapan dengan san...