Lintang berjalan santai mendekati meja Yasmin di kantin kampus. Wajahnya tampak segar. Dia juga terlihat ceria seolah tidak mempunyai beban pikiran sama sekali.
Mungkin semua itu benar, karena sekarang hubungannya dengan Langit pun semakin membaik. Hubungan yang berawal dari sebuah rasa bersalah kini sudah berubah menjadi pertemanan dan yang pasti jauh lebih nyaman.
"Lin gimana kak Langit?" tanya Yasmin sambil mengaduk-aduk orange juice di depannya.
"Beberapa hari ini udah mulai belajar jalan meskipun masih pelan dan dibantu dengan tongkat." Sahutnya sambil menikmati bakso.
"Itu sih udah kamu ceritain kemarin, maksud aku pribadi kak Langit setelah sebulan ini kalian tinggal bareng."
"Pribadi kak Langit?" Yasmin mengangguk.
"Kayaknya kalian udah akrab ya, karena akhir-akhir ini kamu udah jarang ngeluh tentang sikap dia."
Lintang meletakkan sendok baksonya. Ia menyangga pipinya dengan sebelah tangan, sedikit menatap keatas seolah sedang menerawang.
"Ya begitulah Yas. Dan seperti yang pernah aku ceritain ke kamu, selain baik, asik dan suka becanda, kak Langit juga nyambung kalau diajak ngobrol. Ya walaupun kadang masih nyebelin dan sedikit perasa sih, tapi dia perhatian. Kak Langit juga penyayang keluarga. Tapi untuk beberapa hal dia tertutup, itu yang membuat aku penasaran. Dan entah kenapa aku nyaman kalau di dekat dia."
"Karena itu kamu betah tinggal di rumah dia?"
"Ya betah nggak betah sih, namanya juga bukan tempat tinggal sendiri pasti beda lah. Tapi seenggaknya suasana rumahnya udah nggak sekaku dulu dan aku udah mulai terbiasa." Yasmin menyesap orange juicenya sambil menatap Lintang yang senyum-senyum.
"Kamu suka sama kak Langit, Lin?"
"Iya." Satu kata spontan yang keluar dari mulut Lintang tanpa ia sadari sukses membulatkan mata Yasmin.
"Hah! Serius kamu suka sama kak Langit?" Lintang terbelalak.
"Heh? Kamu ngomong apa sih Yas? Jangan ngaco." sahut Lintang membenarkan posisi duduknya, sedikit salah tingkah.
"Siapa yang ngaco. Tadi kamu jawab iya waktu aku nanya gitu."
"N-Nggak mungkin ah. Kamu salah dengar kali."
"Nggak percayaan. Coba aku tanya ke-" Yasmin melihat teman sekelasnya di seberang meja.
"Eh Rin, kam-"
"Yasmiiinnnn. Nggak usah." Lintang ingin menutup mulut Yasmin tapi sahabatnya itu menghindar.
"Ssstt diam aja kamu." Yasmin menahan tangan Lintang.
"Rin, tadi kamu dengar nggak Lintang jawab iya waktu aku nanya dia suka sama kak Langit?" sambungnya. Gadis bernama Rini itu mengangguk.
"Iya Yas, aku dengar." Yasmin kembali menatap Lintang dengan senyum meledek.
"Tuh kan." Lintang yang sudah mati kutu langsung menutup wajahnya sesaat.
"Kamu bikin aku malu Yas. Ngapain nanya ke Rini segala coba." Sahabatnya itu terkikik geli melihat sikap Lintang.
"Makanya nggak usah ngelak, ngaku aja kalau kamu itu suka sama kak Langit. Omongan pertama itu biasanya jujur loh."
"N-Nggak gitu, bukan. Tadi itu maksud aku- aku cuma- aku- sebenarnya-"
Yasmin memegang tangan Lintang, membuat gadis itu mendadak terdiam dan berhenti bersikap salah tingkah. Mata kedua sahabat itu bertemu. Terukir senyuman di bibir Yasmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINTANG & LANGIT
RomanceLintang Narova Emeraldi, anak baru di kampus yang belum genap 17 tahun Lintang cerdas pernah lompat kelas, sangat pemikir, berani, konsisten dan berprinsip kuat Karena sifat-sifatnya itu, dia tidak mau mengikuti ospek dan harus berhadapan dengan san...