2L - PART 14

3.5K 220 10
                                    

"Hai Lin."

Di taman kampus, Yasmin menepuk bahu Lintang keras, berniat agar sahabatnya itu kaget. Tapi Lintang hanya menoleh sebentar dengan senyum tipis.

"Hai." Yasmin ikut duduk di sebelah Lintang.

"Diiihh bete banget punya temen lemes kayak gini. Kenapa sih?"

"Lagi males aja."

"Soal kak Langit? Dia masih marah sama kamu?" Lintang hanya tersenyum kecut.

"Ealah udah dua hari belum baikan juga. Sehari lagi kalian masih marahan, dosa loh."

"Gimana mau baikan kalau dia selalu menghindar."

"Ya kamu harus usaha dong. Jelasin ke dia kalau kamu ngelakuin ini tulus bukan karena kasihan. Kalau perlu kamu bilang kalau kamu pakai uang tabungan kamu sendiri buat benerin mobilnya, bukan pakai uang Papi kamu seperti yang kak Langit tuduhkan."

"Susah Yas."

"Trus kamu mau nyerah gitu aja? Diem, nggak ada usaha? Mana Lintang yang aku kenal yang katanya nggak ada kata nyerah dalam kamusnya."

"Kali ini beda."

"Beda? Kamu kan udah pernah ngalamin hal yang sama waktu kak Langit di rumah sakit dulu. Kamu dibentak, dikata-katain, tapi kamu bisa ngadepin itu, kenapa sekarang enggak?"

"Masalahnya kamu nggak tau apa yang aku rasain Yas." Lintang beranjak dari kursi dan berjalan meninggalkan taman.

Dan tanpa mereka sadari, dari tadi Miko mendengarkan percakapan mereka dari balik pohon kemudian berlalu meninggalkan taman.

"Lintang tunggu." teriak Yasmin mengejar Lintang.

"Lintang." Yasmin memegang bahu Lintang agar berhenti.

"Apalagi sih Yas. Aku pusing kalau mau bahas itu lagi."

"Apa karena rasa cinta itu yang membuat kamu jadi lemah kayak gini?"

Lintang yang ingin melanjutkan langkah akhirnya berhenti. Ia membalas tatapan Yasmin sesaat lalu memutar bola matanya menghindari tatapan sahabatnya itu.

Melihat mata Lintang sudah penuh genangan, tangan Yasmin turun menyentuh tangannya.

"Lin-" Lintang langsung memeluk Yasmin. Pertahanan Lintang runtuh dipelukan sahabatnya.

"Eh eh eh, kok mewek?" Yasmin tersentak tapi kemudian membalas pelukan Lintang, mengusap punggung Lintang memberi ketenangan.

Setelah dirasa tenang, Yasmin membawa Lintang duduk di kursi tak jauh dari mereka.

"Udah Lin, kamu harus bisa ngendaliin perasaan itu. Jangan malah sebaliknya dan akhirnya bikin kamu lemah kayak gini."

"Susah Yas."

"Susah susah mulu dari tadi." Lintang berdecak ingin kembali beranjak. Lintang pikir Yasmin bisa membantu, tapi malah begitu.

Yasmin langsung menahan tangan Lintang.

"Iya maaf, ambekan banget sih sekarang." Lagian kamu becanda nggak lihat-lihat waktu Yas.

"Oke kali ini beneran serius. Lintang dengerin aku." Lintang masih belum mau menoleh.

"Cinta memang bisa mengubah segalanya, membuat orang nggak bisa berfikir jernih. Cinta juga bisa membuat hidup kita indah, bisa juga sebaliknya. Tapi kamu tau kan cinta itu barasal darimana? Cinta itu dari hati. Dan bukankah kamu selalu bilang kalau apapun yang hati kamu katakan, kamu nggak akan pernah ngelupain peran logika, iya kan?" Lintang menoleh mengangguk. Yasmin mengusap bulir bening di pipi Lintang.

LINTANG & LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang