2L - PART 3

5.1K 298 12
                                    

Langit membereskan tas, berlalu keluar toilet. Langkahnya cepat cenderung berlari. Tak peduli sudah berapa orang yang tersenggol bahunya.

Langkah cepatnya terhenti karena menabrak orang hingga orang itu tersungkur.

"Aawwwh!" rintih orang itu sebelum mengibaskan rambutnya.

"Kak Langit?"

Langit yang akhirnya tahu orang tertabrak adalah Lintang, hanya menyunggingkan senyum sinisnya. Tanpa membantu, ia berbalik badan dan melangkah.

"Bukannya bantuin malah kabur!" Langit menghentikan langkahnya lagi.

"Nggak ada waktu buat bantuin anak kecil!" kata Langit sebelum berlalu meninggalkan Lintang.

Wajah Lintang tampak kesal. Sedangkan Yasmin yang baru keluar toilet melihat Lintang terduduk di lantai, bergegas membantu sahabatnya berdiri.

"Kamu kenapa Lin?"

"Nama sama kelakuan sama aja, selangit!" Lintang sudah berdiri sambil merapikan bajunya.

"Kamu ngomong apa sih?"

"Eh bukan kamu Yas. Udahlah. Ayo kita pulang."

******

Langit masuk kamar, bergegas menuju meja belajar di dekat jendela. Dia singkirkan perlahan buku dan laptop yang ada di meja berharap menemukan benda dicari. Tidak ada.

Tubuhnya sedikit menunduk, membuka laci, membolak-balik isinya. Nihil.

Kakinya melangkah ke lemari disebelah meja. Dia buka setiap daun pintu lemari, menyisir setiap inci bagian lemari. Masih belum ketemu.

Wajahnya tampak mulai frustasi. Dia mendekati ranjang dan membolak-balik bantal dan guling. Mencarinya sebentar ke kamar mandi, masih tidak ada hasil.

Tubuhnya terduduk lemas di tepi ranjang. Mengacak-acak rambutnya kemudian mengambil frame foto diatas nakas. Memandang foto wanita paruh baya yang terlihat masih cantik dengan rambut coklat sebahunya.

"Maafin Langit Ma. Kalung dari Mama hilang. Maaf." suara Langit terdengar lirih dan berat.

Langit ini dikenal tegas tapi tak jarang jahil jika sudah dekat. Walaupun sedikit songong, dia tetap disegani karena jabatannya di kampus. Dan semua itu akan langsung luntur jika sudah menyangkut dengan Alm. Ibunya. Bahkan dia sering menangis sendiri di kamar jika rindu dengan wanita yang paling disayangi itu.

******

Hari kedua ospek, pagi hari Lintang dan Yasmin sedang sarapan di kantin. Seperti hari kemarin, Lintang hanya memakai baju biasa berbeda dengan Yasmin yang memakai atribut ospek lengkap.

Eeehhmmm.

Lintang dan Yasmin menoleh kesumber suara deheman. Pria bertubuh tinggi itu kini telah berdiri disamping meja. Ia tidak sendiri, ada dua temannya berdiri disamping.

"Kalau mau nyuruh aku ikut ospek lagi, percuma Kak. Aku nggak mau." ucap Lintang santai lalu meminum air mineral.

"Aku tau." Langit meletakkan buku yang sangat tebal di meja, tepat didepan Lintang.

"Sebagai gantinya, kau harus rangkum buku ini dan bawa ke ruang senat sebelum jam pulang."

Yasmin menelan ludah melihat buku yang sangat tebal dihadapannya. Sedangkan Lintang masih terlihat santai dan tersenyum kecil.

"Cuma ini?"

"Nggak usah belagu! Selesaikan saja tugasmu tepat waktu!" tegas Langit kemudian berlalu.

LINTANG & LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang