Di lapangan basket outdoor, para maba sudah berjajar rapi membentuk beberapa barisan. Para senior juga sudah berbaris rapi didepan menghadap barisan peserta ospek.
Setelah para senior memperkenalkan diri, sang ketua senat maju dua langkah sambil membawa sebuah map berwarna merah. Ia melangkahkan kakinya beberapa langkah ke kanan, kemudian berbalik melangkah lagi ke kiri sambil manggut-manggut melihat para peserta ospek. Lalu langkahnya terhenti sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Ok. Hari ini kegiatan ospek dimulai dan akan berlangsung selama 3 hari kedepan. Sebelumnya, saya akan mengabsen kalian terlebih dahulu." ucapnya tegas.
"Iya Kak."
"Yang kompak!"
"Iya Kaaakk." Terdengar sahutan serempak dari para peserta.
"Bagus."
Satu persatu peserta diabsen. Sang ketua manggut-manggut setiap kali nama yang dipanggil menyaut sambil mengangkat sebelah tangan.
Sampai akhirnya ia menyebut nama Lintang. Sedetik, dua detik, tiga detik, nama yang dipanggil tak kunjung menjawab. Pria bertubuh tinggi itu melihat ke barisan peserta.
"Lintang Narova Emeraldi." panggilnya lagi. Pandangan matanya ia edarkan ke seluruh peserta.
Semua peserta terdiam, terlihat beberapa anak celingukan. Yasmin yang berdiri di barisan nomor dua terlihat gugup, menunduk. Semua mata peserta seakan tertuju padanya.
Sang senior yang melihat kegugupan Yasmin, berjalan mendekatinya.
"Kamu kenal Lintang?"
"Sa-saya Kak?"
"Siapa lagi?!" Yasmin sedikit kaget mendengar suara keras didepannya.
"Di-dia teman saya."
"Hei! Kalau ngomong itu tatap lawan bicaramu!" Takut-takut Yasmin mengangkat kepala.
"Maaf Kak."
"Kamu tau dimana dia?" tanyanya lagi tanpa mengurangi ketegasan suaranya.
"Eh dia, dia di taman Kak" jawab Yasmin yang tak mampu menutupi kegugupannya.
"Panggil dia sekarang!" Perintahnya tidak ingin dibantah.
Yasmin menatap seniornya sekilas kemudian berlalu.
*****
Lintang masih duduk di taman sambil membaca buku dengan telinga masih dihiasi headphone. Rambut yang semula digerai kini telah dikuncir kuda sehingga menampakkan lehernya yang mulus. Mulutnya juga masih bergerak menandakan dia masih mengunyah permen karet.
Lintang tiba-tiba tersentak ketika Yasmin melepas headphonenya dengan paksa.
"Kamu apa-apaan sih Yas?!" kesal Lintang melihat Yasmin sudah berdiri di depannya.
"Kak Langit nyuruh aku ngajak kamu ke lapangan."
"Siapa Langit?"
"Ketua Senat. Ayo." Yasmin menarik tangan Lintang, tapi langsung dihempaskan pelan.
"Aku nggak mau Yas."
"Lintang, aku tadi udah kena marah sama dia. Apa kamu mau aku dimarahin untuk kedua kalinya karena nggak bawa kamu kesana?"
"Tapi aku males kesana."
"Lintang, please. Kamu nggak lihat tangan aku masih gemeteran kayak gini." Lintang melihat tangan Yasmin yang memang masih bergetar mengeluarkan keringat. Ditambah ekspresi memelas wajahnya, membuat Lintang tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINTANG & LANGIT
RomanceLintang Narova Emeraldi, anak baru di kampus yang belum genap 17 tahun Lintang cerdas pernah lompat kelas, sangat pemikir, berani, konsisten dan berprinsip kuat Karena sifat-sifatnya itu, dia tidak mau mengikuti ospek dan harus berhadapan dengan san...