Prolog

8.1K 267 18
                                    

Vote dan comment dulu sebelum membaca, teman-teman.

بسْمِِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku."

Umar Bin Khathab

Dalam keheningan perempuan berkhimar maroon ini melajukan motor maticnya dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam keheningan perempuan berkhimar maroon ini melajukan motor maticnya dengan kecepatan sedang. Sekali-kali, ia bersenandung asmaul husna dengan volume kecil. Pandangannya lurus, teramat fokus dengan perjalanan santai pada sore hari yang cerah ini. Raut wajahnya terlihat lelah. Dengan helm hitam yang senada dengan gamisnya, benda penyelamat itu terlihat lobok dari kepalanya.

Siapa sangka, perempuan dengan lulusan nilai terbaik di Universitas Islam Negeri Palembang ini mengambil jurusan bahasa inggris. 3 setengah tahun yang lalu, setelah kelulusannya, dirinya pun dengan percaya diri mengirim surat lamaran kerja di SD Salsabila Palembang. Qodarullah, perempuan yang sekarang berusaha mati-matian untuk istiqomah berhijrah ini diterima.

Kalau ia mengingat masa-masa dulu, betapa bersyukurnya dirinya, sangat beruntung sekali bisa bekerja ketika gelar sarjananya telah tercantum di belakang namanya. Apalagi, di usianya yang sangat muda ini jati dirinya telah diperlihatkan serta saat gelar sarjana telah terpampang, dirinya tak lama menjadi pengangguran.

Miranda Al-Maqsurah S.pd

Alih-alih bernostalgia dengan pengalaman lamaran kerjanya, Miranda pun menghentikan motornya di parkiran Rumah Makan Solo. Sebelum membuka helm, ia pun melirik sebentar ke arloji di tangannya, pukul 17.40 yang tertera.

"Apa di sini aja, ya? Kalau di bungkus nggak sempet juga sampai rumah," dirinya menimbang-nimbang apakah sebaiknya ia berbuka puasa di sini atau di rumah?

Saat pikirannya membuana mempertimbangkan kegalauannya sebab makanan ini, pemuda dengan tampang amburadul menghampiri Miranda.

"Mbak, jangan sembarang parkir dong. Nih, ada mobil yang mau lewat!" jerit pemuda berjanggut tipis, lalu pergi begitu saja sambil meniup peluit kecil yang terkalung di lehernya.

Miranda tersentak kaget, untung saja jantungnya tak ada penyakit kronis. Langsung saja dirinya melafalkan istigfar untuk menenangkan hatinya.

Alih-alih menenangkan keterkejutannya, pemuda berambut panjang yang sepertinya tak terawat itu menghampiri lagi. Miranda hanya memperhatikan saja, perilaku laki-laki di depannya ini.

Berkacak pinggang sambil melototkan matanya. Mirzan tak habis pikir dengan mbak berpakaian seperti pulang dari pengajian ini, seperti ibu-ibu. "Mbak, cukup pakaian Mbak aja yang buat pandangan saya ribet. Motor Mbak jangan ya!" sindirnya dengan nada halus. Wajah sinisnya tercetak jelas, adanya guratan tak senang sekaligus sirene mengajak perang.

The Heart Order To Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang