Seperti apapun perasaanmu, tetap saja semua itu adalah kemustahilan.
|Bi Idznillah, Shalihah|
@HaffazaUdara musim panas menantang langsung para penduduk bumi. Matahari seolah berada tepat di atas mereka. Di penghujung pagi, teriknya sinar surya seakan lebih dahsyat sejak datangnya musim ini di pekan kemarin. Rasanya ingin berlama-lama saja di ruangan terbuka dan dipenuhi banyak pepohonan atau pilihan terakhir beringsut di kasur serta menikmati pengondisi udara.
Sudah lima belas menit lamanya Miranda tercancang di stasiun. Saat ia masih ingin berlama-lama bersama abi, ada saja pihak guru tak menyetujui akan dispensasi yang diminta. Akhirnya ia telah tiba di stasiun yang akan mengantarkan dirinya ke pelosok desa. Bahkan Miranda tidak pamit pada lelaki yang semalam spontan saja melamar dirinya.
Benar-benar, Miranda tidak ingin mengulang kembali tiap detik kejadian semalam di mana lelaki tersebut tanpa ancang-ancang; tanpa persiapan mengajukan perihal yang akan diharapkan seumur hidup serta bagi Miranda pernikahan harus dilakukan sehidup sekali.
"Pria itu benar-benar gila!" Miranda menggerutu usai mencebik peristiwa yang tak senonoh.
Apalagi ketika lelaki itu dengan percaya diri mengemukakan perkataan yang belum tentu terjadi--akan tetapi seolah menyiratkan kebenaran dalam diri pria itu, "Saya yakin Mir, bahwa kamu adalah jodoh saya."
Hell! Sangat tidak waras dalam pemikirannya. Memangnya siapa dia dengan mudahnya mengucapkan kata masa depan yang hanya sang pemilik bumi ini saja yang tahu. Miranda beristighfar dalam hati, berharap ketenangan datang menyelimuti pikiran yang akhir-akhir ini sibuk dengan persoalan dunia.
Instruksi dari operator untuk segera menaiki kereta menyadarkan lamunan Miranda. Segera gadis ini melangkahkan tungkainya bergegas dan memulai awal baru di cinta selanjutnya tanpa keluarga ataupun teman masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Order To Love [SELESAI]
Tâm linhMiranda tidak pernah menduga pertemuan pertama dengan lelaki itu akan seperti ini. Ditambah lagi lambat laun tumbuh perasaan yang memekar di hati. Lelaki itu Mirzan, seorang pribumi yang hidupnya luntang-lantung berhari-hari. Lelaki yang mudah putus...