Vote komen dulu gaess <3
Bagaimana aku bisa menghentikan asa disaat do'a selalu tertancapkan?
Bagaimana aku mampu menghilangkan debaran ketika rindu telah di ujung kalbu?
Bagaimana aku bisa merelakan saat kehilangan itu benar-benar menyesakkan?
Lantas beri tahu aku, harus seperti apa aku di hadapanmu?
Atau memang benar radarnya bahwa kamu hanyalah fatamorgana semata?
Sebagai khayalan yang selalu kuharapkan?
Yang berujung nelangsa.
|Bi Idznillah, Shalihah|
@Haffaza©Faktanya saat kita menghancurkan hati laki-laki sekali saja, kepingan rasa itu akan lebih mengecil layaknya partikel. Sulit kali diperbaiki. Lantas bagaimana dengan hati Mirzan? Apakah mampu di garab lagi dan dipersatukan dengan kepingan lainnya?
Sejak penolakan yang berujung menyesakkan membuat lelaki berahang keras tersebut menutup lebarin di hatinya. Mungkin selama ini sikapnya selalu main-main di mata gadis itu, namun untuk ucapan penuh makna tersebut mempunyai sirat tersendiri dan memiliki kedudukan khusus di hati Mirzan. Lalu apalah daya... Ketika semua itu hanyalah angan kosong semata.
Mungkin untuk saat ini, ia hanya ingin melupakan. Walau tak sepenuhnya, Mirzan akan berusaha untuk menyingkap tiap-tiap nelangsa yang memupuk.
"Yok lah Zan, temenin gue makan bubur di pertigaan pasar. Dijamin rasa nggak akan nyesel," tawar Rian sambil mengangkat alisnya. "Udah nggak usah banyak tinggal jawab iya atau ng-"
"Nggak!"
Rian mencebik bibirnya. "Masih lama nunggu masakan ciwi-ciwi. Cacing-cacing di perut udah demo akbar," Rian mendumel memasang tampang memelas.
"Mending kita pulang, masih banyak pekerjaan. Proyek kerja kita belum selesai, pikirin gimana proyek ini nggak berhenti di tengah jalan."
Sejenak Rian merealisasikan hatinya agar tak terbawa emosi. Setelah itu pun ia berlari mensejajarkan langkahnya dengan Mirzan. "Dasar tukang PHP tuh Miranda. Kalau tau gini 'kan gue udah stok mie instan dari kemarin-kemarin."
Mendengar nama perempuan itu disebut, ia menolehkan kepalanya sejenak, namun sepersekian detik Mirzan menebalkan kembali hatinya. "Lo sih, mau enaknya aja." Mirzan menarik ujung bibirnya, tak kuasa menahan gemuruh di pikirannya kala mengingat pipi merah gadis tersebut.
Rian mengangguk. "Bener juga sih, soalnya diungkit dari masa lalu Miranda itu baik dan perhatian juga. Hehehe."
Mengerutkan dahinya, Mirzan merasa ambigu dengan perkataan Rian. "Perhatian sama lo?" tanyanya agak memperkecil volume.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Order To Love [SELESAI]
EspiritualMiranda tidak pernah menduga pertemuan pertama dengan lelaki itu akan seperti ini. Ditambah lagi lambat laun tumbuh perasaan yang memekar di hati. Lelaki itu Mirzan, seorang pribumi yang hidupnya luntang-lantung berhari-hari. Lelaki yang mudah putus...