Assalamu'alaikum!
بِسْمِ اللّهِJangan lupa vote dan komen, ya!
Happy Reading!💛
Jika seseorang yang engkau cintai menjadi tujuan utama hijrah yang kau gali, maka itu salah aku bukanlah seseorang yang menjadi akhir cintamu ini.
Miranda Al-Maqsurah
--
Setidaknya mencintai adalah ihwal untuk seseorang berteduh. Ataupun seseorang hanya menyaksikan segelintir insan merajut kasih. Tanpa ada rasa iri, itu sudah cukup menandakan bahwa manusia tersebut tidak ada penyakit hati. Fase mencintai yang paling rumit adalah mengikhlaskan, bahkan di sana kita diuji apakah mampu menyelesaikan. Jikalau setiap manusia mencintai lawan jenisnya karena Allah, maka tidak akan ada kekecewaan. Pun sebaliknya, cinta itu akan merongrong jiwa apabila hanya hawa napsu semata.
Miranda menarik napas dalam-dalam. Pertemuan kali ini bersama Rere dan Mirzan bak maskapai yang melambung dan tak akan mendarat lagi. Miranda tak mengerti bagaimana harus menyelesaikannya. Sebaliknya pun Rere mencurigai kini ia telah berkhianat. Ya Allah ....
Dadanya benar-benar sesak, kentara naik turun sekali. "Rere, dengarkan dulu penjelasan aku."
Gadis itu menoleh, deru napasnya berhembus tak teratur. Tatapannya nanar menusuk bak belati. Rere memilih diam walaupun hatinya bercokol geram. "Aku sudah mengerti jadi tidak usah kamu beri tahu lagi," simpul Rere sambil mendekati Miranda kembali. Pikirannya tak sejernih seperti yang tadi, jadi jangan salahkan dirinya untuk mengerti situasi yang tiba-tiba saja menghadiri.
Siapa yang akan menebak, seorang sahabat yang dibaikotnya sebagai sahabat fillah yang akan mengiringi ke surga, menampar begitu saja dengan kabar ini.
Tangan Rere melayang siap menampar pipi Miranda yang penuh air mata.
Plak!
Bunyi itu nyaring sampai kepala Miranda berbalik dengan kerasnya. Bahkan air mata tersebut semakin deras memberontak. Ternyata hingga kini tidak ada yang akan membenarkan penjelasan. Benar. Tidak ada yang akan mempercayainya lagi. Cairan itu tumpah membahana tak terkira. Sakit. Padahal ia telah berusaha melupai, walau tak kenal luka yang menggores di hati.
Kini ia tak ada lagi harga diri. Baik di hadapan Rere maupun manusia yang lain. Kulit pipinya memanas bahkan memerah. "Re?" desisnya sambil menahan perih.
"Itu tidak seberapa dibandingkan di sini, Mir." Rere menunjuk hatinya. Perempuan itu seolah berganti menjadi berang.
"Aku nggak ada rasa sama Mirzan, Re. Kamu tahu 'kan aku pernah jatuh? Jadi aku takut untuk jatuh kedua kalinya, Re."
Banyak tanda tanya di hati Mirzan. Jadi selama ini apakah dirinya sendiri yang berjuang? Apakah selama ini Miranda tak pernah ingin diperjuangkan?
"Omong kosong!" sangkal Rere penuh emosi. Tatapannya tajam penuh Sirat amarah. Tak kenal bahwa menjadi lawan bicaranya ini adalah sahabatnya. "Aku tahu Miranda. Bahkan sangat tahu. Dan dari sinikan kamu juga ingin menghancurkan kehidupanku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Order To Love [SELESAI]
EspiritualMiranda tidak pernah menduga pertemuan pertama dengan lelaki itu akan seperti ini. Ditambah lagi lambat laun tumbuh perasaan yang memekar di hati. Lelaki itu Mirzan, seorang pribumi yang hidupnya luntang-lantung berhari-hari. Lelaki yang mudah putus...