Masa lalu, jadikan ia sebuah pelajaran. Namun jangan dilupakan karena itu sempat menjadi asa yang tertolak.
|Bi Idznillah, Shalihah|
@Haffaza×××××
"Ayo kita lari sama-sama, saya sudah lelah melewati hidup ini," teriak Mirzan di sela larian mereka. Kepalan tangannya yang menyatu di Miranda pun semakin dieratkan. Seperti tidak ingin dilepas. "Kamu maukan lari sama saya?" lanjut Mirzan lagi dengan senyum merekah ditampakkan pada perempuan manis di sampingnya ini.
Lama berlari menghindari gangguan yang benar-benar menyusahkan bagi Mirzan adalah sebuah keajaiban. Dan sekarang ia dan perempuan berbulu mata lentik berhenti di sebuah saung berwarna coklat pekat. Napasnya terengah tak teratur layaknya lari maraton 10 km. Berkali-kali Mirzan menetralkan deru napasnya dengan menghirup perlahan oksigen. Wanita itu benar-benar.
Miranda pun menghisap udara terengah-engah. Melirik ke bawah, matanya bertemu dua lengan yang saling bertautan. Miranda pun gugup setengah mati untuk melepaskan jemari Mirzan. Dengan kilat Miranda melepaskan genggaman tersebut, mengambil selembar tissu di tasnya untuk menghapus keringat di telapak tangannya. Ya Allah... Mereka bukan mahram.
"Ah, Maaf Mir saya benar-benar spontan narik kamu tadi," jelas Mirzan sambil menggaruk tengkuknya dan tersenyum kaku. Pantatnya pun ia daratkan di saung, disusul Miranda di sampingnya.
Atmosfer sekarang pun terasa canggung ditambah lagi kesunyian di sekitar saung tersebut. Hanya ada beberapa orang menikmati waktu akhir pekan bersama keluarga. Di tempat ini pun tak hanya satu saung, ada empat saung yang berdampingan. Hal yang paling disukai duduk atau sekedar merasakan keindahan yang terbuat di daerah ini. Tempatnya pun mengasikkan dan strategis karena berhadapan dengan kolam ikan. Namun tergantung dengan siapa kita menuju saung tersebut, jika sendirian pun sama saja menikmati itu semua seorang diri.
"Mau minum?" tawar Miranda sembari memberikan sebotol air tawar. Ternyata saat Mirzan jauh dalam pikirannya, ia pun berinisiatif untuk membeli minum pada pedagang asongan terdekat. Berlari tadi pun sangat menguras tenaga. Lalu dengan berlari sangat kencang membuat ia kelelahan dan ia pun menyadari tidak ada gunanya pergi sejauh mungkin dari masalah, karena penatnya benar-benar menguras emosi belum lagi persoalan itu pun tak akan selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Order To Love [SELESAI]
SpiritualMiranda tidak pernah menduga pertemuan pertama dengan lelaki itu akan seperti ini. Ditambah lagi lambat laun tumbuh perasaan yang memekar di hati. Lelaki itu Mirzan, seorang pribumi yang hidupnya luntang-lantung berhari-hari. Lelaki yang mudah putus...