"It's just that the chance has disappeared with past memories."
|Bi Idznillah, Shalihah|
Konon kata orang zaman dahulu tak baik berjalan sendirian di tengah angin yang sangat deras, akan takut ketinggalan sih dia yang bekerja keras. Namun tetap saja bagi Miranda sendiri maupun beramai-ramai, jodohnya akan datang sendiri tanpa dipanggil. Seperti lelaki kemarin yang sampai sekarang masih membuat hatinya gelisah. Setidaknya kepergian dia selama lima bulan tanpa kabar bersama kenangan lalu mampu membuat ia melupakan. Akan tetapi, dia bukanlah perempuan yang gamblang menendang jauh-jauh hati yang tiap hari makin kalut menahan rasa. Karena benar kata anak zaman sekarang: move on itu tidak mudah dan gamblang. Kamu harus mempelajari bagaimana mengambang di tepian sungai dan tak ada satu pun menolong.
Karena cuma kamu yang mampu mengobati lebam di hati.
Ditambah lagi dengan kenangan antara ia dan mas parkir di salah satu taman bermain. Seolah mengaduk pikiran serta masa lalu yang sangat ingin dilupakan. Seharusnya antara ia dan Mirzan bukanlah waktu yang lama. Pertemuan singkat dibaur bumbu rasa sementara mampu membuat Miranda cepat melupakan bukan? Akan tetapi, merelakan seseorang yang baru dikenal itu tidak mudah baginya.
Desiran angin tiap kali menerpa wajah Miranda dengan kencang, membuat kerudung yang dikenakannya melebar seakan ingin terbang. Sementara melupakan mantan calon suami tidak begitu berat bagi perempuan ini, karena memang pria tak bertanggung jawab itu telah menyayat dan membaurkan noda merah di hatinya. Beda sekali dengan cara melupakan seorang Mirzan dengan tampang yang mirip berandalan, dia mampu mengisi kekosongan yang pernah ada dalam hidup seorang seperti Miranda.
Dan mungkin penyesalan 'kah yang dihadapi oleh Miranda sekarang? Karena ia sudah kehilangan kesempatan.
Haruskah dirinya kembali memeluk embun yang kosong? Sebab tak ada celah baginya untuk bertemu kembali. Sekarang ia dan Mirzan sudah teramat jauh, mereka masing-masing tidak mengetahui letak di mana raga yang kini sudah mereka titip segumpal harapan. Faktanya: Mereka berdua tak pandai merawat segumpal daging untuk dipersembahkan pada dia yang kelak menerima.
Missing a chance, bagi takdir mereka berdua tidak ada lagi kesempatan untuk membuka hati masing-masing untuk saling mengisi. Sebab diantaranya mereka sudah benar-benar j a u h.
Padahal Miranda sempat menangkap kalimat perubahan yang diucapkan laki-laki itu, "Setidaknya saya akan berusaha untuk berubah." Dalam segi artian ada tekad yang terselubung dipersembahkan untuk hati yang terobati.
Miranda menelusuri tiap jalan yang tidak begitu mulus di desa Perangai, Kabupaten Lahat. Pandangannya menunduk dalam menikmati panorama indah melalui indra penciuman. Udara yang segar menusuk hingga ke ulu hati. Di depannya ramai pegawai Salsabila memanfaatkan waktu lenggang dengan berjalan santai serta menghirup oksigen di sekitar bukit yang di kelilingi oleh sungai Lematang yang jernih sehingga membuat pemandangan di bawah sini menakjubkan dengan cahaya yang memadui.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Order To Love [SELESAI]
SpiritualMiranda tidak pernah menduga pertemuan pertama dengan lelaki itu akan seperti ini. Ditambah lagi lambat laun tumbuh perasaan yang memekar di hati. Lelaki itu Mirzan, seorang pribumi yang hidupnya luntang-lantung berhari-hari. Lelaki yang mudah putus...